Jadi Istri Pak Bos

Jadi Istri Pak Bos

CH:1

Nama gue Zahra Aneska. Usia 28 tahun, masih single, dan bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Cempaka Satu, bagian penyakit dalam.

Kadang gue mikir, jadi perawat ini kayak hubungan toxic yang nggak bisa gue tinggalkan, capek terus, tapi cinta. Kesibukan di rumah sakit seakan nggak pernah ada habisnya. Kalau kesibukan ini bisa gue jual, mungkin gue udah beli apartemen mewah di tengah kota.

“Ra, lo bisa nggak gantiin gue shift malam?” tanya Bu Hasya, muncul dari balik pintu ruang staf seperti hantu shift malam.

“Kenapa Bu?” gue menatapnya sambil menelan ludah, udah feeling buruk.

“Anak gue demam tinggi Ra, 39 derajat. Kasihan banget, gue jadi nggak fokus kerja,” katanya sambil melirik gue penuh harap.

“Wah, itu sih anakmu udah kayak oven pemanggang roti,” celetuk Bu Ika yang entah kenapa selalu punya komentar random.

“Itu tinggi banget Sya. Udah dikasih obat belum?” tanya Bu Risma sambil melipat tangan kayak lagi wawancara kerja.

“Udah, sekarang dia lagi tidur habis minum obat,” sahut Bu Hasya. “Jadi gimana Ra? Lo mau bantuin gue kan?”

Gue ngelirik jadwal kerja, dalam hati udah nangis. Tapi ya udah, akhirnya gue jawab, “Iya Bu, gue bantu.”

“Makasih banget Ra! Nanti gue kasih camilan deh,” kata Bu Hasya dengan senyuman lebar kayak baru menang lotre.

“Camilan apa Bu? Jangan-jangan cuma biskuit yang udah melempem kayak hati gue,” balas gue setengah bercanda.

“Haha! Nggak lah, nanti gue bikinin risoles spesial!” jawabnya.

Belum selesai dengan Bu Hasya, Bu Ika ikut nimbrung. “Ra, besok pagi gantiin gue juga ya. Suami gue kerja pagi, nggak ada yang jagain anak.”

“Iya Bu,” jawab gue lagi, udah pasrah.

“Sore juga ya Ra. Saudara gue akad nikah habis magrib. Masa gue nggak dateng?” tambah Bu Risma sambil pasang wajah memelas.

“Ra, kayaknya gue besok malam lagi ya,” sambung Bu Hasya.

Melihat wajah mereka bertiga yang penuh harapan, gue cuma bisa pasrah. “Iya, gue lembur deh. Tapi jangan lupa pesangonnya.”

“Oke!” seru mereka serempak sambil mengacungkan jempol kayak habis nyusun rencana heist.

......................

Dua hari dua malam lembur akhirnya selesai juga. Badan gue udah kayak robot rusak, jalan miring ke kanan. Tapi yang penting semua tugas selesai, pasien aman, dan gue bisa pulang.

“Bu, saya pulang dulu ya,” pamit gue ke Bu Karu yang lagi sibuk ngetik laporan.

“Oh, iya Ra. Terima kasih atas kerja samanya,” jawabnya sambil senyum manis. Tapi di balik senyumnya itu, gue yakin banget dia mikir, bagus nih Zahra, kapan aja bisa dipanggil kayak superhero.

Gue keluar dari ruangan sambil menghirup udara pagi yang segar. Rasanya kayak baru keluar dari penjara setelah sekian lama di lockdown. Sambil berjalan ke parkiran, gue nyapa beberapa pasien yang lagi duduk santai di bawah matahari pagi.

“Selamat pagi Kek!” sapa gue ke seorang kakek yang duduk di kursi roda sambil ngipasin dirinya sendiri dengan koran.

“Pagi Sus! Sudah sarapan?” balas si kakek sambil senyum.

“Belum Kek. Kalau ada bubur gratis, kasih tau ya,” canda gue.

Kakek itu ngakak, sementara gue melanjutkan langkah ke motor kesayangan. Gue pasang helm, nyalain mesin, dan tancap gas. Tapi sebelum pulang ke rumah, gue mampir dulu ke rumah Mika, sahabat sekaligus partner kerja gue yang nggak masuk karena kecelakaan beberapa hari lalu.

......................

“Assalamualaikum,” sapa gue sambil mengetuk pintu rumah Mika.

“Waalaikumussalam. Eh, Zahra, ayo masuk!” sahut Bu Yanti, ibunya Mika, sambil muncul dari balik pintu dengan senyum ramah khasnya.

Gue melepas sepatu dan masuk ke rumah yang sederhana tapi nyaman itu. Suasana hangat keluarga Mika bikin gue langsung lupa sama capek.

“Masuk aja ke kamarnya Nak Zahra. Mika lagi tiduran tadi,” kata Bu Yanti sambil menunjuk pintu kamar Mika.

“Iya Bu,” jawab gue.

Begitu gue buka pintu kamar Mika, dia lagi duduk sambil pegang kakinya yang dibalut perban. Melihat gue masuk, dia langsung senyum lebar.

