CH:2

Berhenti di depan rumah tetangga, gue cuma bisa melongo. Banyak mobil mewah berbaris rapi sampai ujung lorong. Rasanya kayak nonton pameran mobil, tapi gratis.

Acara apaan nih? Gue melirik kanan-kiri, berharap ada yang muncul dan kasih penjelasan. Tapi jalanan sepi, kecuali deretan mobil yang bikin rumah gue terlihat kayak balai resepsi dadakan.

Melihat jam tangan di pergelangan kiri, gue memutuskan untuk menunggu beberapa menit. Siapa tau mereka segera keluar, jadi gue nggak perlu repot-repot mendorong motor ke dalam pagar. Sekali jalan lebih efisien.

Badan gue udah kayak remote TV kehabisan baterai, rasanya malas banget mau ribet. Tapi kalau sampai motor ini gue tinggalin dan tiba-tiba hilang, gimana? 

Masa harus laporan ke polisi dengan alasan, motor saya hilang karena saya terlalu capek buat mikir? malu banget kan.

“Ra, ngapain lo bengong di situ?” di tengah kebingungan, tiba-tiba dari jendela sebelah nongol kepala Afifah.

Kepala dia itu muncul kayak tokoh kartun yang lagi ngintip masalah tetangga. “Nggak bisa lewat Fah. Ini apaan sih, jalan penuh banget sama mobil? Ada acara apaan?”

Afifah melirik ke luar jendela, matanya fokus ke deretan mobil. “Nggak tau, gue juga baru pulang. Lo pikir gue ini tukang parkir?”

Gue mendengus. “Lo baru pulang juga? Pantesan masih pakai baju kerja.”

“Iya, PT Kapas lagi gila-gilaan minta lembur. Gue kayak robot otomatis yang nggak punya tombol off.” Afifah menghela napas panjang. “Ya udah, gue mau mandi dulu. Capek banget nih.”

“Oh iya Fah, jangan lupa mandi pake sabun ya, jangan pake baygon,” canda gue sambil melambai ke arah dia.

Afifah ketawa kecil, terus langsung ngilang ke dalam rumah. Gue balik lagi mengamati mobil-mobil itu. Siapa sih orang-orang yang keluar masuk rumah gue kayak lagi audisi film Marvel?

Beberapa mobil mulai jalan pergi satu per satu, meninggalkan jalanan lebih sepi. Gue ambil kesempatan buat mendorong motor perlahan ke dalam pagar. Tanggung banget kalau mau nyalain mesin sekarang.

Pas gue masuk ke rumah, suasana di dalam tambah bikin gue bingung. Orang-orang duduk beramai-ramai di atas karpet merah di ruang tengah, suasananya kayak habis pengajian atau hajatan gede. Semua kepala otomatis noleh ke arah gue.

“Zahra udah pulang,” suara Yayuk Zainisa terdengar dari arah ruang tengah.

Gue melongo. Ada apa ini? Yayuk Zainisa biasanya cuek banget, sekarang malah kayak penyiar radio yang ngumumin berita penting.

“Masuk Ra,” sambung Bi Rosida dengan nada serius.

Kenapa semua orang hari ini jadi aneh? Biasanya kalau gue pulang lembur gini yang ditanya itu, bawa makanan nggak? Sekarang malah disuruh masuk.

Dengan langkah pelan, gue masuk ke ruang tengah sambil terus memperhatikan wajah-wajah asing yang duduk di situ. Pas sampai di tengah ruangan, mata gue langsung tertuju ke seorang cowok di sudut.

Cowok itu senyum ke gue, dan jujur aja, senyumnya bikin jantung gue rada-rada ngadat. Wajahnya kayak patung Yunani versi HD. Ini anak siapa ya? Kenapa muncul di rumah gue?

“Duduk dulu, Nak Zahra,” suara Wak Sani tiba-tiba terdengar.

Gue menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Tapi pikiran gue udah penuh tanda tanya. Apa ini meeting keluarga besar? Atau gue lagi jadi target prank nasional?

