___
Mereka berdua pada akhirnya berhasil mengatasi kesalahpahaman, Adry pun pergi untuk menyelesaikan urusannya sendiri dan menitipkanku pada Ayahnya.
"Hei, kemarilah duduk disampingku." Aku pun menuruti ajakannya, kemudian dia bertanya, "Apa keahlianmu? mengapa aku harus mempekerjakan orang asing sepertimu?" Dia bertanya seperti itu dengan raut wajah seakan marah.
Merasa terintimidasi dan bingung harus kujawab apa, "A-aku..." Sial aku menjadi gugup.
Tiba-tiba dia tertawa sembari menepuk keras pundakku dan berkata, "Hahaha, tenanglah aku hanya bercanda denganmu, Panggil aku Dery! dan kau?"
Terkejut dengan raut wajahnya yang berubah cepat, aku menjawab dengan gagap, "Na-Nama ku Arezha"
"Arezha... Rezha... Reza, ah sepertinya Reza panggilan yang cocok denganmu!"
Wah, dia memang Ayahnya Adry.
Dia mulai berbicara kepadaku tentang sejarah kedai yang telah dimiliki oleh keluarganya yang diwariskan secara turun temurun.
Memberitahuku jika tempat ini menjadi bersejarah bukan hanya karena tempatnya yang tua. Ditempat ini banyak peristiwa penting dijaman dahulu, seperti jamuan makan kerajaan dan perayaan kemenangan yang penting. ketika dia berbicara, aku memperhatikan sekitarku melihat dinding-dinding ada lukisan yang dibingkai, merupakan lukisan potret raja dan ratu sebelumnya yang pernah mengunjungi tempat ini.
"Cukup bicaranya, aku ingin melihat kau bekerja. Mulailah dengan mencuci piring segera!" katanya sambil menunjuk piring-piring kotor di dapurnya. "Simpan piring-piring itu dikeranjang, dan bawalah piring itu kebelakang kedai, kau akan melihat sumur, gunakanlah airnya untuk mencuci piring-piring."
Setelah perintahnya, aku mulai bekerja hingga larut sore.
"Arezha, kemarilah!" panggilan dari Pak Dery.
Aku pun menghampirinya, lalu dia berkata, "Ini bayaranmu untuk hari ini, pulang dan beristirahatlah. Besok aku ingin melihatmu melayani para pelanggan."
Diberikannya sekantong saku yang berisi perak oleh Pak Dery kepadaku. Gaji pertamaku, hatiku dipenuhi rasa gembira. "Terima kasih banyak Pak Dery, aku akan menerimanya!" Aku pun menerimanya dengan kedua telapak tanganku.
Ketika Pak Dery berbalik badan dan pergi, aku berkata, "Tunggu, aku ingin bertanya sesuatu."
Pak Dery menoleh dan menghadapku kembali. "Silakan, apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apakah kedai ini memiliki penginapan?"
Pak Dery menjawab, "Ya tentu saja, aku memiliki 14 kamar di lantai 2. Setiap harinya selalu saja terisi. Kau ingin menginap? Haha bukankah Anakku memberimu tempat tinggal?"
"Ah tidak bukan begitu, ini untuk seseorang. Berapa banyak perak yang kubutuhkan untuk satu malam?"
"Penginapanku tidak semahal itu, 1 koin perunggu besar untuk satu malam dan 1 koin perak untuk 3 malam. Bawalah dia kemari, akan kukosongkan kamar untuknya dikemudian hari."
"Kalau begitu, bisakah kau menungguku? Aku akan segera kembali."
"Tunggu Reza! Tidak ada ruang kosong malam ini kau dengar?"
"Setidaknya biarkan dia tidur di dalam kedai. Aku akan membayarnya dengan harga yang sama, aku mohon."
"Ya maksudku, tidak ada ranjang yang tersedia. Di mana dia akan tidur nanti?"
"Tidak masalah, dia bisa tidur di mana pun dalam kedai. Aku hanya ingin dia menghangatkan tubuhnya di dalam ruangan, lagi pula besok pagi akan ada ruangan tersedia bukan?"
"Baiklah kalau begitu mau mu, selama dia tidak mengacaukan kedaiku."
___
Aku pulang menuju gudang yang sekarang menjadi rumahku sebelum pergi menuju Kakek Izwar. Sesampainya aku mengambil kursi dan duduk di samping meja kecil.
Menaruh lalu membuka kantung saku yang berisi perak itu. Kukeluarkan isinya di atas meja, satu per satu berjatuhan koin perak itu. Di sisi depan koin terdapat gambar wajah Raja Xiris Adelio dan di sisi belakang sebuah lambang Kerajaan Xiris. "Wah, aku mendapat 7 koin perak." Masing-masing dari perak memiliki berat 1 gram.
"Bukankah ini terlalu banyak, jika setiap harinya aku akan mendapatkan 7 koin perak..." Aku akan menjadi kaya raya!
