Maaf Telah Membohongimu, Mas!

Maaf Telah Membohongimu, Mas!

1. Ingin Cucu

"Lihat lah Lesha, betapa menyenangkan nya jadi seorang nenek. Bisa menggendong cucu nya kemana-mana, lalu bermain bersama menikmati masa tua. Tapi aku? Aku sudah tua tapi menantu ku sama sekali tidak peduli akan keinginan kecil ini. Huh, betapa menyedihkan nya…"

Alesha hanya menghela nafas setelah mendengar kalimat sindiran yang baru saja di lontarkan ibu Mertua.

Tetapi ia tidak terlalu menanggapi pembicaraan itu dengan serius, ia terus fokus mengambil piring dan cangkir di atas meja ruang tamu, lalu pergi ke dapur.

"Lesha! Kamu dengar tidak aku dari tadi bicara?!"

Langkah Alesha terhenti. Dia menutup mata dan menghela nafas sejenak. Sabar-sabar, ini ujian. Kalimat itu terus terucap untuk menenangkan perasaan Alesha yang kacau balau.

Alesha mengerti sifat Mertuanya. Meski wanita tua itu hanya menumpang di rumah milik nya, rumah hasil kerja kerasnya bahkan sebelum menikah dengan Suami tercinta nya Rachmen Anggara, namun sang Mertua selalu mendominasi dan menguasai segala nya.

"Anak itu hadir dalam keluarga sudah di atur Tuhan, Bu. Kita tidak bisa melawan takdir-Nya."

"Hallah! Itu saja jawaban mu setiap kali ku peringat kan. Tidak ingat kah? Sudah berapa lama kamu menikah dengan anak ku? Setahun, Lesha! Selama itu ku tunggu kehadiran anak dari mu! Jangan karena kau punya lebih banyak kekayaan dari pada anak ku, kau melupakan kodrat mu sebagai perempuan."

"Bu-bukan begitu …" Alesha berusaha menyangkal segala tuduhan dari ibu Mertua.

"Apa bukan begitu? Kodrat perempuan harus mengandung dan melahirkan anak. Jangan anggap diri mu lebih besar karena pendapatan mu di atas anak ku. Atau, kau mau kalian akhirnya berpisah karena anak ku lebih betah di sisi perempuan yang mau melahirkan anak nya? Mau seperti itu, Alesha?"

"Tid-tidak Bu. Jangan lakukan itu …" Demi apapun Alesha tidak ingin berpisah. Hanya Rach yang mengerti diri nya.

Alesha hanya perempuan kesepian yang di tinggal mati orang tua nya saat usia nya 16 tahun. Dalam jiwa yang seharus nya masih kekanak-kanakan, Alesha di paksa dewasa oleh keadaan.

Perusaahan besar Ayah dan Ibu nya membutuhkan penerus. Dan Alesha hanya penerus tunggal. Tidak ada pengganti sementara.

Di bantu orang-orang kepercayaan kedua orang tua nya, Alesha berhasil menjadi pemimpin yang baik, dan profesional untuk perusahaan raksasa ini.

Hingga usia 23 tahun Alesha terus melakukan hal monoton setiap hari nya. Tentu merasa bosan dan kesepian.

Akhir nya Alesha bertemu Rach yang peduli akan perasaan terdalam nya. Mereka berpacaran selama setahun, di titik di mana Alesha memutuskan menikah karena mersa cocok.

Alesha memang sangat mencintai Rach, tidak peduli jika lelaki itu hanya lah pegawai rendahan di perusahaan nya.

Bahkan Ibu kandung Rach yang adalah Ibu mertua nya ikut menjadi bagian dalam rumah milik Alesha.

Memang awal nya Alesha senang. Semakin banyak orang semakin menyenangkan, begitu awal nya.

Tapi makin ke sini makin ke sana. Ibu mertua mulai menujukkan mulut pedas nya. Berperilaku tak terpuji, bahkan seperti orang kolot.

Lama kelamaan Alesha mulai tidak nyaman. Begitu banyak ancaman yang muncul dalam mulut sang Mertua.

