Terpaksa Menikahi Seorang Mafia

Terpaksa Menikahi Seorang Mafia

Chapter 1

"Apa 10 Miliyar!"

Katrin syok, mendengar hutang suaminya yang begitu besar. Bukan karena bangkrut atau gagal berbisnis, melainkan karena judi.

"Papa sudah gila apa! 10 milyar kamu habiskan untuk judi dan sekarang hasilnya apa? Dapat tidak, hutang yang ada." Kesal Katrin yang terus memukul suaminya.

"Berhenti Katrin jangan memukulku terus. lagi pula aku tidak tahu jika aku akan kalah. Kamu jangan lupakan uang dan perhiasan yang ku berikan semua itu hasil dari ku bermain judi."

Ya!

Jicko suami Katrin yang selalu menghabiskan waktunya untuk judi. Bahkan rela menghutang demi permainan haram itu.

"Sekarang yang kita pikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang. Mereka pasti mencariku."

"Siapa yang mencarimu?"

BRAKK!

Seorang pemuda mendobrak pintu sebuah ruangan VIP room di club. Pemuda itu bertubuh tinggi, kaki jenjang yang panjang, yang langkahnya begitu tegak dan cepat.

Mulut berbisa yang kapan saja bisa membuat orang celaka karena ucapannya. Tangan yang cekatan memukul dan membanting tubuh mereka yang mengancamnya.

Punggung tegap itu merunduk, jari tangan itu mencengkram kuat rahang seorang pria di hadapannya.

"A-ampun … ampun."

Mohon pria itu penuh ketakutan. Tidak ada sedikitpun rasa kasihan bagi si pria bermata elang itu.

Perlahan cengkraman itu di lepaskan. Pria itu sedikit lega akhirnya bisa bernafas dengan bebas. Namun, itu hanya beberapa detik saja sebelum akhirnya si mata elang mendaratkan pukulan pada wajahnya.

Bugh!

Brakk!

Seketika tubuhnya terjatuh, dengan mulut berlumuran darah. Tidak ada kesempatan bagi pria itu untuk terbangun, sang mata elang menginjak kuat punggung itu dengan keras hingga terdengar suara retakan pada tulang sumsumnya.

"Aaaahh!" jerit pria itu.

Miris, si mata elang hanya tersenyum smirk lalu pergi meninggalkan pria itu setelah tidak bernyawa.

"Bereskan mayatnya."

"Oke, Bos."

Hanya dengan sekali ucap, tidak ada yang bisa membantah mulut berbisa itu.

"Temukan Jicko, dia harus membayar hutangnya." Perintahnya yang di angguki para ajudan.

Sungguh mengerikan hanya dengan membayangkan nya saja. Nyawa Jicko terancam karena berurusan dengan Arsen mafia kejam yang dijuluki si mata elang.

"Apa mereka akan membunuh kita?" tanya Katrin yang sudah membayangkan perkataan suaminya.

"Mungkin saja." Dengan santainya Jicko menjawab seakan tidak ada rasa takut.

"Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Katrin berpikir keras bagaimana caranya agar hidupnya aman dari serangan mafia itu.

Mereka berdua kini saling diam dengan pikirannya masing-masing. Seketika Katrin tersenyum, setelah mendapatkan ide yang cemerlang baginya. Entah itu ide buruk atau baik.

"Sayang!"

"Hm,"

"Bagaimana jika Gladys yang membayar hutang itu."

"Dari mana anak itu punya uang hah!"

"Dengarkan aku dulu." Katrin menarik bahu suaminya supaya menghadap dan menatapnya. Katrin pun mulai mengatakan ide busuk itu.

"Jadikan Gladys jaminan."

"Jaminan!"

"Jika Gladys tidak bisa membayar hutang itu dengan uang. Dia harus membayar semua hutang kita dengan tubuhnya."

"Maksud mu?"