"Dalam seminggu aku akan mendapatkan 49 koin perak. Uang sebanyak ini, jika aku menyisihkan 4 koin perak setiap harinya untuk Kakek Izwar maka tersisa 21 koin perak. Setiap minggu untuk memenuhi kebutuhanku sehari 2 koin perak jadi tersisa 7 koin perak, dan itu sudah lebih dari cukup." Tidak berlama-lama aku pun bergegas menuju kakek Izwar sebelum terlalu larut malam.
Aku melihat Kakek Izwar yang sedang duduk bersandar pada tembok, lalu aku berlari dan menyapanya dari kejauhan, "Kakek Izwar, aku kembali!"
Kakek Izwar berdiri dari tempat duduknya dan mendekatiku. "Nak Arezha, bagaimana kabarmu? Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan?"
Aku menjawab, "Aku baik-baik saja terima kasih. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di sekitar pelabuhan regia sebagai pelayan kedai."
Kakek Izwar merasa lega mendengarnya lalu berkata, "Haha, syukurlah Nak Arezha! itu akan menjadi langkah awalmu."
"Itu karena doamu, ikutlah denganku Kek."
"ke mana Nak Arezha?"
"Mari kita berjalan terlebih dahulu, aku akan menceritakannya sembari kita berjalan."
Kakek Izwar tanpa bertanya-tanya langsung mengikutiku, aku rasa dia sudah mempercayaiku. Kami berdua menuju kedai, di tengah perjalanan aku menceritakannya bagaimana aku mendapatkan pekerjaan dan memberi tahu niatk. "Aku akan membayar sewa ruang untukmu dan 2 koin perak untuk kebutuhan setiap harimu Kek."
___
"Bagaimana dengan dirimu sendiri Nak Arezha?"
"Sejujurnya aku sudah mendapatkan uang lebih dari cukup, begitulah makanya aku membagi sisanya."
"Kau sangat baik Nak Arezha, terima kasih banyak."
"Haha tak usah dipikirkan." Dan kamipun sampai di depan kedai
Aku segera mempersilakan Kakek Izwar dahulu. "Di sini tempatnya, masuklah."
Kami berdua memasuki kedai. Pak Dery mempersilakannya dan menuntun kami menuju meja, kamipun duduk dimeja itu. "Pak Dery, inilah orang yang kumaksud, aku ingin dia menginap di sini setiap harinya, aku yang akan membayarnya." Aku segera memberikan 2 koin perak sebagai bayarannya di atas meja.
"Baik aku akan menerimanya, terima kasih Reza. Untuk saat ini..." Lisannya berhenti seakan menyangkut dalam tenggorokan. Sepertinya Pak Dery belum mengetahui nama Kakek.
"Maaf siapa namamu Kek?", Tanya Pak Dery.
"Namaku Izwar, harus kupanggil apa kau?" Kakek bertanya balik.
"Panggilah aku Dery, senang berkenalan denganmu." Mereka saling berjabat tangan mengenal satu sama lain.
"Untuk saat ini kau boleh tidur di kedaiku, besok akan ku kosongkan satu kamar agar kau bisa beristirahat di atas ranjang."
Kakek Izwar menjawab, "Ini terlalu mewah untukku haha, terima kasih Nak Arezha, Dery. Aku sungguh berterimakasih!"
Pak Dery terusmenerus melirik pada tangan kanan Kakek Izwar yang hilang, lalu bertanya "Kakek Izwar, apakah kau seorang veteran?"
"Haha, mengapa kau bisa bepikir seperti itu?"
"Aku hanya berasumsi, mendiang ibuku dahulu pernah bercerita pada saat aku berusia 7 tahun. Kira-kira 2 tahun setelah peperangan itu terjadi. Dari aku kecil, aku hidup di Kota Sernia, Kota yang jauh dari peperangan, akan tetapi Ayahku ikut dalam peperangan itu dan tidak pernah kembali." Pak Dery berhenti berbicara sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya beberapa detik kemudian.
"Mungkin karena terjadinya peperangan dan Kerajaan Xiris telah kalah dalam pertempuran melawan kekaisaran lalu puluhan ribu pasukan Xiris yang tertangkap pada saat itu harus dipotong lengan kanannya, dengan alasan mencegah perlawanan balik. Luka tangan kananmu yang hilang itu seperti tebasan. Maaf jika aku salah mengira."
Kakek Izwar tersenyum lalu berkata, "Kau memiliki mata dan wawasan yang bagus Dery. Ya aku pernah ikut serta dalam peperangan itu."
Pak Dery berkata, "Maafkan aku jika membuka luka lamamu."
"Haha tak apa Dery. Tenanglah, cerita ini sudah lama sekali. Aku bahkan tidak keberatan menceritakannya sekarang kepadamu jika kau bertanya. Omong-omong siapa nama ayahmu? mungkin aku mengetahui sesuatu."
___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments