Setelah hari itu Gladys selalu tersenyum hingga tidak lepas menggenggam kalung indah pemberian Arsen. Gladys tidak tahu apa sikap Arsen akan tetap seperti itu atau akan berubah kembali.
"Nona, kau terus tersenyum, apa ada yang membuatmu bahagia?"
"Tentu Bi Je. Karena hari ini aku akan pulang. Bi Je, bagaimana menurutmu apa Tuan Arsen akan tetap bersikap lembut padaku?" Gladys merasa takut jika Arsen akan kembali menjadi pria arogan dan kejam.
"Sekarang keadaannya berbeda Nona, Tuan sudah mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya. Setahu saya jika Tuan sudah berjanji dia akan menepatinya. Begitupun dengan dendam, jika Tuan sudah benci pada seseorang Tuan tidak akan melepaskan orang itu sebelum dendamnya terbalaskan."
Bukan hanya satu atau dua tahun Bi Je melayani Arsen. Sehingga dia tahu seperti apa sikap Arsen dan apa saja yang terjadi padanya. Musuh yang begitu dekat bukan karena Arsen yang memulai. Melainkan mereka yang menginginkan kehancuran Arsen sehingga terus mengejar hingga mencelakainya.
"Bersiaplah Nona, Tuan Arsen akan segera datang. Dia akan menjemputmu."
"Tunggu Bi Je. Aku tidak melihat Nico apa dia baik-baik saja? Selama ku di sini dia tidak pernah menjenguk."
"Selama ini Pak Nico sibuk mengurus perusahaan," ujar Bi je.
Namun, bukan itu yang terjadi. Nico terpaksa menjauhi Gladys karena perasaannya. Dia tidak ingin perasaan cintanya lebih dalam karena bertemu dengan Gladys, selain itu Nico sudah berjanji pada Arsen untuk menjauhi wanitanya.
Namun, bukan berarti Nico tidak merindukan temannya itu. Seperti saat ini Nico hanya melihat Gladys di dalam mobil yang jaraknya begitu jauh dari rumah sakit. Baginya kesembuhan Gladys sudah cukup tanpa harus bertemu.
Setelah Gladys pergi, Nico segera pergi meninggalkan rumah sakit.
*****
Di dalam mobil Gladys hanya diam. Arsen sama sekali tidak mengajaknya berbicara. Apa memang sikapnya yang dingin atau malas berkata. Tidak seperti Nico yang selalu bercanda.
"Tuan, terimakasih kau sudah mau menjemputku." Akhirnya Gladys lah yang mengalah untuk memulai obrolan.
"Sudah tugasku. Karena kau telah menyelamatkan nyawaku. Lagi pula aku sudah berjanji pada ayahmu untuk menjagamu."
Selalu itu yang Arsen katakan. Dia tidak pernah mengatakan jika melakukan semua itu karena Gladys adalah istrinya. Ingin sekali Gladys bertanya tentang pernikahannya. Dia seorang isteri tapi merasa orang asing di rumah suaminya sendiri.
Mungkin sikap Arsen sudah lebih baik tapi Arsen belum menganggapnya sebagai istrinya. Seperti sekarang ini Arsen kembali membisu, hanya fokus pada jalanan di depannya. Merasa diacuhkan Gladys hanya bisa memandang ke arah jendela. Hingga tiba di rumah Arsen tetap diam.
Arsen membukakan pintu untuk Gladys, tetapi tidak mengantarnya masuk. Karena harus pergi.
"Bi Je!" panggilnya pada Bi Je yang sudah berada di rumah. Kepala pelayan itu keluar menghadap panggilannya.
"Masuklah dan istirahat. Bi Je akan mengantarkanmu ke kamar."
"Lalu kau?"
"Aku harus pergi ada urusan," ucapnya datar lalu masuk ke dalam mobil meninggalkan Gladys yang menatap kepergian Arsen dengan kesal.
"Tidak ada kecupan atau pelukan. Ingin rasanya aku menjadi seorang istri sesungguhnya."
"Sabar Nona, semua butuh waktu." Gladys tersenyum malu karena Bi Je mendengar gumamannya. "Ayo Nona, kamu harus istirahat." Gladys pun dituntun Bi Je memasuki rumah.
Di depan gerbang sebuah mobil berhenti. Sedetik kaca mobil itu turun terlihat seorang pria menatap Gladys lalu tersenyum. "Cantik," ucapnya lalu pergi.
****
"Ansell dari mana kamu?" tanya Davira menghentikan langkah putranya yang baru saja datang.
"Aku hanya keluar sebentar. Mama apa kau menginginkan seorang menantu?"
"Apa kamu akan menikah?" Bukannya menjawab Ansell malah tersenyum.
"Bagaimana jika aku menikahi isteri dari saudaraku sendiri."
"Saudara? Apa maksudmu?" Davira masih terheran-heran.
