CH:5

Sebuah paper bag mendarat di depan gue dengan bunyi flop dramatis, seperti di film-film saat pahlawan tiba-tiba datang dengan membawa barang penting. 

“Gantilah baju kamu, hari sudah malam,” katanya dengan ekspresi serius, seakan-akan dia baru ngasih perintah buat menyelamatkan dunia.

“Tapi Pak, kita sudah janji untuk berteman dulu, berarti dalam kata arti kita juga harus pisah kamarkan?” gue ngelawan dengan cara halus karena gue butuh privasi, bukan cuma baju baru yang bikin gue ngerasa kayak influencer yang salah kostum.

“Ra, kamu harusnya ingat dengan status kita. Jangan membuat situasi semakin sulit. Gantilah bajumu, atau saya yang akan menggantikannya,” katanya lagi sambil menyeringai kayak villain di film superhero yang siap menghancurkan dunia.

Gue melototin dia. Hah. 

“Dan satu lagi, besok kita bertemu keluarga saya.”

“Pak—”

“Jangan membantah dan ikuti aja. Setidaknya kita harus melihat situasi malam ini. Aku nggak mau ada berita miring tentang kita. Dan tenang, hakku masih bisa tertunda.” dia ngomong dengan serius kayak pejabat yang lagi ngatur urusan negara.

Tunggu? Hak? Hak apa? Gue langsung kebayang bakal dibawa ke pengadilan hidup dan harus jawab pertanyaan soal hak. Tapi yaudah deh, untuk malam ini aja gue menurut. “Baiklah Pak, besok jam berapa?”

“Sekitar jam sembilan atau setelah kita sarapan,” jawabnya kayak dia udah janjian sama alarm untuk bangun tepat waktu.

“Baiklah Pak.” gue ambil paper bag itu, dan ngeliat isinya. Wah, baju bermerek! Elegan banget, tertutup juga. Tapi kalo gue pakek ini, rasanya harga baju ini bisa beli motor metik bekas yang masih bisa dipake buat keliling kampung. 

Gue pernah iseng liat di aplikasi belanja online, kayaknya harga baju ini bisa bayar cicilan motor sebulan penuh.

Makanan tadi siang belum dibayar juga nih. Untung gue rajin menabung untuk masa depan, tapi ya nggak lah dipake buat baju mahal dan makanan yang harganya bisa buat beli nasi bungkus 3 tahun. 

“Pak, boleh nggak saya ganti dengan baju saya aja di rumah? Lebih nyaman, lebih murah, dan nggak bikin saya pusing mikirin tagihan.”

“Kenapa? Apa baju itu nggak cocok untukmu?” dia ngelirik gue dengan tatapan yang penuh dengan keraguan, seperti dia lagi mikir gue bakal jadi orang paling nyeleneh kalau pake baju biasa.

“Ah, nggak Pak, ini—” Gue coba jelasin, tapi kata-kata gue kayaknya gagal nembus otak dia.

“Pakek aja, atau mau aku belikan yang lain?” katanya penuh tekanan, kayak pemimpin negara yang lagi negoin sesuatu.

Gue pengen marah, tapi disisi lain gue juga takut kalau dia tiba-tiba melemparkan sesuatu yang lebih absurd. Gue akhirnya nggak bisa banyak bicara, langsung ambil baju itu dan masuk kamar mandi sambil ngeloyor.

Baiklah, dengan senang hati gue pakek baju mahal ini. Kapan lagi gue bisa ngerasain pake baju seharga setengah harga motor? 

Walau rasanya gue lebih pengen beli kertas bergambar bernilai, terus tukerin buat barang yang lebih berguna. Ke pasar kaki lima aja udah buka toko besar gue!

Tapi yaudah, gue keluar kamar mandi dengan baju baru, siap untuk bertemu keluarga Pak Bos besok. 

Gue nggak tau apakah mereka akan suka sama gue atau nggak, tapi gue udah siap kalau harus jadi bintang tamu yang dibahas setiap hari. Yang penting gue nggak kena omelan kayak anak sekolah yang lupa bawa PR.

-

-

Duh, perut gue udah kayak drum kosong, laper banget! Makanan please, jangan tinggalin gue laper lagi.

“Makan dulu sini,” suara Pak Bos tiba-tiba nyerocos sambil ngajakin makan.

Baru aja gue keluar dari kamar mandi, niatnya mau izin cari makan. Eh, tiba-tiba dalam kesulitan ada jalan kemudahan. Pak Bos ternyata udah nyiapin makanan buat gue. 

Segampang ini? Jangan-jangan dia udah ngatur segala sesuatunya kayak punya asisten pribadi 24 jam. 

Tapi gue nggak mau bohong, mulut gue langsung ngeluarin suara kayak baru liat buffet seberat 3 ton. Makanan ini bener-bener menggoda, kayak godaan setan di film horor, tapi yang ini lebih manis dan nggak bikin gue takut.

“Makanlah, kamu belum makan malam,” katanya sambil potong beef steak pakai pisau dan garpu, kayak di restoran bintang lima. 

Pantesan gue nggak bisa diem. Makanan enak banget. Ini harus dihabiskan, jangan sampe ada sisa. Bisa-bisa gue nangis besok kalau lihat makanan ini terbuang sia-sia.

“Makan yang banyak,” perintahnya lagi sambil liat meja yang penuh dengan segala macam makanan dan minuman. Jus, air putih, pokoknya yang penting segala kebutuhan perut manusia ada di sana.

Liat-liat ini udah kayak dinner ala keluarga kerajaan. Tapi kenapa jantung gue tiba-tiba jadi kayak drum band? Gue merasa kayak lagi ditugaskan jadi MC di acara tumpengan yang bikin deg-degan.

Hah, ini semua gara-gara begadang semalam, atau karena gue tiba-tiba pengen jadi seleb dadakan di acara ini?

Eh, besok gue harus tampil keren kan? Soalnya gue harus ketemu mertua. Kalau mereka nggak suka sama gue, yaudah deh, at least gue udah nyobain jadi bintang tamu yang kocak. 

Tapi, serius nih, kalau mereka nggak suka sama gue, berarti makin gampang gue cabut dari semua drama ini. 

Hahaha... Salah satu cara pintar buat keluar dari jebakan hidup. “Pak, kira-kira boleh nggak saya keluar sebentar?”

“Mau kemana?”

“Saya mau beli sesuatu buat keluarga besar Anda.”

“Nggak perlu, kita datang aja.”

“Enggak enak Pak,” gue maksa. “Kalo saya bawa sesuatu, mereka bakal lebih ngerasa di hargain.”

“Memangnya kamu mau bawa apa?” tanya dia sambil ngangkat alis, kayak detektif yang lagi analisa semua keputusan hidup gue.

“Misalnya, buah.”

“Ada.”

“Kue?”

“Ada.”

“Souvenir berisi benda yang mereka suka?”

“Semua benda di sana banyak Ra. Ibu suka belanja. Kamu nggak perlu bawa apa-apa,” jawabnya santai kayak orang kaya yang udah biasa belanja dari zaman dinosaurus.

Hah, orang kaya emang enak. Semua bisa dibeli tanpa mikir, kayak beli es krim rasa anggur. “Iya Pak.”

-

-

Jam nggak terasa udah pukul sebelas malam. Semua makanan udah beres. Gue mulai mikir, gue bakal tidur dimana ya? Kayaknya gue bakal diusir ke sofa lagi deh.

“Ayo istirahat,” katanya ngajak gue masuk kamar.

Gue buru-buru ngambil bantal lagi buat tidur di sofa, biar nggak kelihatan terlalu manja.

“Mau kemana?”

“Tidur di sana lah Pak,” gue nunjuk kursi sofa yang udah familiar banget buat gue.

“Tidurlah disini,” jawabnya sambil duduk di ranjang, seakan-akan dia udah punya rencana buat ngelawan prinsip hidup gue.

Tadi ngomongnya nggak akan meminta hak, tapi kok sekarang jadi kayak sandiwara penuh drama? “Anda aja yang di sana, saya di sini Pak,” gue nyoba memberi solusi yang terbaik buat semua pihak.

“Zahra Aneska, tidurlah di sini. Aku sudah berjanji nggak akan mengambil hak ku secepat itu. Tapi kalau kamu nggak mau mengikuti perintahku, jangan salahkan aku.” suaranya mulai tegas, penuh tekanan. Kayaknya dia udah siap jadi penguasa dunia.

