Hati Alesha lega.
Sudah sebulan berlalu sejak ibu mertua nya tidak ada di rumah ini.
Sang Ibu mertua di-ungsikan ke sebuah villa asri dekat pantai yang di dalam nya terdapat tiga orang pembantu.
Rach maupun Alesha tahu sang Ibu mertua haus harta. Jadi, Rach membuat wanita bermulut pedas itu mendapatkan gaji dua kali lipat tiap bulan nya meski tanpa bekerja.
Dan, jujur demi apapun, hati Alesha plong. Tidak ada tekanan, dan hidup yang dia jalani pun jadi lebih berkualitas.
Namun meski begitu, Alesha mulai merasa sendiri. Tidak ada mertua, Alesha mulai merindukan hadir nya seorang anak.
Sering kali dia berjalan ke luar rumah, hanya untuk melihat terdapat cukup banyak ibu-ibu komplek yang menggendong anak nya.
Rumah besar Alesha di lingkungan elit. Tapi terdapat juga kawasan ruli.
Sangking merindukan hadir nya seorang anak, Alesha sering meminta beberapa ibu-ibu menyerah-kan anaknya untuk digendong.
Beberapa memang menolak, tapi ada juga yang memberikan bayi itu pada Alesha tanpa merasaketakutan.
Alesha banyak belajar cara mengurus anak dari ibu-ibu itu.
Karena suka, Alesha sering membelikan susu bayi, pakaian maupun uang untuk membeli keperluan lain nya.
Sudah seminggu juga Alesha melakukan hal seperti ini. Dan jujur, hati nya hangat kala membantu orang kesusahan.
Setelah menikah, Alesha hanya menjadi ibu rumah tangga. Terkadang pergi ke perusahaan, hanya untuk mengecek keadaan. Karena setelah beberapa bulan menikah, yang menggantikan diri nya di perusahaan adalah Suami nya.
Alesha akan pulang minimal sejam sebelum Suami nya pulang. Kemudian melayani suami nya selayak nya istri pada umum nya.
Tapi, Alesha menemukan sesuatu yang janggal setiap kali bercinta dengan sang suami.
Hingga dia mengambil sedikit ****** itu dan mengunjungi rumah sakit bersama Lusi sahabat terbaik nya seusai suami nya kembali bekerja.
"Kamu yakin, bakal cek kondisi ****** suami kamu?" tanya Lusi yang masih tidak percaya meski Alesha sudah memberitahukan nya saat menghubungi Lusi via telepon.
"Kalau yakin, aku yakin-yakin aja sih, lagipula aku juga penasaran, sebenarnya siapa yang salah di sini. Rahim aku atau ****** suami aku."
"Oke. Kalau itu udah jadi keputusan kamu sih, aku oke-oke aja," balas Lusi.
...*****...
Lusi dan Alesha memasuki ruangan dokter setelah mendapatkan izin konsultasi.
"Dengan ibu Alesha Putri Yuhandi?" tanya Dimas, Dokter androlog itu memulai.
"Ya, itu saya."
"Apa keluhannya, Bu? Di mana suami nya?"
"Suami saya kerja, Dok. Saya hanya di-temani teman saya. Langsung ke intinya saja ya dok," tanya Alesha meminta izin.
Dokter mengangguk setuju.
"Saya sangat ingin tahu, apakah ****** milik suami saya bekerja dengan baik atau tidak. Soal nya saya selalu menemukan kejanggalan di setiap kami bercinta," kata Alesha memulai.
"Kejanggalan seperti apa kalau boleh tahu, Ibu Alesha?" tanya Dokter lagi.
"Cairan ****** nya tidak seperti biasa. Saya melihat banyak perbedaan bentuk sp3rma suami orang via YouTube dengan suami saya. Saya takut suami saya seperti yang saya pikirkan itu, dok."
"Hanya itu?" tanya Dokter memastikan.
"Iya dok. Pernikahan saya dan suami sudah berjalan setahun, tapi anak tidak kunjung ada dan membuat hubungan mertua dan saya merenggang."
"Baik, apa ada cairan ****** suami anda? Saya akan mengecek nya terlebih dahulu sebelum memutuskan," kata dokter Dimas lagi.
"Ada dok, ini dia." Alesha mengeluarkan sebuah kotak mini berisi sisa ****** ***** yang Alesha dan suami lakukan semalam.
Dokter mulai mengeceknya tanpa alat, masih di depan Alesha dan Lusi.
"Kalau dilihat memang ini bukan ******. Karena ****** bentuk dan warnanya juga berbeda. Tapi saya akan mengecek nya dengan alat, saya harap anda mampu menunggu hingga esok hari," pinta Dokter dengan sopan.
"Baiklah kalau begitu. Kami permisi dulu ya dokter. Terimakasih atas waktu nya," Alesha pergi setelah mengungkapkan kalimat nya.
***
Selama di perjalanan menuju rumah, keadaan mobil yang membawa Lusi dan Alesha sangat hening.
Alesha terdiam karena terus berpikir tentang bagaimana kondisi pernikahan mereka jika suami nya sebenar nya pria … mandul.
Ya, Alesha berpikiran negatif seperti itu karena dokter obgyn juga sudah memeriksa keadaan nya mengatakan rahim nya sangat subur.
Lalu mengapa sampai sekarang mereka tak kunjung memiliki anak? Alesha pikir, ****** suami nya lah yang salah.
Sedari dulu Alesha ingin mengecek nya ke secara diam-diam ke dokter androlog. Tapi tidak pernah berhasil.
Ibu mertua nya selalu kepo atas segala urusan nya, saat beliau tak ada, maka Alesha mulai menjalan-kan rencana nya.
Meski hasil nya belum diketahui tapi, Alesha berharap semuanya baik-baik saja.
"Apa kau juga pikir seperti ku?" tanya Lusi tiba-tiba.
"Berpikir sperti apa?" Alesha kebingungan.
"Hem, cairan bang Rach itu bukan ****** tapi air mani?" ucap Lusi tiba-tiba.
"Ada sih sedikit pikiran seperti itu," jawab Alesha jujur.
"Biasa nya kalau cairan itu bukan ******, bisa di-simpulkan suami mu sudah melakukan vasektomi."
"Apa itu vasektomi?" tanya Alesha bingung. "Itu berbahaya ya?"
"Kamu ga tau vasektomi?" Lusi terkejut.
Alesha menggeleng.
"Yah, kamu ketinggalan zaman!" celetuk Lusi tiba-tiba.
"Ya Aku kan bukan dari orang medis. Jadi ga mungkin tau bahasa-bahasa mereka yang bikin pusing kepala itu."
"Aku aja yang bukan orang medis tau vasektomi," ucap Lusi membanggakan diri.
"Hem, iyalah, aku tau kamu agak lain."
"Jadi, vasektomi itu kayak kontrasepsi," jelas Lusi singkat.
"Kontrasepsi? Itu bukan nya metode yang dibuat orang kalau ga mau punya anak lagi ya?"
"Yes, itu benar," balas Lusi mengacungi jempol.
"Terus kenapa suami ku melakukan nya? Apa dia ga mau punya anak dari aku?" gumam Alesha geram. Dalam kepalanya terdiri dari begitu banyak pertanyaan, dan dari seluruh pertanyaan itu, Alesha tidak menemukan jawaban nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments