“Terimakasih ya Sha, sudah antarkan gue pulang.” ucap Mika saat kami mengantarnya duluan pulang ke rumah.
“Sama-sama, kami langsung berangkat ya. Mau antar Zahra pulang dulu. Maaf kami berdua nggak bisa mampir.” ucap Falisha.
“Enggak apa-apa lain kali aja gue ngerti kok.” Mika turun dari dalam mobil.
“Dada.” kami berdua melambaikan tangan pada Mika.
Mika membalas.
“Ra sebenarnya ada yang ingin gue tahu soal mamas kenapa bisa menikah dengan lo. Sebenarnya kalian berdua pernah bertemu dimana?” tanya Falisha semakin ingin tahu.
Kenapa dirinya terlihat mencurigakan ya. Lebih baik jujur aja pada Falisha, dari pada dia tahu dari mamas-nya tambah banyak masalah lagi. “Sebenarnya gue menentang pernikahan ini, Sha. Tapi keluarga gue masih memaksa termasuk mamas.”
Angguk Falisha sepertinya mengerti dengan semua kondisi yang ku ceritakan.
“Syoklah gue, pulang-pulang dengan lesu, lunglai, lelah, letih, lemot di rasain. Mandi juga belum, tidur hanya empat jam dua hari dua malam. Pulang kerja jadi istri mamas.”
“Terus.”
“Iya gue masuk ke kamar nangis dulu, sesak tahu nih hati.” tunjuk ke dada yang entah air mata pun ikut menetes.
Falisha memberhentikan mobil di pinggir jalan. Dirinya langsung memeluk dan mengelus punggung. Falisha melepas pelukan saat setelah diri ini sedikit tenang.
“Terus yayuk Diyah meminta gue keluar, bahwa mamas mau bawa gue ke rumahnya. Gue langsung aja ganti baju yang belum mandi itu, dengan semprotan parfum.”
“Hahaha, jadi elo kapan mandinya, Ra?"
“Ya mandi bertemu malam, jadi gue tiga hari nggak mandi.”
“Hahaha, hahaha.” Falisha tertawa hebat.
Perasaan gue lagi sedih deh bukan melawak.
“Terus-terus.” tanyanya terlihat bahagia.
“Nabrak!” kesal banget bukannya turut berduka cita malah ketawa.
“Ah serius.” pegangannya tanganku.
“Sha nggak lucu serius.”
“Iya-iya maaf.” Rayunya.
“Terus mamas ngajak gue ke hotel ya gue ikut saja capek banget soalnya mana mata ngantuk. Sudah sampe mas Abyan ngajak ke kamar. Otak ini jelaslah ngajak traveling, takutlah baru juga kenal sudah main ke kamar. Emang gue wanita panggilan.”
“Terus kalian kemana?”
“Gue mengajak ketempat lain, tapi mamas ngajak ke restoran sambil makan. Tahu nggak, kami pesan makan sampailah selesai tuh makan nggak juga bicara mamas. Nih mata nggak tahan ngantuk banget, rasanya ingin tidur di lantai restoran. Gue langsung aja ngasih waktu setengah jam buat dia jelasin semuanya.”
“Dia bilang pernah ketemu gue di tempat cafe saat itu dia ngajak gue kenalan. Gue yang takut didekati laki-laki langsung saja bilang tanpa melihat, kalau mau temanan gue nggak suka, kalau mau serius lihat 'kan apa yang di siapin mas Abyan buat gue. Seharusnya mamas tahu kalau saat itu gue sedang bercanda. Tapi dia malahan serius, jadinya begini.” menjelaskan secara detail.
“Gimana ceritanya mamas langsung nikahi lo, Ra? Itu pasti nggak mungkin sih. Ayo coba ingat-ingat pasti kalian pernah bertemu di tempat lainnya sebelum di kafe.” Falisha semakin ingin tahu.
“Kata cerita mas Abyan, gue pernah tabrak dia lagi jalan. Pasti kamu juga bingung dengarnya. Gue aja lupa ketemu orang yang baru bertemu singkat, apalagi buat tabrak orang yang jalan kaki mana mungkin. Atau bisa jadi mamas itu suster ngesot kali ya Sha, gue tabrak nggak kelihatan.”
“Haha, hahaha.” Falisha tertawa hebat.
“Gue serius malah di ketawa 'kan.”
“Serius elo bisa banget buat suasana yang sedih kalau di hayati berubah jadi komedian. Hidup lo itu kayak drama ikan teri pakek helm tahu nggak. Hahaha, haha. Besar helm dari kepala hahaha. Maksudnya banyak lucu dari sedihnya Haha, hahaha.” tawa Falisha memenuhi ruang mobil.
“Gue nggak mau aja lo ikut stres, cukup gue aja.”
“Jangan sayang jangan, entar Lo stres mamas gue ikut stres.”
“Emang kenapa?”
“Gimana nggak stres, elo-nya saja bisa bikin ketawa setia hari. Bisa-bisa mamas gue juga ketawa-ketawa setiap hari. Di caplah kalian gila berjamaah hahaha.”
“Enggak juga ah. Dah lanjut nggak nih?”
“Lanjut.”
Kembali ke mode serius. “Terus gue sempat di ejek oleh mas Abyan. Gue ini punya penyakit amnesia. Ingin banget rasanya ngajak mamas berantem serius deh.”
Falisha tersenyum-senyum. “Ajak aja mamas berantem, kalau lo mau.” tawarnya.
“Enak banget kalau ngomong, jadi gembel gue berantem sama mamas.”
“Hahaha, ajak saja berantem di atas ranjang.”
“Suka banget lo ya buat gue marah.”
“Maaf-maaf Tuan ratu, jangan marah ampuni rakyatmu ini.” Falisha memeluk. “Terus gimana lagi?” dirinya melepaskan pelukan.
“Akhirnya kami sepakat buat jadi teman dulu, walau awalnya dia ngajak pacaran. Kenal enggak, cinta apalagi langsung saja pacaran. Ya gue tetap mau temanan dulu, kenalan dulu walau sebenarnya gue berniat nggak mau melanjutkan pernikahan paksa ini.”
”Gue ngerti kok Ra apa yang lo rasakan. Gue hanya bisa berdoa aja semoga kalian nantinya jadi pasangan suami istri beneran dan nggak akan ada yang namanya perceraian.” ucap Falisha dengan sedikit tersenyum, namun terlihat jelas wajahnya terlihat sedih.
“Sha jujur sama gue, sebenarnya elo merahasiakan sesuatu 'kan?Apa sebenarnya mamas selama ini penyuka laki-laki? Atau kabur dari perjodohan, atau sebenarnya terpaksa kawin.”
“Nikah dulu kali baru kawin.” ucap Falisha dengan tersenyum-senyum.
“Iya nikah maksudnya.”
“Ada sih, sebenarnya suatu rahasia yang nggak boleh siapa-siapa tahu karena sangat bahaya, berhubung lo istrinya seharusnya berhak tahu. Tapi awas, jangan bilang sama orang lain atau tanya langsung sama mamas sebelum dia yang cerita sendiri. Kalau itu terjadi bisa-bisa elo jadi serundeng sama oma.” ancamnya.
Kok jadi serem begini. “Eh sebentar dulu, sebelum elo cerita tentang mamas, tuh oma kenapa sih benci banget sama gue? Terus yang mau di jodohkan sama mas Abyan penulis-penulis siapa sih?”
“Oh itu, begini ceritanya. Oma tuh orangnya baik banget, dia tuh suka banget sama film yang kemarin lo buat. Berjudul only fans yang pernah sampai dapat piala nominasi yang elo sendiri nggak mau datang, hanya ambil duitnya aja. Oma di beritahu oleh pihak manajemen bahwa penulisnya masih lajang dan termasuk sudah hebat bisa naikin ranting perusahaan kita dengan usia yang terbilang usia lo masih muda saat itu. Dia berusaha banget nyari elo. Gue nih yang berusaha tutupi semua identitas kamu. Gue 'kan tahu betul trauma lo yang nggak mau memutuskan buat menikah, yang akhirnya tetap menikah juga dengan mas Abyan." jelas Falisha.
Oh gitu rupanya. “Terimakasih sayangku, jadi terharu.” memeluk Falisha merasa diri ini sangat beruntung mempunyai dua sahabat yang sangat peduli sampai segitunya. “Terus.” ingin tahu semakin dalam.
“Sebentar dulu gue mau tanya. Elo nggak ada apa niat untuk menjelaskan ke oma kalau lo yang dia cari?”
“Enggak ada dan nggak berniat biar oma tahu sendiri. Gue mau masuk di keluarga elo apa adanya bukan ada apanya, anda paham."
“Wah sip, sip, hamba paham Tuan ratu.” ucapnya sambil mengatup kedua telapak tangan.
“Lanjut jelasin soal mas Abyan tadi.” ingin tahu juga cerita selanjutnya tuan bunglon yang serem serem menakutkan.
“Begini, mamas tuh punya trauma.”
“Oh ya.”
“Um, bedanya sama elo, dia tuh di tinggal pergi dari dunia ini untuk selama-lamanya sama calon istrinya saat habis ngelamar gitu di hotel. Mereka tuh sudah kenal lama banget, nggak salah waktu mamas masih SMP. Calon istrinya mamas sama kami pun sudah kenal cukup lama. Soalnya mamas sering mengajak dia ke rumah. Tapi ya jujur, gue kurang suka, oma pun sama.”
“Kenapa bisa gitu?”
“Kurang suka sama sifat yang sok baik, padahal gayanya seperti dedemit.”
“Ih serem, kok mamas masih suka.”
“Entahlah gue juga kurang tahu.”
“Terus.”
“Nah cerita intinya kenapa dia bisa meninggal, mbak Cherly itu minta di belikan buah gitu sama mas Abyan, katanya buat di bawa pulang soalnya di rumah ada keluarganya baru datang dari paris. Saat mamas beli buah di luar dan saat dia mau balik ke mobil, saat itulah mobil di tabrak sama mobil lain sampai meledak. Sudah di tolongin sama pemadam kebakaran tapi tuh mobil masih ke bakar sampai menghabiskan kerangkanya. Saat sudah mati tuh api, mbak Cherly nggak di temukan sepertinya sudah hangus menjadi debu. Dari kejadian itu mamas stres seperti orang gila sampai dua tahun di rumah sakit jiwa.”
Enggak sangka banget ternyata tuan bunglon yang ku anggap licik itu ternyata menyimpan kisah yang menyedihkan.
Apa gue sudah keterlaluan membencinya sampai seperti ini? Sekarang gue paham kenapa mas Abyan menikah paksa begini, bisa jadi dengan adanya kisah kami yang sama-sama memiliki trauma ini bisa menjadi teman satu seperjuangan.
Wajar dirinya nggak mau kami pisah, mungkin dia nggak mau menyusahkan orang-orang di sekitarnya, bukan seperti gue yang masih tenggelam dalam lautan.
“Berarti gue nikah sama orang gila dong?” berupaya bercanda dengan nggak memberi tahu apa yang sebenarnya mas Abyan rasakan sama seperti diri ini. Gue harus bisa menghiburnya nanti.
Apa gue pertahankan aja pernikahan ini agar kami sama-sama menutupi trauma masing-masing.
“Itu dulu Ra, sekarang nggak lagi.”
“Yakin.”
“Seratus persen yakin, percaya deh sama gue.”
“Serius.”
“Serius, enggak percaya banget sih sama gue.”
“Emang, elo 'kan adiknya, siapa tahu menutupi aib mamas.”
“Ya Tuhan sumpah demi apapun. Kalau nggak percaya di cek sendiri elo 'kan belajar psikolog juga jadi orang kesehatan.”
“Iya deh gue pastikan, takut juga nanti dia ngamuk gue di tikam.”
“Emang, entar tuh di atas ranjang buat keponakan gue.”
“Mesum banget otak, lo.”
“Emang iya.”
“Dah bahas yang lain ajalah geli gue bahasan lo. Terus kenapa tuh mamas bisa sembuh, pasti ada penyebabnya?”
“Kami semua juga bingung mas Abyan bisa berubah dalam sekejap. Dua tahun bukan waktu yang sebentar. Berubahnya waktu kami di beri kabar perawat di sana bahwa mamas kabur entah kemana. Sempat dapat berita dari yang melihat mas Abyan seperti mencari sesuatu untuk melakukan tindakan bunuh diri. Tapi itu hanyalah pendapat yang melihat, ketika kami cari ternyata mamas duduk di ujung lorong dimana tempat itu sangat sepi. Dirinya hanya melamun seperti banyak pikiran, diam aja walau memang setiap harinya mamas sikapnya begitu. Kalau di ingat-ingat sedih melihat dia yang dulu, sampailah kami semua di kejutkan perubahan yang luar biasa sampai-sampai bisa menikahi lo.”
Hah, sungguh menderitanya mas Abyan. “Apa mungkin mamas kesambet kali ya?”
“Eh elo kalau ngomong suka benar deh."
“Hahaha.” kami tertawa bersama.
“Kami pikir juga begitu, tapi 'kan nggak mungkin juga. Yang terpenting sekarang mas Abyan sembuh itu semua udah buat kami semua tenang. Mas Abyan balik ke semula seperti biasanya buat kami semua juga bersyukur banget. Selama sakit ayah yang handle pekerjaan mas Abyan dalam kondisinya dulu, nggak mungkin dirinya bekerja. Hah sekarang Tuhan telah memberikannya kebahagiaan. Gue hanya bisa berharap kalian berdua sembuh dari trauma, dan kalian berdua mempunyai perasaan satu sama lain untuk membangun bahtera rumah tangga kalian yang sesungguhnya.”
Maaf Sha gue nggak bisa janji.
“Um, mamas ternyata pintar banget ya udah jadi direktur dari sejak usia dini?”
“Eh usia dua puluh lima tahun. Emang mamas gue jin apa bayi udah kerja.”
“Haha, siapa tahu aja?”
“Mamas tuh otaknya lumer banget wajahnya aja beku. Sekolahnya lompatan-lompatan sampai S3 di London."
“Emang kodok lompat?”
“Seriusan gue.”
“Iya-iya, berarti gelarnya doktor dong?”
“Iya begitulah.”
“Dah cerita mamas tragis juga, kalah gue. Tapi kayaknya mamas menikah sama gue terpaksa juga kali ya. Katanya desakan keluarga.”
“Yah kita lihat aja nanti.”
“Lihatlah gimana kelanjutan drindonya, yang menceritakan si perawat cantik di paksa nikah pak bosnya sendiri.”
“Dah yuk kita pulang, entar mamas marah lagi, kelamaan bawa istrinya keluar.”
“Um.” mengangguk setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments