CH:3

Gue berdiri mendekati motor, pasang helm, berharap bisa kabur sekalian, tapi sebelum gue bisa merencanakan pelarian.

“Kita nggak pakai motor Ra,” ucapnya sambil melirik ke arah lain, kayak nggak pengen ketahuan dia baru ngomong sesuatu yang bikin gue nyaris pingsan.

“Terus, kita naik apa?” tanya gue, sambil melepas helm dan menyimpannya dengan hati berat, kayak lagi ninggalin barang kesayangan di toko barang bekas.

“Itu,” jawabnya singkat sambil nunjuk ke arah mobil mewah yang terparkir di depan pagar.

Gue melirik mobil itu dengan dahi berkerut, merasa kayak ada yang nggak beres. Perasaan tadi nggak ada tuh mobil di sana. Mobil ini datengnya pas gue nggak lihat, atau gimana?

Gue cuma bisa ngangguk pelan, terus jalan mengikuti langkahnya. Tapi tunggu! “Motor gue gimana Pak? Masa ditinggal?” protes gue, merasa kayak bakal kehilangan sahabat sejati gue.

“Tinggal aja dulu, nanti ada yang ambil,” jawabnya santai banget, kayak ngomong soal sepele, kayak motor gue bukan barang berharga yang udah menemani gue berkelana.

Enak banget ngomongnya! Jangan-jangan motor gue mau digadaikan, atau bahkan dihibahkan ke panti asuhan kendaraan. Tapi, ya udahlah, nanti aja gue pikirin. Sekarang, fokus dulu ikuti dia.

Maaf ya bestie, gue ngelirik motor kesayangan gue, buat sementara Lo gue tinggalin. Biasanya kita kemana-mana selalu barengan. Lo jomblo dulu ya, bukan karena gue udah punya suami, tapi ini juga mendadak. Gue juga masih bingung kayak apa-apaan ini.

Setelah kami naik, mobil melaju pelan, dan gue cuma bisa duduk sambil ngelamun, lihat luar jendela yang keliatan kayak iklan sampo, soalnya anginnya berhembus lembut banget. 

Mata gue rasanya berat banget. Kalau bisa sih, tidur bentar. Tapi gue langsung menahan diri, otak gue masih butuh di reboot dulu.

“Khem…” akhirnya Pak Bos buka suara. “Kita langsung ke hotel, ngobrol di sana aja.”

Apa? Langsung ke hotel? Perasaan tadi rumah, kenapa jadi hotel? Gue kayak baru diculik buat jadi bintang tamu reality show yang nggak pernah gue daftar.

Mobil berhenti di depan hotel yang nggak jauh dari rumah. Pak bos turun tanpa banyak basa-basi. Udah jelas, dia ini tipe orang yang nggak peduli sama tata krama. Kayak orang yang udah terlalu sering makan di restoran bintang lima, jadi lupa cara makan pakai sendok.

“Selamat siang Pak Abyan,” sapa satpam hotel dengan ramah, kayak udah pernah kerja sama 100 kali.

Langganan banget ya, ini orang. Tapi inget, gue nggak bakal gampang kebujuk. Jangan harap bisa ngelakuin apapun seenaknya.

“Siang. Ini kuncinya,” jawab Pak Bos sambil ngasih kunci mobil ke satpam.

“Baik Pak.” Satpam itu langsung bawa mobil ke tempat parkir, seolah-olah udah terlatih buat mengurus mobil mewah milik orang kaya.

“Ayo,” ajak Pak Bos dengan wajah yang terlihat senang, kayak orang yang baru menang undian mobil.

Seneng-seneng aja anda sekarang. Tapi gue nggak bakal tinggal diam, tenang aja. Gue bakal cari cara untuk melawan plot ini, kayak superhero yang nggak sengaja dapet kekuatan super.

Di dalam hotel, seorang pegawai langsung menyambut kami. “Selamat siang Pak Abyan. Ini kunci kamarnya.”

Gue buru-buru motong pembicaraan. “Maaf Pak. Apa nggak bisa kita ngobrol di tempat lain aja?” tanya gue dengan nada tegas, kayak lagi ngomong sama orang yang salah bawa makanan di restoran.

“Kenapa? Apa Kamu mau makan dulu di restoran?” tanyanya santai.

Gue langsung ngangguk, kayak baru aja nonton acara masak-memasak yang absurd. Apa perlu gue bilang, ngapain kita ke kamar Pak? 

Udah mau main sat set aja. Nikah dipaksa, seharusnya anda juga tau diri, jangan-jangan udah sering nih ngundang orang ke kamar hotel.

“Baiklah,” jawabnya singkat sambil mengangguk ke pelayan.

Kami duduk di restoran hotel, dan seorang pelayan datang dengan senyum manis, seperti orang yang baru dapet bonus besar.

Gue melirik harga-harga makanan di menu. Hah, di sini nggak ada yang harganya goceng ya? Semua mahal banget. Rasanya gue lagi di dunia yang salah, kayak lagi main Monopoly, dan gue nggak punya uang sepeser pun.

Ya udah, pilih yang paling murah aja, yang masih bisa gue bayar pake saldo pulsa.

“Ini Mbak,” ucap gue sambil menyerahkan menu dengan tangan gemetar, takut ketahuan kalau gue lagi cek harga dulu.

Pelayan mencatat pesenan kami dan pergi.

Selama nunggu, kami cuma diem. Pak Bos keliatan santai, senyum-senyum nggak jelas sambil melirik ke sana kemari, kayak lagi nunggu pesanan datang di restoran luar angkasa.

Tapi kalau diperhatikan dia kayak orang baru dapet durian manis. Tapi tenang, sebelum Anda makan, durian itu bakal nusuk duluan. 

Gue yang udah mulai bete, cuma mikir, apakah gue akan bertahan di sini atau lari ke luar pakai sepatu roda?

Makanan datang beberapa menit kemudian. Gue langsung ambil sendok dan garpu, makan dengan sengaja menciptakan suara dentingan yang cukup keras.

Pak Bos melirik, tapi bukannya marah, dia malah senyum lagi. Jangan bilang, dia ini udah di puncak nggak waras.

Gue sengaja menjatuhkan makanan gue ke piringnya. Hah, puas lo! Jijik kan? Tapi dia malah ambil makanan gue dan makan santai, seolah-olah itu makanan terbaik yang dia makan seumur hidup.

Astaga, beneran nggak ada obat. Orang ini udah di level lain, gue cuma bisa ngerasa kayak alien yang tersesat di bumi.

Abis makan, gue ngangkat tangan, ngelirik jam di pergelangan. “Pak, waktu saya cuma setengah jam. Saya pengen denger alasan Anda, lebih dari itu saya pamit.”

“Saya menikahimu karena itu maunya Kamu,” jawabnya santai, kayak lagi ngomong soal cuaca.

Gue tertegun. “Kapan? Kita aja nggak pernah ketemu sebelumnya! Jangan-jangan Anda salah orang.”

Dia senyum. “Kamu nggak ingat? Di parkiran sebuah kafe, gue pernah ngajak Kamu ngobrol. Kamu bilang, kalau mau serius, maharnya lima puluh juta, emas dua puluh lima gram, rumah, sawah lima hektar. Setelah itu Kamu pergi gitu aja.”

Gue langsung ingat. Pak Abyan ini ternyata cowok terakhir yang bikin gue kesal setengah mati waktu itu! Hari itu gue lagi bad mood banget, jadi ngomong asal-asalan.

“Itu bercanda Pak! Mana mungkin saya serius?” ucap gue berusaha menahan tawa palsu.

Dia geleng. “Aku tau, tapi aku serius.”

Gue ngelirik jam lagi. “Pak, waktu saya habis. Saya mau pulang.”

“Tunggu!” ucapnya sambil megang tangan gue.

Gue mencoba lepas. “Lepas Pak! Saya nggak suka dipegang tanpa izin.”

Dia narik gue masuk ke lift tanpa ngedengerin protes gue. Lift berhenti di lantai tertentu, dan kami masuk ke sebuah kamar.

“Kamar ini buat kita,” ucapnya tegas.

“Pak, saya belum siap,” jawab gue sambil mundur perlahan, nahan diri supaya nggak nyerocos lagi.

Dia mendekat, tapi tiba-tiba berhenti. “Maaf. Kamu keliatan capek banget. Tidur aja dulu. Aku keluar.”

Dia ninggalin kamar, dan gue akhirnya bisa narik napas lega. Hampir aja gue kena serangan jantung!

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Ko ada lllakiyg langka suka sama cewe matre kayak zahra....thor masih punya stock gk aku juga mo cowo kayak abyan hahaha

2024-05-22

1

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Pernikahan sah secara agama dan negara, laahh Zahra kan br pulang kerja sedangkan pernikahan sdh terjadi, nyampe rumah malah kaget, berdebat sebentar lalu masuk kamar. Jd kapan dia menandatangani buku nikahnya?

2024-04-10

0

🌸 Triyani 🌸

🌸 Triyani 🌸

bagus

2023-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 CH:1
2 CH:2
3 CH:3
4 CH:4
5 CH:5
6 CH:6
7 CH:7
8 CH:8
9 CH:9
10 Hairdryer
11 Berkeringat
12 Berdebat
13 Masuk kerja
14 Di Gosipin
15 Sahabat
16 Masa lalu
17 Apartemen
18 Watch together
19 Benalu
20 Mengetahui Aibku
21 Penjelasan sisa mahar
22 Black Card
23 kuali Gosong
24 Salah paham
25 Keluarga Besar
26 Peran Antagonis
27 Lelaki Tampan
28 Duganya Cemburu
29 Tatapan Mematikan
30 Ular Sanca
31 Berdiskusi
32 Ngajak Jalan-jalan
33 Bertemu Mantan
34 Masa lalu
35 Dugaku Mafia
36 Viral
37 Ucapan Pedas
38 Gitar Spanyol
39 Ulang Tahun Mika
40 Putus Cinta
41 Isi Hati
42 Pilihan
43 Kejar-Kejaran
44 Undangan
45 Acara
46 Kucing Liar
47 Mengasuh
48 Terjebak
49 Segala Jurus
50 Terbukanya Hati
51 Syukur
52 Takut untuk mengakuinya
53 Cek Kesehatan
54 Dineer
55 Kabar Buruk
56 Akibat Alkohol
57 Selembar foto
58 Fitnah
59 Di Pecat
60 Hilang satu tumbuh seribu
61 Hari Terakhir
62 Menjemput
63 Sakit
64 Ketahuan Berbohong
65 Rumah Baru
66 Kamar Utama
67 Berontak
68 Tragedi
69 Salah menilai
70 Langsung Nikah
71 Duda beranak satu
72 Posesif
73 Obat
74 Kehilangan
75 Tuduhan
76 Penasaran
77 Selembar Kertas
78 Syukuran
79 Doa Bersama
80 Adil
81 Pengertian
82 Pamer
83 Jaran Goyang
84 Mengganggu
85 Pemandangan
86 Asparagus
87 Mandi Hujan
88 Mulai Terbuka
89 Dugaannya Janda
90 Tingkahmu
91 Gombal
92 Surprise
93 Setuju
94 Istri ke-dua
95 Minder
96 Malaikat Baik
97 Mendekati secara perlahan
98 Ancaman
99 Terimakasih
100 Berjuang
101 Pemandian Air Panas
102 Demostrasi
103 Cemburu
104 Memikirkan Orang Lain
105 Garis Dua
106 Periksa
107 Pelakor tingkat dewa
108 Awas
109 Menahan malu
110 Menahan
111 Sempurna
112 Pasrahnya.
113 Rambut palsu
114 Terakhir
115 Ruang Operasi
116 Dua malaikat
117 Manusia atau Malaikat
118 Patuh
119 TAMAT
120 Part tambahan
121 Novel Baru
Episodes

Updated 121 Episodes

1
CH:1
2
CH:2
3
CH:3
4
CH:4
5
CH:5
6
CH:6
7
CH:7
8
CH:8
9
CH:9
10
Hairdryer
11
Berkeringat
12
Berdebat
13
Masuk kerja
14
Di Gosipin
15
Sahabat
16
Masa lalu
17
Apartemen
18
Watch together
19
Benalu
20
Mengetahui Aibku
21
Penjelasan sisa mahar
22
Black Card
23
kuali Gosong
24
Salah paham
25
Keluarga Besar
26
Peran Antagonis
27
Lelaki Tampan
28
Duganya Cemburu
29
Tatapan Mematikan
30
Ular Sanca
31
Berdiskusi
32
Ngajak Jalan-jalan
33
Bertemu Mantan
34
Masa lalu
35
Dugaku Mafia
36
Viral
37
Ucapan Pedas
38
Gitar Spanyol
39
Ulang Tahun Mika
40
Putus Cinta
41
Isi Hati
42
Pilihan
43
Kejar-Kejaran
44
Undangan
45
Acara
46
Kucing Liar
47
Mengasuh
48
Terjebak
49
Segala Jurus
50
Terbukanya Hati
51
Syukur
52
Takut untuk mengakuinya
53
Cek Kesehatan
54
Dineer
55
Kabar Buruk
56
Akibat Alkohol
57
Selembar foto
58
Fitnah
59
Di Pecat
60
Hilang satu tumbuh seribu
61
Hari Terakhir
62
Menjemput
63
Sakit
64
Ketahuan Berbohong
65
Rumah Baru
66
Kamar Utama
67
Berontak
68
Tragedi
69
Salah menilai
70
Langsung Nikah
71
Duda beranak satu
72
Posesif
73
Obat
74
Kehilangan
75
Tuduhan
76
Penasaran
77
Selembar Kertas
78
Syukuran
79
Doa Bersama
80
Adil
81
Pengertian
82
Pamer
83
Jaran Goyang
84
Mengganggu
85
Pemandangan
86
Asparagus
87
Mandi Hujan
88
Mulai Terbuka
89
Dugaannya Janda
90
Tingkahmu
91
Gombal
92
Surprise
93
Setuju
94
Istri ke-dua
95
Minder
96
Malaikat Baik
97
Mendekati secara perlahan
98
Ancaman
99
Terimakasih
100
Berjuang
101
Pemandian Air Panas
102
Demostrasi
103
Cemburu
104
Memikirkan Orang Lain
105
Garis Dua
106
Periksa
107
Pelakor tingkat dewa
108
Awas
109
Menahan malu
110
Menahan
111
Sempurna
112
Pasrahnya.
113
Rambut palsu
114
Terakhir
115
Ruang Operasi
116
Dua malaikat
117
Manusia atau Malaikat
118
Patuh
119
TAMAT
120
Part tambahan
121
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!