Chapter 16

"Maaf, kami terlalu lama. Keadaan pasien baik-baik saja. Detak jantungnya kembali normal. Namun, keadaannya masih kritis."

Arsen dan Nico bisa bernafas lega. Gladys masih bisa bertahan walau dalam keadaan kritis. Luka tembakan yang dialaminya cukup dalam dan hampir mengenai jantungnya.

"Untuk sementara waktu biarkan pasien istirahat jangan terlalu banyak yang menjenguk. Kalian bisa melihatnya pada kaca jendela."

"Apa aku tidak bisa menunggunya di dalam?"

"Hanya waktu-waktu tertentu," jelas Dokter lalu pergi.

"Tuan Arsen." Tiba-tiba petugas polisi datang. Merasa namanya telah dipanggil Arsen menatap heran pada kedua orang petugas itu.

"Ya. Saya Arsenio."

"Kami mendapat perintah untuk menangkap anda atas kasus kematian tuan Dario Mark." Polisi itu memberikan sebuah surat perintah yang langsung Arsen buka.

Arsen berdecak kesal, ternyata surat itu atas perintah dari Xander. Nico yang penasaran langsung merebut dan membacanya. "Bos!" Xander memanipulasi keadaan. Memang Arsen yang menembak Dario tetapi Xander dia ikut terlibat dalam semua ini.

Nico tidak bisa menahan para petugas hukum itu memborgol tangan bosnya. Arsen pun terlihat pasrah.

"Bos!"

"Aku titip Gladys padamu. Jaga dia dengan baik."

"Bos!"

"Temui aku di kantor polisi setelah keadaan Gladys membaik," ucap Arsen lalu dibawa oleh petugas polisi.

"Xander memang licik." Merasa komandan tertinggi di kantornya Xander bisa menggunakan jabatannya itu untuk menangkap Arsen.

****

Di sebuah ruangan kosong dan gelap Arsen duduk dengan tenang. Tidak berselang lama Xander datang masuk ke ruangan itu. Xander tersenyum licik melihat anak angkat Joshua ada di dalam penjara.

"Aku tidak pernah menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini. Untuk pertama kalinya aku menangkap seorang mafia. Bagaimana rasanya? Setelah berada di sini."

"Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah kau yang menetap di sini. Xander, kau pikir kau pintar karena telah menangkapku. Justru kau sangat bodoh, sama saja kau menyerahkan dirimu sendiri. Apa kamu tidak takut jika jabatanmu akan dicabut. Karena kau juga ikut terlibat." Bukannya merasa takut Xander malah tersenyum mendengar ancaman itu.

"Tidak akan ada yang berani menghukumku. Akulah yang memberikan perintah." Bibir Arsen tersungging. Baginya Xander terlalu percaya diri.

"Jadi rupanya kau jabatan tertinggi. Aku berharap akan segera menemukan seorang polisi seperti Joshua yang akan menangkapmu."

"Sudahlah Arsen, terima saja nasibmu untuk mendekam di penjara."

Xander, bangkit berdiri lalu keluar dari ruangan itu. Arsen menatapnya tajam, tidak akan pernah Arsen biarkan Xander bebas begitu saja.

"Lihat saja nanti apa yang akan terjadi padamu Xander."

Hari-hari berikutnya Arsen masih berada di dalam tahanan. Gladys masih belum sadarkan diri. Nico, masih terus berjuang mencari cara untuk membebaskan bosnya sebelum sidang di mulai.

Arsen bagaikan orang lain. Yang hanya pasrah menunggu kedatangan seseorang yang menyelamatkannya. Memang, Arsen tidak berharap keluar dari tempat ini, yang dia harapkan hanya satu, kesembuhan Gladys.

"Aku sudah melukainya, dan sekarang aku tidak bisa menjaganya. Maafkan aku ayah."

"Tahanan Arsen, ada yang ingin bertemu denganmu." Seorang petugas membukakan pintu. Arsen berdiri yang langsung diikat borgol lalu melangkah menuju sebuah ruangan.

Di ruangan itu terlihat Nico, sedang berdiri menunggu kedatangannya.

"Nico?" panggilnya Nico pun berbalik. Menghadap sang bos yang sudah lama tidak ia temui. Petugas polisi itupun membiarkan mereka berdua.

"Bagaimana kabarmu?" Nico tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.

"Kamu bisa lihat, aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan Gladys?"

"Sudah lebih baik. Dia sudah sadar dan menanyakan keberadaanmu. Tenang saja, aku tidak mengatakan jika dirimu di penjara. Sepertinya dia sedih karena tidak melihatmu ada di sisinya."

"Bagaimana rencanamu?"

"Sudah ku lakukan. Mungkin para bodyguard sedang mencari pria itu."

"Buka ulang kasus 10 tahun lalu. Berikan semua bukti-bukti itu pada jaksa aku yakin Xander tidak akan bisa lari lagi. Dan temukan pria yang sudah menembak Gladys."

