Chapter 5

"Tidak, aku tidak ingin mati di makannya. Tolong!" Gladys terus berlari mengelilingi kandang itu. Hingga macan itu mendekat dirinya tidak bisa lagi menghindar.

"Ah!"

Srekk,

Dorr!

Gladys memejamkan mata, suara tembakan sungguh menakutkan hingga menutup telinganya. Namun, Gladys belum sadar jika dirinya kini berada dalam dekapan seorang pria.

Hembusan nafas berat terdengar lembut membuat Gladys membuka matanya. Dilihatnya rahang tegas, dan tajam. Dan sebuah tangan yang mengukung tubuhnya. Sedetik kepalanya mendongak melihat siapakah pria itu.

Sungguh terkejut, bola mata terbelalak seketika. Ketika tahu jika pria itu adalah Arsen. Sedetik pandangan mereka pun saling bertemu.

"Apa kamu mau mati!" katanya dengan tegas. "Selalu saja menyusahkan ku." Tambahnya yang melepas kungkungannya.

"Dimana macan itu?" tanya Gladys lalu melihat seekor macan tergeletak di atas tanah. "Apa dia mati?" tanyanya yang mendapat delikan tajam dari Arsen.

"Mati? Kamu pikir aku akan membunuh peliharaanku?"

"Apa? P-peliharaan?" Gladys tidak pernah menyangka jika seekor macan bisa menjadi peliharaan juga. Seorang ajudan menyeret macan itu memasuki kandangnya. Yang sengaja sudah diberikan bius dalam satu tembakan.

"Beruntung aku datang. Jika tidak kamu akan dimakan olehnya."

"Tuan? Kenapa anda memeliharanya? Bukankah itu sangat berbahaya? Bisa saja dia memakanmu."

Arsen kembali menatapnya. Tatapan Arsen begitu dingin. "Dia tidak mengenalmu itu sebabnya dia mengejarmu," ucapnya lalu melangkah pergi.

Arsen tidak menyadari jika punggungnya terluka. Terdapat goresan tajam kemungkinan dari macan itu. Gladys yang melihatnya langsung menahan.

"Tunggu Tuan? Punggungmu terluka. Izinkan aku mengobatinya."

Arsen terdiam. Mata elang itu sangat tajam. Dengan dinginnya ia berkata, "Cepatlah." Lalu melangkah pergi. Sedetik senyum Gladys mengembang.

****

"Ah, pelan-pelan."

"Maaf Tuan." Gladys tentu sangat hati-hati mengobati luka itu. Namun, Gladys tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Arsen.

Punggung tegap, otot-otot tangan yang menonjol dan wangi maskulin yang begitu harum. Membuat air liurnya menetes.

"Sudah selesai?"

"Sebentar." Hampir saja Gladys melupakan tugasnya mengobati luka Arsen.

"Sudah," ucapnya membuat Arsen langsung bangkit dari duduknya. Lagi-lagi Gladys dibuat terpana melihat guratan halus pada perut Arsen.

"Apa yang kamu lihat?" Sedetik Gladys mengalihkan pandangannya. "Tidak ada," ucapnya. Arsen menyunggingkan bibirnya, lalu mendekat pada Gladys yang duduk di atas ranjang.

"Apa kamu melihat tubuhku?"

"T-tidak."

"Kamu ingin menyentuhnya?"

"T-tidak."

"Lalu apa yang kamu inginkan? Tubuhku?"

"Tidak! Tolong Tuan jangan mendekat." Mata Gladys terpejam saat tubuh Arsen semakin mengukungnya. Arsen tersenyum sinis, langsung bangun berdiri menjauhi Gladys.

"Keluar dari kamarku." ucapnya.

Gladys langsung mengerjap ternyata Arsen sudah tidak ada dihadapannya. Suara gemericik air mengalihkan pandangannya. Arsen sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi sebelum matanya terbuka.

Entah kenapa Arsen tidak berani menggauli Gladys. Tidak seperti pada wanita-wanita malam yang selalu memuaskan hasratnya.

*****

"Apa yang kamu lamunkan?" tanya Nico, yang tiba-tiba datang mengejutkan Gladys yang duduk melamun di ruang tengah.

"Nico kapan kamu datang?"

"Baru saja. Ku dengar kamu di kejar Lucas."

"Lucas?"

"Ya. Lucas macan yang baru saja mengejarmu." Nico langsung tertawa.

"Namanya terlalu bagus."

"Karena Tuan Arsen sangat membenci nama itu. Jadi nama itulah yang selalu diingat."

"Aku pikir itu kandang kucing atau anjing ternyata …."

"Seekor kucing besar," timpal Nico yang mendapat anggukan dari Gladys.

"Kamu tidak terluka?" tanya Nico lagi dengan tatapan teduh.

"Apa hubungannya dia terluka atau tidak?" Sedetik suara bariton itu mengalihkan pandangan mereka.

"Bos." Nico dan Gladys langsung berdiri ketika melihat Arsen di belakangnya. Tatapan elang begitu menakutkan.

"Nico! Ikut aku sekarang." Nico segera mengikuti langkah Arsen, menatap Gladys sesaat sebelum pergi. Gladys takut jika Nico akan dimarahi Arsen, nyatanya Arsen hanya memberikan sebuah tugas.

"Sudah dapat kabar dari Roma?"

"Belum Bos. Mereka belum menemukan Lucas."

"Aku ingin mereka menghancurkan Lucas. Apapun bisnisnya di sana."

"Segera saya sampaikan Bos."

"Aku ada tugas baru untukmu." Nico, mengerutkan keningnya. Tugas apa lagi yang akan Arsen berikan.

"Carikan gadis itu untukku." Diambilnya sebuah foto yang baru Arsen lemparkan. Foto seorang gadis kecil dengan kedua rambut dikuncir di sisi kiri dan kanannya sungguh terlihat manis.

"Foto siapa ini Bos?"

"Jangan banyak tanya carikan saja."

"Apa dia di culik?".

"Entahlah. Dia menghilang 20 tahun lalu."

"Apa! 20 tahun lalu? Jadi ini foto 20 tahun lalu?"

"Kenapa?" Arsen menatapnya tajam.

"Bos, kemungkinan gadis dalam foto ini sudah besar sekarang. Bagaimana bisa mencarinya kalau begini. Kita tidak tahu seperti apa rupanya sekarang."

"Saya tidak ingin mendengar alasan apapun. Carikan gadis itu." Begitulah Arsen tidak ingin mendengar alasan apapun. Tidak ada yang boleh membantah perintahnya sekalipun iru tidak memungkin.

Nico berdecak kesal. Kali ini Arsen benar-benar menguji kemampuannya. Bagaimana bisa dirinya menemukan seseorang yang hilang 20 tahun lalu.

*****

ROMA, ITALI

Sekelompok gengster berdiam diri di depan sebuah club. Mereka mengamati setiap manusia yang keluar dari tempat itu.

Beberapa batang rokok sudah mereka hisap, jika bukan demi uang mereka tidak akan membuang waktunya untuk hal semacam itu.

"Sst, lihat itu." Kata temannya yang menunjuk pada seorang pria yang baru saja keluar dari club dipeluk kedua wanita.

"Apa dia orangnya?" tanya salah satu anggota yang melihat selembaran foto pria berkumis tipis.

"Tidak asyik jika kita tidak memotretnya," ucap salah satu pemuda itu yang langsung mengambil potret lelaki itu. "Mungkin Bos kita membutuhkan ini," lanjtutnya.

"Sudah jelas itu orangnya. Sekarang lakukan tugas kalian." Perintah sang ketua lalu masuk ke dalam mobil.

Kedua anggota menaiki motor sport mereka, melajukan dengan cepat hingga suara bising pun terdengar sangat keras. Ketika lelaki itu hendak menaiki mobil. Kedua motor itu langsung menghadangnya.

"Hey, siapa kalian!"

"Masuk!"

"Apa ini?"

"Masuk!" tegas kedua pemuda itu dengan bahasa Itali. Lelaki tua itu tidak bisa berontak yang menuruti apa perintah pemuda itu. Seorang pemuda masuk ke dalam mobil meninggalkan motornya. Dia membawa lelaki tua itu.

"Hei mau di bawa kemana aku?"

"Diam!"

"Aku bisa memberikanmu uang tapi tolong lepaskan aku."

"Apa namamu Lucas Wilbert."

"Ya. Tapi mau apa kalian denganku?"

"Hanya bermain-main saja."

"Hei!"

****

Davira seperti orang ketakutan. Hatinya gelisah yang mundar-mandir tidak jelas. Sudah satu hari belum ada kabar dari suaminya. Padahal perusahaan kini sedang mengunggunya kembali.

Davira tidak bisa diam saja. Dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan perusahaannya. Tidak rela perusahaan yang selama ini ia miliki hancur begitu saja.

"Kemana Lucas!" umpatnya setelah sambungan telepon tidak juga terhubung.

Di sebrang sana Lucas terbaring lemah di hamparan aspal yang panas. Tidak ada yang tahu apa Lucas masih bernyawa atau tidak.

Terpopuler

Comments

Sri Mulyati

Sri Mulyati

Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

2023-03-16

0

KrisTie Lyiee

KrisTie Lyiee

aku menyimpul disini kalau yang membunuh orang tua suami gladis itu ada ayah dan ibu gladis

2023-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!