“Itu Abyan, Ra,” Wak Sani menunjuk ke arah cowok tadi.

Nama dia Abyan? Hm… Nama yang cocok buat cowok ganteng, tapi gue nggak ngerti kenapa dia ada di sini.

“Sekarang dia sah menjadi suami Kamu.”

Gue ketawa kecil, berharap itu cuma lelucon. Tapi nggak ada yang ketawa balik. Suasana ruangan masih serius.

“Wak, maksudnya apa?” gue berusaha memastikan kalau telinga gue nggak salah dengar.

“Abyan datang menikahimu hari ini,” jawab Yayuk Zainisa dengan nada santai, kayak ngomong soal harga cabe di pasar.

Nikah? Serius? Gue memandang semua orang di ruangan itu satu per satu.

“Ra, Kamu sakit?” tanya Yayuk Zainisa sambil mendekat dan memegang kening gue, mungkin nyangka gue lagi demam.

Gue akhirnya bangkit berdiri. “Maaf ya semua. Gue ke kamar dulu. Mau menetralisir pikiran,” pamit gue buru-buru.

“Tunggu dulu! Orang belum selesai ngomong, Kamu malah kabur aja!” seru Yayuk Zainisa, tapi gue nggak peduli.

Gue masuk kamar, kunci pintu, lalu duduk di lantai. Air mata mulai keluar, tapi gue nggak tau itu karena marah, bingung, atau kombinasi keduanya.

Ketukan pintu terdengar. “Ra, udah belum? Abyan udah lama nunggu,” suara Yayuk Diyah terdengar dari luar.

Gue menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Akhirnya gue berdiri, ganti baju seadanya, semprot parfum biar nggak terlalu bau lembur, lalu keluar kamar dengan perasaan campur aduk.

Yayuk Diyah menyambut dengan senyum lebar sambil menggandeng tangan gue. “Ayo, Abyan udah nunggu.”

Gue menatap dia tajam. “Yuk, aku nggak mau nikah. Kalian tau itu kan? Kenapa tetap maksa?”

“Ra, ini demi kebaikan Kamu. Percaya deh sama kami,” ucap Yayuk Diyah lembut tapi tetap maksa.

Kebaikan gue? Entahlah, yang gue tau sekarang, hidup gue berubah jadi drama paling absurd yang pernah gue tonton.

Gue berdiri terpaku, masih mencoba mencerna apa yang baru aja terjadi. Pak Bos berdiri di sana dengan sikap tenang, kayak semuanya berjalan biasa aja. 

Wajahnya yang tampan dan senyum tipisnya bikin gue makin bingung, kayak otak gue butuh reboot. 

Mereka nggak pernah ngobrol sebelumnya, nggak pernah ketemu langsung, dan tiba-tiba aja dia ada di sini, ngomongin pernikahan tanpa memberi gue kesempatan untuk mikir.

Pak Bos menoleh ke keluarga gue. “Terima kasih sudah menerimaku dengan baik,” katanya dengan suara tenang, seolah ini semua normal. “Aku pamit dulu, aku ingin mengajak Zahra ke rumah.”

Gue langsung bengong. Ke rumah? Ke rumah siapa? Ke rumah pak Bos? Ini serius? Selama ini, gue cuma kenal dia sebagai bos di kantor yang ngasih tugas aja, yang nggak pernah sekalipun nyapa gue langsung. 

Tiba-tiba aja, dia jadi bagian dari hidup gue? Gue kira dia cuma ada di dunia 2D di belakang meja kantor!

“Nak Abyan, semoga perjalanan kalian lancar,” kata Yayuk Zainisa sambil senyum penuh arti, kayak bener-bener setuju banget sama apa yang baru aja terjadi. 

Wak Sani yang dari tadi cuman diem, cuma ngangguk dengan ekspresi serius, kayak lagi ngeliatin acara pernikahan selebriti.

“Terima kasih Wak,” jawab Pak Bos, terus dia menatap gue. “Zahra, kita harus pergi.”

