2. Tuduhan

Kini Alesha sedang menemani Rach makan. Seusai menyiapkan keperluan makan suami nya itu, Alesha sibuk dengan ponsel milik nya. Keadaan yang hening, tidak ada candaan seperti biasa membuat Rach bingung melihat perubahan sang istri.

"Istri ku," panggil Rach.

"Hem." Alesha hanya berdehem tanpa melihat suami nya. Wanita itu masih saja terfokus pada ponsel tidak peduli jika suami nya sedang berbicara pada nya saat ini.

"Alesha."

"Hem."

"Lesha, kamu dengarkan aku?" suara Rach mulai meninggi, naik seoktaf.

Tapi Alesha tidak kunjung peka juga.

Duk! Rach memukul meja. Disertai suara tegas Rach yang mengatakan, "Alesha Putri Yuhandi!"

Buru-buru Alesha menaruh ponsel dan menatap suami nya dengan terkejut. Tidak biasa nya Rach berteriak seperti ini pada nya.

Manik coklat Alesha mengikuti kemana Rach melangkah. Setelah berdiri, Rach mendekati Alesha. Tangan lelaki itu mengambil ponsel yang sedari tadi membuat Alesha tidak mendengarkan nya.

"Apa yang kamu buka?" ucap Rach dengan suara datar nya.

Alesha hanya terdiam dalam keheningan.

Rach hanya melihat pencarian Alesha di Google, [Cara Memiliki Anak dengan Cepat]. Setelah tidak menemukan apapun yang salah, Rach meletakkan ponsel Istri nya itu di atas meja.

Kemudian berkata dengan suara lembut, "Apa kata-kata Ibu mengganggu pikiran mu?"

Dengan ragu Alesha mengangguk. "Ibu bilang, aku harus hamil dalam bulan ini juga. Dan pencarian di Google sama sekali tidak membantu. Berhubungan suami istri dan sering mengonsumsi makanan sehat, selalu kita lakukan. Tapi anak tetap tidak ada di sini." Alesha memeluk perut nya, air mata perempuan itu menetes deras. Ia benar-benar sedih, keputusasaan akan kebersamaan nya bersama suami nya tampaknya akan berhenti sampai bulan depan saja.

Melihat Istrinya yang sedih, Rach mendekat, pria itu mengusap punggung Alesha untuk menenangkannya. "Jangan berpikir tentang anak. Sudah berapa kali ku katakan, anak itu pemberian Tuhan, biarlah Tuhan yang mengatur. Kita hanya bisa berusaha."

"Sampai kapan Mas? Ibu akan memisahkan kita kalau tidak ada anak di sini," Alesha berkata dengan suara serak, dia terus menunjuk perut rata nya yang tidak kunjung terisi bayi.

"Memisahkan kita?" Rach membelalakkan mata terkejut. "Apa hak ibu melakukan nya?"

"Entahlah mas, aku ga tau, tapi itu yang di bilang ibu," jawab Alesha pasrah.

Muncul kegeraman dalam diri Rach karena Ibu nya yang tidak tahu diri itu.

"Tunggu di sini dulu ya."

"Mas mau kemana?"

"Beri pelajaran sama Ibu."

"Jangan …" Alesha tidak ingin ada pertengkaran di rumah nya. Apalagi dengan diri nya sebagai penyebab pertengkaran itu.

"Ibu harus di beri pelajaran, Alesha. Kita ga bisa gini-gini terus. Pernikahan ini kita mulai tanpa paksaan, kita yang menentukan bagaimana kita bersikap, bukan orang lain," ucap Rach menjelaskan.

"Tapi dia ibu kamu."

"Meskipun begitu? Jujur saja Aku ga mau kamu tertekan. Apalagi setahu ku tertekan bisa menjadi faktor pemicu seorang perempuan tidak kunjung hamil. Ibu terus mendesak mu hamil ya?" tebak Rach.

"Ga terlalu sering sih. Tapi waktu Ibu kesal aja."

"Apa yang di bilang ibu?" Rach benar-benar tidak percaya Ibunya sekejam itu. Ia tahu rumah ini adalah milik istri nya. Masa karena mereka (Rach dan Sera(Ibunya)) selaku pendatang, pemilik rumah jadi tidak nyaman dengan rumah nya sendiri?

