Kompas Jiwa II

Hari sudah semakin gelap. Aku berjalan berjam-jam dalam kegelapan, putus asa mencari tempat untuk beristirahat. Kaki ini terasa seperti tertimbun timah dan perut yang keroncongan karena kelaparan. Aku tersesat karena gelap dan tidak punya pilihan selain beristirahat di bawah jembatan yang kotor dan bau.

Takut dan sendirian, bisakah aku bertahan hidup di kota ini? Ketika aku hendak duduk di sudut, terdengar suara mendengung yang samar-samar dari sisi lain jembatan. Penasaran dengan suara itu, perlahan-lahan aku berjalan untuk mencari tahu suara apa itu.

Aku melihat seseorang sedang bersandar di pojok. Tanpa dia sadari, aku mendekatinya, seorang lelaki tua dengan pakaian lusuh, rambutnya telah memutih, kehilangan lengan kanan dan lengan kirinya yang terlipat di pangkuannya. Orang tua itu kemudian menyadari kehadiran ku lalu mengatakan, "Aku tidak memiliki apapun untuk kau ambil."

Kemudian aku memberitahukan niatku, "Aku hanya mencari tempat untuk beristirahat."

Lelaki tua itu mengambil sesuatu di sampingnya, sebuah kain yang dapat digunakan sebagai selimut dan menawarkannya kepada diriku. "Pakailah ini dan tidurlah."

Lalu aku menerima dan mengambil kain itu, kemudian duduk di sampingnya sembari mengeluarkan sesuatu dari ranselku, "Aku punya sedikit gandum yang cukup untuk kita berdua." Wajahnya berubah menjadi senang dan bertanya, "Siapa namamu nak?"

" Namaku Arezha..." jawabku pelan.

Aku menyalakan api untuk memasak sementara kami mengobrol.

"Apa yang membuatmu datang ke sini?"

" Aku berasal dari Desa Maren mencoba mencari pekerjaan di kota ini, namun tidak membuahkan hasil. Aku tidak punya uang untuk tidur di penginapan."

Lelaki tua itu menatapku dengan iba, aku meneruskan perkataanku. "Sepertinya jika hidupku terus berlanjut seperti ini, aku akan mencuri, merampok, apa pun itu untuk melanjutkan hidupku." Aku mengambil dua buah mangkuk dari tas ranselku, mengisinya dengan makanan yang sudah dimasak kemudian aku berikan kepada lelaki tua itu. Lelaki tua itu mengambil mangkuknya. "Terima kasih," ucapnya.

Ada keheningan selama beberapa saat ketika kami menyuapi diri dengan makanan.

Orang tua itu menanggapi ucapanku, "Sungguh pilihan yang buruk, sedangkan kau masih bisa bekerja. Tidak peduli seberapa kejamnya kehidupan yang kau jalani saat ini, jangan biarkan hatimu berubah karenanya." Dia meletakkan mangkuknya, mata kami saling bertatapan dan dia meneruskan, "Karena itu tidak sebanding jika kau harus kehilangan dirimu sendiri."

Beberapa kata yang meneguhkan hati ini cukup untuk membuat aku merasa lega, seolah-olah beban berat telah terangkat dari pundakku.

Kami pun kemudian mulai berteman. Nama lelaki tua itu Izwar, aku memanggilnya Kakek Izwar. Berbicara tentang kehidupan dan berbagi cerita tentang kesulitan dan perjuangan kami.

"Ceritakan sedikit tentang dirimu, nak!" katanya sambil menyantap makanannya.

"Entahlah, aku menganggapnya sebagai mimpi buruk, aku bahkan tidak ingin mengingatnya."

"Baiklah, kalau begitu, biar aku ceritakan padamu. Berapa umurmu sekarang nak Arezha?"

"Umurku sekarang 20 tahun kek." Kakek Izwar menyuapi dirinya sendiri dan berkata, "Masakanmu enak sekali!" aku menjawab "Syukurlah kalau begitu".