"Tentu. Kematian Joshua akan menjadi bukti kuat untuk menghancurkan Xander."

Drt … drt … drt …

Suara deringan ponsel membuat Arsen menatap Nico. Nico segera menjawab panggilannya itu.

"Maaf Bos, aku akan jawab telepon dulu."

Cukup lama Nico berbicara pada sambungan telepon sebelum akhirnya di matikan. Nico, menatap pada Arsen lalu berkata, "Pria itu sudah ditemukan," ucapnya datar. Arsen tersenyum, menandakan dirinya akan segera dibebaskan.

****

Kedua pria datang ke kantor polisi mengejutkan para petugas. Mereka adalah Komisaris Jendral (KOMJEN) pangkat tertinggi dari kepolisian yang akan menangkap Xander, yang hanya menjabat sebagai Jendral Polisi.

"Panggilkan Jendral Xander."

"Siap." Tegas seorang polisi dengan hormat lalu memanggil Xander.

Xander duduk dengan tenang. Menikmati alunan musik sambil membayangkan keberhasilannya yang sudah menangkap Arsen dan akan memimpin sebuah perusahaan. Namun, semua itu hanya harapan sebelum akhirnya surat perintah penangkapan berada di tangan.

"Apa ini? Siapa yang berani menangkapku!"

"Para Komisaris." Xander terdiam, ternyata Arsen lebih pintar dari pada dirinya. Memang tidak ada yang bisa menangkapnya karena dialah yang memerintah.

Tapi Arsen melaporkannya langsung pada Komisari Jendral untuk menuntutnya. Karena Xander, tidak mungkin melawan perintah mereka.

"Sial!" rutuknya dalam hati. Kini Xander hanya pasrah saat gelang besi itu mengikat tangannya dan kedua pria itu membawanya. Dalam kasus ini dakwaan Xander begitu banyak. Hingga kasus pembunuhan 10 tahun lalu, penculikan Gladys, hingga penembakan dan kematian Dario.

Semua tuduhan itu jatuh padanya. Dan kini Arsen bebas dari hukuman.

****

Gladys duduk termenung di atas brankar. Sebesar dan semewah apapun rumah sakit tidak membuat dia betah. Ketidakhadiran Arsen, membuat Gladys berpikir jika Arsen tidak peduli padanya. Bahkan Arsen tidak menghubunginya sama sekali.

"Nona, kenapa belum tidur? Anda harus banyak istirahat," ujar Bi Je yang menemaninya.

"Dari pagi yang ku lakukan hanyalah berbaring Bi Je. Apa kau sudah selesai menjawab teleponnya?"

"Sudah," jawab Bi Je. "Nona, cepatlah tidur ini sudah malam. Besok akan ada kejutan untukmu."

"Kejutan? Kejutan apa?"

"Pokoknya Nona tidur saja dulu."

"Eh, t-tapi." Gladys tidak bisa berontak saat Bi Je menutup tubuhnya dengan selimut. Bahkan dia tidak di izinkan untuk meliriknya. Gladys tidak tahu kejutan apa yang akan dia terima besok.

*****

Gerbang tahanan terbuka lebar. Arsen keluar dengan penampilan yang berbeda. Aura mafia pada dirinya terpancar lagi. Warna Jaz yang dia kenakan sangat cocok dengan hari ini. Penuh kebebasan dan kemenangan. Nico tersenyum menyambut kedatangan bosnya. Satu buah mobil sudah dia siapkan untuk mengantarkan bos terhebatnya.

"Selamat datang kembali di dunia yang bebas ini. Hari ini kau terlihat tampan apa akan menemui seseorang?" goda Nico. Arsen hanya tersenyum.

"Tetaplah seperti itu Bos, tersenyum. Jangan terlalu kaku di depan seorang wanita."

"Kau sudah mulai memerintahku sekarang." Arsen pun memasuki mobil, diikuti Nico yang duduk di bagian kursi kemudi.

"Aku sudah membelikannya untukmu," ucap Nico yang menyerahkan sebuah paperbag. Entah apa isi paperbag itu.

Terpopuler

Comments

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

nico kamu memang asisten yg hebat bisa menasehati bozmu, smg setelah ini kehiduoan gladys makin baik dn bahagia dgn arsen kamu nico smg oithor kirimkan jodoh untukmi

2023-08-04

0

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

semangat thor penasaran saya

2023-03-19

0

4U2C

4U2C

𝗻𝗮𝗵 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮-𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗽𝗮 𝗶𝘀𝗶 𝗽𝗮𝗽𝗲𝗿 𝗯𝗮𝗴 𝗶𝘁𝘂,,𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘁𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂 𝗱𝗮𝗻 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗼𝗺𝗺 𝗶𝘀𝘁𝗶𝗿𝗲𝗵𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗻𝗴𝗼𝗽𝗶𝗶𝗶 𝗱𝘂𝗹𝘂𝗮𝗻,,𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁 𝘁𝗵𝗼𝗿 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗰𝗮𝘆𝘆𝗼𝗼𝗼💪💪💪

2023-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!