"Ibu selalu bilang, aku perempuan yang tidak berguna, tidak bisa membahagiakan suami nya dengan hamil dan melahirkan anak."

"Ya ampun Tuhan … aku ga percaya ibu bisa melakukan hal seburuk ini pada kamu, Alesha."

"Memang begitu kenyata–" kata-kata Alesha berhenti. Setelah Sera datang dengan lagak sombong dan kemarahan penuh.

"Berani kamu memfitnah Ibu ya, Alesha. Ibu sudah berusaha menerima keadaan kamu, tapi kamu malah mengadukan yang bukan-bukan pada Suami mu."

...************...

Teriakan dan makian terjadi selama beberapa menit ini. Ibu mertua Alesha menunjukkan betapa mudah nya dia mengucapkan kalimat kutuk. Dan itu yang membuat Alesha semakin tertekan.

"Seperti apa sakit hati ibu karna fitnah mu Alesha, seperti itu juga kehidupan malang menanti mu! Kau tidak akan bahagia dengan pernikahan ini. Kalian akan berpisah dengan atau tanpa anak! Itu pasti!"

"Ibu!" Rach yang sebelum nya melindungi Alesha kini berganti melerai Ibu nya dari kemarahan.

"Jangan begini Bu," ucap Rach sedih. "Jangan mengutuk pernikahan kami, ingat aku Rach anak mu."

"Ga sudi aku punya menantu seperti nya. Sekarang pilihan ada di tangan mu, aku atau istri mu?!"

"Pilihan apa ini …" ucap Rach menggaruk kepalanya pusing.

"Ibu tidak boleh seperti itu. Kami punya komitmen sendiri dalam ikatan pernikahan ini, Bu. Seharus nya Ibu jangan terlalu ambil hati. Selagi kami masih tidak masalah pada ada atau tidaknya anak, Ibu jangan terlalu memaksa. Usia pernikahan yang kami jalani saja baru setahun, masih menikmati masa pacaran setelah menikah," jelas Rach.

"Tapi gimana tentang seluruh harta kalian? Bukan nya perlu penerus? Umur ga ada yang tahu Rach, cepat-cepat punya anak, ibu kira bukan tantangan. Ibu tau Istri mu itu suka nambah-nambah penghasilan, tapi melahirkan anak akan mewarnai hidup kalian," ucap Sera.

"Masalah penerus, sudah Tuhan atur Bu, jangan terlalu memikirkan nya."

"Tapi ibu khawatir nanti…"

"Shuttt," Rach menutup bibir Ibu nya. "Ibu pasti lagi stres karna uang belanjaan kurang 'kan? Sini biar Rach tambahin, mau berapa? Sejuta dua atau sepuluh?"

...****************...

"Kamu pasti stres ya?" tanya Rach setelah Sera pergi dari mereka dengan uang yang Rach berikan.

"Sangat," ucap Alesha dengan suara berat.

"Ayo ke kamar yuk, aku akan siapin air hangat sambil pijitin kepala kamu."

Alesha yang lemas setelah lontaran kalimat makian dan teriakan dari sang ibu mertua, harus di papah Rach masuk ke kamar.

Rach membuat Alesha berendam air hangat di bathtub, beberapa lilin aromaterapi yang di letakkan di sekitar kamar mandi benar-benar menyegarkan pikiran.

Sementara Alesha berendam, Rach yang meneteskan shampoo di kepala Alesha mulai memijat kepala istri nya itu dengan lihai.

"Apa kamu sudah mulai rileks, sayang?" tanya Rach memastikan.

"Ya, aku rileks. Sangat rileks."

"Maafkan makian Ibuku ya. Tolong jangan masukkan ke hati. Jangan percaya kutuk nya, cukup pikirkan hal baik dari ibu saja."

Andai mas tau, kebaikan ibu mu tidak ada selama setahun kami kenal, mas.

"Mas," panggil Alesha.

"Apa."

"Gimana kalau Ibu kita buat tinggal di rumah yang berbeda aja? Jujur demi apapun, batin ku ga pernah tenang kalau Ibu ada di rumah ini. Sekali-kali Ibu bisa menjadi singa kelaparan, dan menerkam tanpa di ganggu. Hati ku sakit, Mas."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!