Dengan tenangnya Karin berkata, berharap idenya ini akan menjadi penyelamat hidup suaminya.

"Nikahkan Gladys dengan mafia itu."

"Kamu akan menjualnya?"

Ya, mereka akan menjual anak angkatnya untuk menebus hutang. Karena tidak mungkin jika mereka menjual anak kandungnya sendiri.

"Bagaimana jika dia menolak."

"Tidak akan, Gladys gadis yang cantik banyak lelaki yang menginginkannya. Kamu pastikan memberikan foto ini padanya dia pasti setuju jika melihat wajah Gladys."

Katrin memberikan sebuah foto, memasukannya ke dalam saku kemeja suaminya.

*****

Dengan wajah penuh lebam Jicko di dorong oleh sekelompok pria menghadap Arsen yang terduduk di atas kursi kebesarannya.

Pria si mata elang yang terkenal sangat kejam. Telapak kakinya bergerak membuat irama yang berbunyi sebuah ketukan dansa. Dengan santainya Arsen mendengarkan alunan musik tanpa melihat seorang pria di bawah kakinya.

Musik itupun berhenti. Bersamaan dengan sepasang mata elang itu menatap Jicko di hadapannya. Baru saja menatap matanya tubuh Jicko sudah bergetar, seolah sedang berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa.

Entah kenapa tatapan itu sangat menakutkan, mungkin itulah kenapa Arsen di juluki si mata elang.

Arsen menghentakkan kedua kakinya yang membuat Jicko takut dan semakin gemetar. Jicko semakin meringis saat kaki itu menginjak jari jemarinya.

"Aaahh!"

Arsen tidak peduli dengan ringisan itu. Tatapannya masih tajam, menuntun tangannya mencengkram kuat rahang Jicko.

"A-ampun Tuan."

"Ampun! Sekarang kamu bilang ampun setelah membuang waktu ku hah! Kamu pikir kamu siapa? Berani membuat ku menunggu."

Dengan kasar Arsen melepaskan cengkramannya. Jicko hanya bisa menunduk seraya meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Arsen berdiri membelakangi Jicko. Kakinya melangkah mendekati jendela kaca, yang memperlihatkan pemandangan indah taman di luar sana.

Namun, terlihat seekor macan yang menunggu taman itu. Mata yang tajam, menakutkan, gigi taring yang seram, seperti dirinya membuat siapapun yang melihatnya merasa takut.

Dengan santainya Arsen berkata, "Kembalikan uang ku."

"Maaf Tuan, tapi saya tidak bisa membayarnya sekarang."

Arsen berdecak kesal.

"Kamu mau mempermainkan ku?"

Jicko bersujud di hadapannya, memohon untuk di kasihani. Jicko meyakinkan Arsen jika ucapannya benar. Jika dirinya tidak memiliki uang sepersen pun. Namun, Arsen tidak peduli baginya perjanjian adalah perjanjian yang harus di bayar.

"Kembalikan uangku atau jadi santapan macan ku."

"Tidak! Jangan Tuan jangan. Aku masih ingin hidup, jangan biarkan macan itu memakan ku."

Dalam satu jentikan jari, pasukan pria hitam itu segera mengangkat tubuh Jicko untuk di bawanya ke dalam kandang macan. Namun, kali ini Jicko mengatakan apa yang di perintahkan istrinya, membuat Arsen menahan pasukannya untuk memasukkan Jicko ke dalam kandang itu.

"Tunggu! Aku punya jaminan untuk mu. Aku akan membayarnya bukan dengan uang tapi dengan putri ku."

Sedetik tubuh Jicko berbalik.

"Kamu akan menjual putrimu?"

"Kamu bisa menikahinya, kamu bisa melakukan apapun terhadapnya. Dia putriku aku yakin kamu pasti menyukainya karena dia sangat cantik."

"Gladys!"

"Iya, Ma?"

"Cepat ke mari."