“Mik, lo nggak apa-apa?” tanya gue sambil mendekat dan bantu dia duduk lebih nyaman.

“Nggak apa-apa. Cuma kaki gue udah kayak antena TV jaman dulu, bengkok-bengkok dikit tapi masih bisa nangkep sinyal,” jawab Mika santai sambil menunjuk kakinya.

Gue ngakak. “Lo ada-ada aja. Udah diurut belum?”

“Udah dong. Sama mbah Maridjan. Lo tau kan, dia tuh tukang urut legendaris. Orang bilang dia bisa ngelurusin jalan hidup orang kalau perlu,” jawab Mika sambil bercanda.

“Wah, gokil tuh mbah Maridjan. Luka yang lain gimana?” gue merhatiin tangannya yang ada beberapa goresan kecil.

“Lecet-lecet doang. Udah gue kasih betadine kok. Jadi sekarang gue udah kayak permen karet habis jatuh, kelihatan hancur tapi masih kuat,” balas Mika sambil ketawa kecil.

Tiba-tiba Bu Yanti muncul di pintu sambil bawa secangkir teh. “Ini Nak Zahra. Diminum dulu tehnya. Capek ya lembur terus?”

“Wah terima kasih banyak Bu. Tapi kalau tehnya bikin tambah glowing, saya nggak mau. Nanti pasien malah antre buat foto bareng,” canda gue sambil mengambil cangkirnya.

“Tambahan bonusnya soto Betawi ya Nak Zahra. Ibu tadi pagi masak,” kata Bu Yanti dengan senyum penuh kebanggaan.

Mendengar kata soto Betawi, perut gue langsung kasih kode dengan bunyi keras. “Wah Bu, saya nggak akan nolak. Soto Ibu mah levelnya bintang lima.”

Bu Yanti ketawa kecil dan balik ke dapur, sementara gue lanjut ngobrol sama Mika.

“Jadi gimana rasanya lembur dua hari dua malam Ra?” tanya Mika sambil menatap gue yang udah duduk lemes di kursi.

“Capek banget sih Mik. Tapi ya gimana lagi. Hidup gue tuh udah kayak sinetron. Semua orang butuh gue, tapi gue sendiri nggak tau kapan jalan cerita gue bahagia,” jawab gue sambil ketawa getir.

Mika ngakak. “Lo udah kayak pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi gue harap minimal dapet risoles dari mereka yang lo bantuin.”

“Iya Mik. Tapi risolesnya jangan cuma angin doang ya. Harus isi penuh,” balas gue sambil ketawa.

Nggak lama kemudian Bu Yanti balik lagi sambil bawa semangkuk soto Betawi lengkap dengan nasi hangat. Aroma kuah santannya langsung bikin gue lupa semua capek di badan.

“Ini Nak Zahra. Jangan malu-malu, makan yang banyak,” kata Bu Yanti sambil nyodorin soto.

“Wah, terima kasih banyak Bu. Rasanya kayak menang lotre,” jawab gue sambil mengambil nasi.

Begitu suapan pertama masuk, gue langsung terpana. “Bu, ini enak banget. Kalau Ibu ikut lomba masak, pasti langsung menang tanpa tanding.”

Bu Yanti ketawa. “Makan yang banyak Nak Zahra. Jangan sampai kehabisan tenaga.”

“Siap Bu.”

Bu Yanti pergi keluar, gue lanjut makan, kami berdua terus ngobrol. Dari mbah Maridjan yang katanya bisa ngurut pakek kaleng susu sampai cerita pasien-pasien unik di rumah sakit. Makan siang itu bikin gue merasa lupa sama capek, meski cuma sebentar.

Setelah selesai makan, gue pamit. “Bu, saya pulang dulu ya. Terima kasih banyak untuk sotonya.”

“Hati-hati di jalan Nak Zahra. Jangan lupa pakai helm,” pesan Bu Yanti.

“Siap Nyonya,” jawab gue sambil hormat.

Buk Yanti malahan tersenyum malu.

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Lanjut Thor...

2024-04-10

0

juhaina R💫💫

juhaina R💫💫

hayyy 🤭🤭 aku telat😅

2024-01-17

1

Akagami

Akagami

keknya seru , kalo gua ambil cuplikan sedikit buat bikin novel tema Traveller boleh? maksud tema Traveller itu aku ambil 1 chapter trus aku remake nambahin karakter

2023-10-02

0

lihat semua
Episodes
1 CH:1
2 CH:2
3 CH:3
4 CH:4
5 CH:5
6 CH:6
7 CH:7
8 CH:8
9 CH:9
10 Hairdryer
11 Berkeringat
12 Berdebat
13 Masuk kerja
14 Di Gosipin
15 Sahabat
16 Masa lalu
17 Apartemen
18 Watch together
19 Benalu
20 Mengetahui Aibku
21 Penjelasan sisa mahar
22 Black Card
23 kuali Gosong
24 Salah paham
25 Keluarga Besar
26 Peran Antagonis
27 Lelaki Tampan
28 Duganya Cemburu
29 Tatapan Mematikan
30 Ular Sanca
31 Berdiskusi
32 Ngajak Jalan-jalan
33 Bertemu Mantan
34 Masa lalu
35 Dugaku Mafia
36 Viral
37 Ucapan Pedas
38 Gitar Spanyol
39 Ulang Tahun Mika
40 Putus Cinta
41 Isi Hati
42 Pilihan
43 Kejar-Kejaran
44 Undangan
45 Acara
46 Kucing Liar
47 Mengasuh
48 Terjebak
49 Segala Jurus
50 Terbukanya Hati
51 Syukur
52 Takut untuk mengakuinya
53 Cek Kesehatan
54 Dineer
55 Kabar Buruk
56 Akibat Alkohol
57 Selembar foto
58 Fitnah
59 Di Pecat
60 Hilang satu tumbuh seribu
61 Hari Terakhir
62 Menjemput
63 Sakit
64 Ketahuan Berbohong
65 Rumah Baru
66 Kamar Utama
67 Berontak
68 Tragedi
69 Salah menilai
70 Langsung Nikah
71 Duda beranak satu
72 Posesif
73 Obat
74 Kehilangan
75 Tuduhan
76 Penasaran
77 Selembar Kertas
78 Syukuran
79 Doa Bersama
80 Adil
81 Pengertian
82 Pamer
83 Jaran Goyang
84 Mengganggu
85 Pemandangan
86 Asparagus
87 Mandi Hujan
88 Mulai Terbuka
89 Dugaannya Janda
90 Tingkahmu
91 Gombal
92 Surprise
93 Setuju
94 Istri ke-dua
95 Minder
96 Malaikat Baik
97 Mendekati secara perlahan
98 Ancaman
99 Terimakasih
100 Berjuang
101 Pemandian Air Panas
102 Demostrasi
103 Cemburu
104 Memikirkan Orang Lain
105 Garis Dua
106 Periksa
107 Pelakor tingkat dewa
108 Awas
109 Menahan malu
110 Menahan
111 Sempurna
112 Pasrahnya.
113 Rambut palsu
114 Terakhir
115 Ruang Operasi
116 Dua malaikat
117 Manusia atau Malaikat
118 Patuh
119 TAMAT
120 Part tambahan
121 Novel Baru
Episodes

Updated 121 Episodes

1
CH:1
2
CH:2
3
CH:3
4
CH:4
5
CH:5
6
CH:6
7
CH:7
8
CH:8
9
CH:9
10
Hairdryer
11
Berkeringat
12
Berdebat
13
Masuk kerja
14
Di Gosipin
15
Sahabat
16
Masa lalu
17
Apartemen
18
Watch together
19
Benalu
20
Mengetahui Aibku
21
Penjelasan sisa mahar
22
Black Card
23
kuali Gosong
24
Salah paham
25
Keluarga Besar
26
Peran Antagonis
27
Lelaki Tampan
28
Duganya Cemburu
29
Tatapan Mematikan
30
Ular Sanca
31
Berdiskusi
32
Ngajak Jalan-jalan
33
Bertemu Mantan
34
Masa lalu
35
Dugaku Mafia
36
Viral
37
Ucapan Pedas
38
Gitar Spanyol
39
Ulang Tahun Mika
40
Putus Cinta
41
Isi Hati
42
Pilihan
43
Kejar-Kejaran
44
Undangan
45
Acara
46
Kucing Liar
47
Mengasuh
48
Terjebak
49
Segala Jurus
50
Terbukanya Hati
51
Syukur
52
Takut untuk mengakuinya
53
Cek Kesehatan
54
Dineer
55
Kabar Buruk
56
Akibat Alkohol
57
Selembar foto
58
Fitnah
59
Di Pecat
60
Hilang satu tumbuh seribu
61
Hari Terakhir
62
Menjemput
63
Sakit
64
Ketahuan Berbohong
65
Rumah Baru
66
Kamar Utama
67
Berontak
68
Tragedi
69
Salah menilai
70
Langsung Nikah
71
Duda beranak satu
72
Posesif
73
Obat
74
Kehilangan
75
Tuduhan
76
Penasaran
77
Selembar Kertas
78
Syukuran
79
Doa Bersama
80
Adil
81
Pengertian
82
Pamer
83
Jaran Goyang
84
Mengganggu
85
Pemandangan
86
Asparagus
87
Mandi Hujan
88
Mulai Terbuka
89
Dugaannya Janda
90
Tingkahmu
91
Gombal
92
Surprise
93
Setuju
94
Istri ke-dua
95
Minder
96
Malaikat Baik
97
Mendekati secara perlahan
98
Ancaman
99
Terimakasih
100
Berjuang
101
Pemandian Air Panas
102
Demostrasi
103
Cemburu
104
Memikirkan Orang Lain
105
Garis Dua
106
Periksa
107
Pelakor tingkat dewa
108
Awas
109
Menahan malu
110
Menahan
111
Sempurna
112
Pasrahnya.
113
Rambut palsu
114
Terakhir
115
Ruang Operasi
116
Dua malaikat
117
Manusia atau Malaikat
118
Patuh
119
TAMAT
120
Part tambahan
121
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!