“Tapikan Pa—”

“Ra.” Dia langsung nyentuh ranjang di sebelah sisinya dengan tatapan mengunci, kayak ninja yang siap menjebak lawan.

Yaudah deh, gue ikutin aja, biar gak panjang urusannya. Gue ngebatalin niat buat tidur di sofa, dan... Gue terbaring dengan rasa cemas. 

Pak Bos ternyata bisa mengubah suasana cuma dengan tatapan. Wajar aja sih, kabar burung tentang dia bisa sampai ke pelosok desa dalam waktu sekejap.

“Pak, kita sudah sepakat jadi teman, batal ini saya letakkan di tengah,” gue bilang sambil meletakkan bantal di tengah ranjang, seakan itu garis batas teritorial. Ini wilayah gue, sana wilayah lo.

Senyumnya setengah nggak jelas kayak orang yang baru ketemu temennya di pasar. “Oke, gue setuju,” dia bilang kayak jenderal yang akhirnya setuju sama strategi perang.

Tapi ya… Syukurlah, gue bisa tenang. Gue ambil handphone dari tas, izin ke Bu Karu buat satu hari nggak masuk, alasan sakit. 

Chat group keluarga pada heboh ngirim pesan tentang pernikahan yang tadi siang, kayak mereka ikut jadi pengiring pengantin.

Tapi, jujur aja, rasanya gue males banget baca satu per satu. Fokus aja dulu sama Bu Karu, semoga besok dia bales.

Pas gue taruh handphone di meja, Pak Bos masih sibuk banget sama laptopnya. Dia bahkan sebelum tidur masih kayak robot yang nggak bisa dimatiin.

“Semangat Pak,” cuma itu yang bisa gue bilang kayak temen yang nggak bisa bantu, cuma bisa ngomong doang.

Pak Bos ngeliat gue sejenak, terus senyum. “Iya, selamat tidur.”

Gue langsung jadi kayak dibekukan palu godam, jantung gue kayak mau copot. Ternyata, dia bisa jadi manis juga, tapi begitu dia ngeluarin senyum yang penuh misteri itu, gue langsung ngerasa kayak baru aja nonton film thriller yang nggak tau endingnya. Bisa-bisa gue punya penyakit jantung deh!

Terpopuler

Comments

murniati cls

murniati cls

ceritanya sih bagus,tp Napa bgtu tak asik kita bc

2023-10-04

1

Citra❤️❤️

Citra❤️❤️

nextt

2023-03-11

0

Aisyah80

Aisyah80

next

2023-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 CH:1
2 CH:2
3 CH:3
4 CH:4
5 CH:5
6 CH:6
7 CH:7
8 CH:8
9 CH:9
10 Hairdryer
11 Berkeringat
12 Berdebat
13 Masuk kerja
14 Di Gosipin
15 Sahabat
16 Masa lalu
17 Apartemen
18 Watch together
19 Benalu
20 Mengetahui Aibku
21 Penjelasan sisa mahar
22 Black Card
23 kuali Gosong
24 Salah paham
25 Keluarga Besar
26 Peran Antagonis
27 Lelaki Tampan
28 Duganya Cemburu
29 Tatapan Mematikan
30 Ular Sanca
31 Berdiskusi
32 Ngajak Jalan-jalan
33 Bertemu Mantan
34 Masa lalu
35 Dugaku Mafia
36 Viral
37 Ucapan Pedas
38 Gitar Spanyol
39 Ulang Tahun Mika
40 Putus Cinta
41 Isi Hati
42 Pilihan
43 Kejar-Kejaran
44 Undangan
45 Acara
46 Kucing Liar
47 Mengasuh
48 Terjebak
49 Segala Jurus
50 Terbukanya Hati
51 Syukur
52 Takut untuk mengakuinya
53 Cek Kesehatan
54 Dineer
55 Kabar Buruk
56 Akibat Alkohol
57 Selembar foto
58 Fitnah
59 Di Pecat
60 Hilang satu tumbuh seribu
61 Hari Terakhir
62 Menjemput
63 Sakit
64 Ketahuan Berbohong
65 Rumah Baru
66 Kamar Utama
67 Berontak
68 Tragedi
69 Salah menilai
70 Langsung Nikah
71 Duda beranak satu
72 Posesif
73 Obat
74 Kehilangan
75 Tuduhan
76 Penasaran
77 Selembar Kertas
78 Syukuran
79 Doa Bersama
80 Adil
81 Pengertian
82 Pamer
83 Jaran Goyang
84 Mengganggu
85 Pemandangan
86 Asparagus
87 Mandi Hujan
88 Mulai Terbuka
89 Dugaannya Janda
90 Tingkahmu
91 Gombal
92 Surprise
93 Setuju
94 Istri ke-dua
95 Minder
96 Malaikat Baik
97 Mendekati secara perlahan
98 Ancaman
99 Terimakasih
100 Berjuang
101 Pemandian Air Panas
102 Demostrasi
103 Cemburu
104 Memikirkan Orang Lain
105 Garis Dua
106 Periksa
107 Pelakor tingkat dewa
108 Awas
109 Menahan malu
110 Menahan
111 Sempurna
112 Pasrahnya.
113 Rambut palsu
114 Terakhir
115 Ruang Operasi
116 Dua malaikat
117 Manusia atau Malaikat
118 Patuh
119 TAMAT
120 Part tambahan
121 Novel Baru
Episodes

Updated 121 Episodes

1
CH:1
2
CH:2
3
CH:3
4
CH:4
5
CH:5
6
CH:6
7
CH:7
8
CH:8
9
CH:9
10
Hairdryer
11
Berkeringat
12
Berdebat
13
Masuk kerja
14
Di Gosipin
15
Sahabat
16
Masa lalu
17
Apartemen
18
Watch together
19
Benalu
20
Mengetahui Aibku
21
Penjelasan sisa mahar
22
Black Card
23
kuali Gosong
24
Salah paham
25
Keluarga Besar
26
Peran Antagonis
27
Lelaki Tampan
28
Duganya Cemburu
29
Tatapan Mematikan
30
Ular Sanca
31
Berdiskusi
32
Ngajak Jalan-jalan
33
Bertemu Mantan
34
Masa lalu
35
Dugaku Mafia
36
Viral
37
Ucapan Pedas
38
Gitar Spanyol
39
Ulang Tahun Mika
40
Putus Cinta
41
Isi Hati
42
Pilihan
43
Kejar-Kejaran
44
Undangan
45
Acara
46
Kucing Liar
47
Mengasuh
48
Terjebak
49
Segala Jurus
50
Terbukanya Hati
51
Syukur
52
Takut untuk mengakuinya
53
Cek Kesehatan
54
Dineer
55
Kabar Buruk
56
Akibat Alkohol
57
Selembar foto
58
Fitnah
59
Di Pecat
60
Hilang satu tumbuh seribu
61
Hari Terakhir
62
Menjemput
63
Sakit
64
Ketahuan Berbohong
65
Rumah Baru
66
Kamar Utama
67
Berontak
68
Tragedi
69
Salah menilai
70
Langsung Nikah
71
Duda beranak satu
72
Posesif
73
Obat
74
Kehilangan
75
Tuduhan
76
Penasaran
77
Selembar Kertas
78
Syukuran
79
Doa Bersama
80
Adil
81
Pengertian
82
Pamer
83
Jaran Goyang
84
Mengganggu
85
Pemandangan
86
Asparagus
87
Mandi Hujan
88
Mulai Terbuka
89
Dugaannya Janda
90
Tingkahmu
91
Gombal
92
Surprise
93
Setuju
94
Istri ke-dua
95
Minder
96
Malaikat Baik
97
Mendekati secara perlahan
98
Ancaman
99
Terimakasih
100
Berjuang
101
Pemandian Air Panas
102
Demostrasi
103
Cemburu
104
Memikirkan Orang Lain
105
Garis Dua
106
Periksa
107
Pelakor tingkat dewa
108
Awas
109
Menahan malu
110
Menahan
111
Sempurna
112
Pasrahnya.
113
Rambut palsu
114
Terakhir
115
Ruang Operasi
116
Dua malaikat
117
Manusia atau Malaikat
118
Patuh
119
TAMAT
120
Part tambahan
121
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!