Gue cuma bisa bengong. Gue pengen ngomong, tapi suara gue hilang entah ke mana. 

Apa sih ini? Ke mana? Dan kenapa nggak ada satu orang pun yang ngajak gue ngobrol, kayak gue nggak punya hak untuk ngomong? 

Semua orang di sini kayak udah setuju dan ngerasa ini semua normal. Gue nggak ngerti apa yang sedang terjadi!

Pak Bos mulai melangkah ke pintu, dan gue masih kayak patung di tempat, merasa terjebak dalam adegan film yang nggak gue setujui. 

Gue pengen tanya, pengen protes, tapi mulut gue seolah ditahan sama semacam kekuatan gaib yang bikin gue nggak bisa ngomong.

“Zahra, ayo.” Pak Bos memanggil gue lagi. Kali ini suaranya lebih tegas, tapi tetap dengan senyum yang sama kayak orang yang baru dapet diskon 90% di supermarket.

Gue cuma bisa mengangguk pelan, kayak robot yang habis direset. Gue berusaha ngumpulin keberanian, walau kaki gue udah kayak diikat batu bata. 

Setiap langkah gue rasanya semakin berat, seolah gue berjalan di atas es tipis sambil nunggu retak.

Gue ngeliat ke belakang, pintu rumah gue kayak ditutup perlahan, dan rasanya gue kayak ditinggal di luar angkasa, jauh banget dari dunia yang biasa gue kenal. 

Segala sesuatu yang gue anggap pasti sekarang jadi nggak jelas, dan gue nggak tau apa yang bakal terjadi selanjutnya. 

Gue cuma bisa berharap kalau ini semua cuma mimpi, tapi hati gue kayak udah diambil paksa sama kenyataan yang nggak bisa gue lawan.

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

ini acara nikahan yg paling aneh bin ajaib bisa dapet suami kayak opa ...gk mesti pdkt dulu langsung sah.....hebaaat

2024-05-22

0

juhaina R💫💫

juhaina R💫💫

gak usah nolak jalani aj dulu...

2024-01-17

1

🌸 Triyani 🌸

🌸 Triyani 🌸

aku mampir ya,,,masih nyimak gimana ceritanya. 🤗🤗

2023-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 CH:1
2 CH:2
3 CH:3
4 CH:4
5 CH:5
6 CH:6
7 CH:7
8 CH:8
9 CH:9
10 Hairdryer
11 Berkeringat
12 Berdebat
13 Masuk kerja
14 Di Gosipin
15 Sahabat
16 Masa lalu
17 Apartemen
18 Watch together
19 Benalu
20 Mengetahui Aibku
21 Penjelasan sisa mahar
22 Black Card
23 kuali Gosong
24 Salah paham
25 Keluarga Besar
26 Peran Antagonis
27 Lelaki Tampan
28 Duganya Cemburu
29 Tatapan Mematikan
30 Ular Sanca
31 Berdiskusi
32 Ngajak Jalan-jalan
33 Bertemu Mantan
34 Masa lalu
35 Dugaku Mafia
36 Viral
37 Ucapan Pedas
38 Gitar Spanyol
39 Ulang Tahun Mika
40 Putus Cinta
41 Isi Hati
42 Pilihan
43 Kejar-Kejaran
44 Undangan
45 Acara
46 Kucing Liar
47 Mengasuh
48 Terjebak
49 Segala Jurus
50 Terbukanya Hati
51 Syukur
52 Takut untuk mengakuinya
53 Cek Kesehatan
54 Dineer
55 Kabar Buruk
56 Akibat Alkohol
57 Selembar foto
58 Fitnah
59 Di Pecat
60 Hilang satu tumbuh seribu
61 Hari Terakhir
62 Menjemput
63 Sakit
64 Ketahuan Berbohong
65 Rumah Baru
66 Kamar Utama
67 Berontak
68 Tragedi
69 Salah menilai
70 Langsung Nikah
71 Duda beranak satu
72 Posesif
73 Obat
74 Kehilangan
75 Tuduhan
76 Penasaran
77 Selembar Kertas
78 Syukuran
79 Doa Bersama
80 Adil
81 Pengertian
82 Pamer
83 Jaran Goyang
84 Mengganggu
85 Pemandangan
86 Asparagus
87 Mandi Hujan
88 Mulai Terbuka
89 Dugaannya Janda
90 Tingkahmu
91 Gombal
92 Surprise
93 Setuju
94 Istri ke-dua
95 Minder
96 Malaikat Baik
97 Mendekati secara perlahan
98 Ancaman
99 Terimakasih
100 Berjuang
101 Pemandian Air Panas
102 Demostrasi
103 Cemburu
104 Memikirkan Orang Lain
105 Garis Dua
106 Periksa
107 Pelakor tingkat dewa
108 Awas
109 Menahan malu
110 Menahan
111 Sempurna
112 Pasrahnya.
113 Rambut palsu
114 Terakhir
115 Ruang Operasi
116 Dua malaikat
117 Manusia atau Malaikat
118 Patuh
119 TAMAT
120 Part tambahan
121 Novel Baru
Episodes

Updated 121 Episodes

1
CH:1
2
CH:2
3
CH:3
4
CH:4
5
CH:5
6
CH:6
7
CH:7
8
CH:8
9
CH:9
10
Hairdryer
11
Berkeringat
12
Berdebat
13
Masuk kerja
14
Di Gosipin
15
Sahabat
16
Masa lalu
17
Apartemen
18
Watch together
19
Benalu
20
Mengetahui Aibku
21
Penjelasan sisa mahar
22
Black Card
23
kuali Gosong
24
Salah paham
25
Keluarga Besar
26
Peran Antagonis
27
Lelaki Tampan
28
Duganya Cemburu
29
Tatapan Mematikan
30
Ular Sanca
31
Berdiskusi
32
Ngajak Jalan-jalan
33
Bertemu Mantan
34
Masa lalu
35
Dugaku Mafia
36
Viral
37
Ucapan Pedas
38
Gitar Spanyol
39
Ulang Tahun Mika
40
Putus Cinta
41
Isi Hati
42
Pilihan
43
Kejar-Kejaran
44
Undangan
45
Acara
46
Kucing Liar
47
Mengasuh
48
Terjebak
49
Segala Jurus
50
Terbukanya Hati
51
Syukur
52
Takut untuk mengakuinya
53
Cek Kesehatan
54
Dineer
55
Kabar Buruk
56
Akibat Alkohol
57
Selembar foto
58
Fitnah
59
Di Pecat
60
Hilang satu tumbuh seribu
61
Hari Terakhir
62
Menjemput
63
Sakit
64
Ketahuan Berbohong
65
Rumah Baru
66
Kamar Utama
67
Berontak
68
Tragedi
69
Salah menilai
70
Langsung Nikah
71
Duda beranak satu
72
Posesif
73
Obat
74
Kehilangan
75
Tuduhan
76
Penasaran
77
Selembar Kertas
78
Syukuran
79
Doa Bersama
80
Adil
81
Pengertian
82
Pamer
83
Jaran Goyang
84
Mengganggu
85
Pemandangan
86
Asparagus
87
Mandi Hujan
88
Mulai Terbuka
89
Dugaannya Janda
90
Tingkahmu
91
Gombal
92
Surprise
93
Setuju
94
Istri ke-dua
95
Minder
96
Malaikat Baik
97
Mendekati secara perlahan
98
Ancaman
99
Terimakasih
100
Berjuang
101
Pemandian Air Panas
102
Demostrasi
103
Cemburu
104
Memikirkan Orang Lain
105
Garis Dua
106
Periksa
107
Pelakor tingkat dewa
108
Awas
109
Menahan malu
110
Menahan
111
Sempurna
112
Pasrahnya.
113
Rambut palsu
114
Terakhir
115
Ruang Operasi
116
Dua malaikat
117
Manusia atau Malaikat
118
Patuh
119
TAMAT
120
Part tambahan
121
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!