Hanya saja, Alesha ingat jika ia tidak boleh egois. Bagaimana pun keadaan sang ibu mertua, Alesha harus terima.

"Ibu ingin seorang cucu dalam bulan ini juga! Konsultasi dengan suami mu, meski dia tidak berbicara apapun tentang penerus seluruh kekayaan yang ada sekarang ini, tapi aku yakin suami mu juga menginginkan nya dari hati terdalam nya, aku hanya perantara dalam hubungan kalian, tidak lebih! Jadi ku pikir kau memahaminya, Lesha!"

"Baik Bu." Hanya itu yang bisa Alesha katakan untuk membuat Ibu mertua nya berhenti membentak dan memarahi nya.

***

Malam harinya.

"Mas sudah pulang?" Alesha menunjukkan senyum ramah pada Rach, suami nya yang baru pulang.

"Ya sudah lah, Istri ku. Masa suami mu berdiri di depan mu saja masih ditanya seperti itu." Rach mencubit pelan pipi istrinya karena gemas.

"Aku hanya basa-basi," jawab singkat Alesha sambil menyalim Suami nya. Mengambil tas kantor milik pria itu dan berjalan mengikuti suami nya menuju kamar.

"Kamu sudah pulang, Rach?" di tengah jalan, Sera– ibu kandung Rach berpapasan dengan mereka.

"Sudah Bu," jawab Rach.

"Langsung makan yang banyak ya, Ibu baru saja menyiapkan makanan kesukaan mu," kata Ibu senang.

Rach hanya mengangguk dan tersenyum menghargai.

Alesha di belakang suami nya hanya mampu menghela nafas setelah mendengar kata-kata Ibu mertua nya.

Hati nya terasa berat. Ia yang sudah memasak makanan khusus untuk suami nya malah di klaim orang lain. Meski orang itu adalah mertua nya.

Rach dan Alesha masuk ke dalam kamar. Segera Alesha membantu suami nya membuka jas hitam yang menempel di tubuh suami nya dan menghanger jas itu.

"Kenapa wajah istriku yang cantik ini cemberut begini sih?" tanya Rach yang sudah menyadari perubahan wajah sang Istri.

"Enggak, aku kenapa-napa," jawab Lesha singkat.

Tapi bukan Rach nama nya kalau tidak kepo. "Lesha, kamu harus jujur sama Mas. Kenapa muka mu di-tekuk gini, hem?" tanya Rach.

"Aku ga papa loh Mas." Alesha memaling-kan wajah, berusaha tidak memperlihat-kan betapa murung nya wajah nya saat ini.

Rasa penasaran Rach benar-benar sudah semakin menjadi, tapi ia tidak ingin terlalu memaksa Istri nya itu.

"Lagi-lagi kamu diingatin sama ibu biar cepat-cepat hamil ya?" tebak Rach.

Tentu saja Alesha terkejut. "Mas tau Ibu terus meneror aku, ya?" tanya Alesha.

Meski tebakan Rach tidak salah, tapi tidak benar juga.

Alesha memang tidak terlalu berpikir tentang perkataan Ibu mertua nya sore tadi.

Hanya saja sikap Ibu nya yang suka ngaku-ngaku berbuat sesuatu padahal Alesha yang melakukan nya, selalu membuat Alesha muak semuak-muak nya dengan mertua nya itu.

"Kan memang selalu seperti itu," jawab Rach, lelaki itu mendekat dan memeluk Lesha dari belakang, menempelkan kepala di bahu Lesha serta berkata, "Tapi jangan hiraukan, Ibu memang orangnya seperti itu. Pemikirannya seperti orang dulu-dulu … Yang penting, aku tidak meminta sesuatu yang menjadi hak Tuhan. Terserah Tuhan mau memberikannya atau tidak."

Perkataan Rach memang selalu membawa Alesha pada satu kelegaan hati, suaminya orang berpengertian.

Namun meski begitu, Alesha tetap penasaran, apa yang sebenar nya terjadi pada pernikahan mereka?

Yang salah, rahim Alesha atau kondisi sp3rma Rach?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!