Gladys Juana Jean, seorang gadis cantik yang mereka angkat yang kini sudah berusia 25 tahun. Baik, polos dan pekerja keras yang selalu diandalkan oleh keluarganya.

"Ada apa Ma?" tanya Gladys saat sudah menghadap Katrin. Terlihat juga Jicko dan Lorenz duduk di sana

"Duduk!" Gladys langsung menurut apa yang ibunya katakan, walaupun perlakuan mereka tidak sebaik yang orang kira.

"Dengarkan baik-baik perkataan Mama. Kamu sudah dewasa, sudah waktunya untukmu menikah."

"Menikah!" Tidak hanya Gladys, Lorenz pun ikut terkejut.

"Mama mau menikahkan anak ini?" tunjuknya pada Gladys.

"Jangan potong pembicaraan Mama Lorenz!" tungkas Katrin. Lorenz langsung mencebik.

Katrin pun menjelaskan permasalahan yang sedang di hadapinya saat ini. Memaksa Gladys untuk menikah dengan seorang mafia. Tentu saja Gladys menolak karena dia tidak ingin menikah dengan pria yang tidak dia kenal.

"Tidak mau Ma. Kenapa harus Gladys? Kenapa tidak kak Lorenz saja."

Plak!

Satu tamparan mendarat pada wajahnya.

"Kamu harus sadar diri siapa kamu di rumah ini. Sudah sepantasnya kamu menurut padaku. Karena aku sudah merawat dan membesarkanmu. Kurang baik apa aku selama ini."

Baik!

Ya, karena kebaikan itu Gladys selalu di tuntut untuk membalas jasa mereka. Hingga rela menanggung setiap penderitaan.

"Tapi Ma …."

"Jika kamu tidak mau, kamu harus bayar hutang papa 10 milyar."

Mata bulat itu terbelalak seketika. 10 milyar, apa semurah itu harga tubuhnya. Yang harus rela menikah dengan pria yang tidak dia kenal demi menebus hutang.

"Kenapa Mama tidak meminta kak Lorenz saja untuk menikah? Aku sudah sering kali membayar hutang papa."

Katrin tidak bodoh, yang akan memberikan putrinya pada seorang mafia.

"Beraninya kamu membantah ku!" Katrin mencengkram kuat dagunya membuat Gladys kesakitan.

"Ingat! Siapa yang merawatmu selama ini hah! Jika tidak ada aku dan suamiku kamu sudah menjadi gelandangan sekarang. Lihat papa mu! Kamu ingin dia mati?"

Sedetik Gladys menatap wajah Jicko yang penuh dengan lebam. Sudah bisa dibayangkan seperti apa lelaki yang akan dinikahkan dengannya.

*****

"Tidak Ma! Aku tidak mau."

"Bawa saja dia."

Katrin benar-benar tidak punya hati, tidak peduli dengan tangisan Gladys yang di bawa oleh para ajudan berseragam hitam. Gladys ingin berontak tapi, tidak bisa.

Tidak ada setetespun air mata yang mereka keluarkan. Kepergian Gladys, seakan meringankan beban mereka.

Gladys terus menangis tidak ada sedikitpun senyuman yang Gladys pancarkan hingga tiba di hadapan Arsen. Melihat tatapan Arsen saja membuatnya takut.

...----------------...

Hai redaer, terimakasih yang sudah mampir di karya ku yang baru. Berikan dukungan like dan votenya 🙏. Tinggalkan coretan kalian di kolom komentar. Semoga kalian suka dengan ceritanya.

Salam orang sunda ❤

Terpopuler

Comments

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

next thor

2023-08-04

0

Sri Mulyati

Sri Mulyati

Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

2023-03-16

0

❤️⃟Wᵃf 𝐀⃝🥀🤎MAMI•§¢•❀∂я

❤️⃟Wᵃf 𝐀⃝🥀🤎MAMI•§¢•❀∂я

saya jg orang sunda asli bandung🙏🙏

2023-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!