Setelah kematian sang ayah Ansell mencari tahu semua informasi tentang kerabat dan klien terdekat. Kematian Lucas sangat tidak wajar. Arsen orang yang dia curigai karena saat kematian Lucas Arsen berada di Roma.
Tidak hanya itu keinginan Arsen untuk memiliki Handerson grup memicu kecurigaan dan saat di selidiki ternyata Arsen adalah anak dari bibinya.
"Jadi dia anak Davina. Gavin masih hidup."
"Kenapa kau begitu takut? Apa yang terjadi di masa lalu?"
"Tidak ada. Tidak ada yang terjadi di masa lalu. Kami memang saudara tapi tidak terlalu dekat. Orantuanya meninggal karena kecelakaan dan mayatnya tidak ditemukan. Mama pikir Gavin ikut meninggal."
Ansell tersenyum smirk.
"Ternyata ibuku pandai bersandiwara."
"Apa kau tidak mempercayai ibumu." Tatap Davira dengan tajam.
"Bukankah kalian yang membunuh orangtuanya? Lalu memanipulasi keadaan mereka meninggal karena kecelakaan. Tanpa kalian tahu putra mereka masih hidup dan kini datang untuk membalas dendam. Perusahaan sudah dia ambil dan ayah sudah dia renggut dari kita. Itu sebabnya dia membunuh ayah, dan mungkin sebentar lagi kau yang akan menjadi targetnya." Tatap Ansell pada Davira yang begitu tegang karena takut.
"Tidak mungkin dia tahu kami yang membunuhnya."
"Akhirnya kau mengakuinya Ma. Bukan karena dia tidak tahu mungkin kalian yang tidak melihatnya." Memang benar Davira dan Lucas tidak melihat keberadaan Arsen saat itu yang bersembunyi di bawah meja.
"Jadi … dia membunuh ayahmu. Bisa-bisanya dia terlihat sedih datang ke pemakaman untuk mengucapkan bela sungkawa. Ternyata dia sendiri yang melakukannya." Davira jadi teringat surat yang dia temukan di atas dada Lucas saat menerima mayat suaminya.
...****************...
14 april 2000 - 14 april 2020
...****************...
Itulah catatan yang dia baca. Padahal itu waktu dan tanggal kematian Davira 20 tahun lalu.
"Dari mana kamu tahu jika Arsen adalah anak dari Davira?"
"Aku anak pintar. Menjadi peneliti adalah pekerjaanku. Peninggalan sejarah yang berabad-abad bisa ku temukan. Kenapa tidak dengan seorang Arsen yang hanya menyembunyikan identitasnya. Termasuk kejadian 20 tahun lalu. Apa Mama akan menunggu Arsen menjemput ajalmu? Karena ku yakin tidak hanya ayah Arsen juga menginginkan kematianmu."
"Aku berterimakasih karena kau sudah memberitahuku. Tentu saja itu tidak akan terjadi, karena sebelum dirinya akulah yang akan melenyapkannya."
"Aku suka dengan semangat mu ibuku." Senyum Ansell mengembang yang langsung mendapat delikan tajam dari Davira.
"Apa maksudmu ingin menikahi istrinya? Jangan coba bermain api dengannya."
"Karena aku menyukai wanita itu. Dia mengambil ayahku kenapa tidak dengan istrinya." Davira hanya diam, tidak mengerti apa yang putranya inginkan. Apa karena suka atau dengan maksud lain.
*****
"Nona, ini ada kiriman untukmu."
"Dari siapa Bi?"
"Saya tidak tahu. Mungkin dari Tuan."
"Mungkin iya. Karena dia selalu memberikanku hadiah." Gladys kembali menutup pintu kamar. Membawa sebuket bunga pemberian Arsen yang ia simpan di atas ranjang tidurnya.
"Tadi dia tidak mengatakan apapun. Kenapa tiba-tiba mengirim bunga?"
"I love you," ucapnya saat membaca sebuah catatan pada kartu yang terselip dalam bunga. "Apakah dia baru saja mengatakan cinta, tapi tidak berani." Gladys tersenyum menurutnya Arsen terlalu pemalu.
"Nona …," panggil Bi Je lagi yang mengetuk kamarnya. Gladys pun membuka kamar itu.
"Turunlah ke bawah Nona harus lihat."
"Ada apa?" Bi Je tidak menjawab dia langsung menuntun tangan Gladys menuju ruang utama. Gladys termangu menatap puluhan bunga yang berjajar memenuhi ruangan itu.
"Bi Je, sebanyak ini?"
"Tuan, pasti memberikanmu kejutan lagi Nona." Jika itu benar Gladys akan sangat bahagia. Mungkinkah Arsen sudah mulai mencintainya?.
"Ada apa ini? Kenapa rumahku penuh dengan bunga?" Suara Arsen mengejutkan mereka berdua. Hingga senyuman Gladys memudar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
apakah itu kiriman dr hansell aduh kamu membangunkan singa yg lagi tidur hansell
2023-08-04
0
Galluh
apaka arsen mafia sehebat family smith?
2023-03-20
0