Kemudian kembali ke pokok pembicaraan, Kakek Izwar melanjutkan ceritanya. " Kau sudah berumur 20 tahun, berarti kau belum lahir pada waktu itu. Pada tahun 1260 yang merupakan 40 tahun yang lalu, saat itu aku berusia 21 tahun. Saat itu Raja Xiris Amberia II wafat pada usia 47 tahun dan kekosongan kekuasaan pun tak terelakkan"

Kemudian Kakek Izwar melanjutkan ceritanya. "Saat kekosongan kekuasaan, terjadi pemberontakan sehingga terpecah menjadi 2 kubu yang bergegas mengisi kekosongan tersebut, yaitu panglima perang dan pemberontak. Keduanya saling berperang untuk mendapatkan kekuasaan. Saat itu aku ditugaskan sebagai unit pengintai di perbatasan antara Kekaisaran Kluir dan Kerajaan Xiris, secara tidak sengaja aku melihat banyak kereta kuda, gerobak, dan yang membuatku curiga karena mereka membawa kelompok pasukan yang entah dari pihak mana, aku tidak melihat ada lambang atau simbol apapun pada mereka.

Tidak hanya berdiam diri, aku melaporkan apa yang kulihat kepada atasanku dan merencanakan konfrontasi. Singkat cerita mereka menolak untuk bekerja sama sehingga timbul kecurigaan. Pertarungan pun tak terhindarkan. Kami berhasil mengalahkan mereka dan melucuti isi gerobaknya. Pedang atau perlengkapan perang ditumpuk di dalamnya dan kami menahan musuh yang tersisa, menginterogasi beberapa di antaranya hingga mereka berbicara. 'Ampuni aku! Aku hanya ditugaskan untuk mengantarkan barang!" demikian jawaban mereka. Mereka hanyalah pion, tentara bayaran yang ditugaskan untuk mengantarkan senjata.

Tapi kepada siapa? Tawanan itu menjawab bahwa penerimanya adalah salah satu pemberontak. Sekelompok pemberontak membeli semua persenjataan itu, bagaimana mungkin hal itu tidak masuk akal kecuali jika ada orang lain yang membiayainya.

Kita hanya bisa menyimpulkan bahwa Kekaisaran Kluir yang membiayai semuanya pada saat itu. Masuk akal jika kekaisaran tidak akan tinggal diam dan mengambil kesempatan ini, karena Kaisar Kluir yang bernama Avianto merupakan orang yang sangat berambisi untuk menyatukan benua barat, dia sendiri yang mengatakannya pada pidato penobatan nya. Merupakan rencana yang bagus untuk mempersatukan benua, tapi harganya adalah darah!"

Kakek Izwar berhenti sejenak. "Hei nak, apakah kau punya air? Aku haus karena terlalu banyak bicara."

Aku membagikan sisa air minum ku kepadanya, sungguh penasaran dengan kelanjutannya. Rasanya seperti mendengarkan dongeng sebelum tidur.

Kakek Izwar meminumnya, lalu melanjutkan ceritanya lagi. "Ketika kami menghancurkan logistik mereka, para pemberontak kewalahan. Ketika pihak panglima perang hendak mengeluarkan ultimatum kepada para pemberontak, tiba-tiba muncul kubu ketiga yaitu para anggota keluarga kerajaan yang berhak menduduki takhta kekuasaan.

Kau mungkin bertanya-tanya mengapa mereka muncul begitu terlambat, namun aku hanya bisa berasumsi bahwa ada kepanikan di antara para anggota keluarga kerajaan.

Rakyat tidak ingin dipimpin oleh putra mahkota yang masih kecil sehingga menjadi sangat sulit untuk merekrut pasukan yang setia kepada mereka, entah bagaimana mereka bisa mengumpulkan pasukan, mungkin karena pengaruh uang.

Kemunculan kubu ketiga ini datang di saat yang tepat, di mana dua kubu lainnya sedang melemah karena fokus berperang satu sama lain. Unit ku segera ditugaskan untuk bergabung dengan anggota kerajaan, pewaris takhta yang sah. Mengapa begitu? Karena sebagian dari kami tidak ingin dipimpin oleh pihak yang tidak jelas asal-usulnya, pasukan pemberontak yang merupakan boneka Kekaisaran Kluir, celakalah mereka jika menang. Adapun panglima perang yang berusaha mengambil alih kerajaan di tangan mereka. Mereka hanya datang pada saat terjadi kekacauan, memerangi rakyatnya sendiri.

Kami berhasil mengatasi krisis saat itu, para pemberontak yang kami tangkap telah mengkonfirmasi bahwa mereka dibiayai oleh Kekaisaran dan panglima perang telah dieksekusi oleh kerajaan. Kekuasaan telah berhasil di amankan oleh anggota keluarga kerajaan dan ditegaskan kepada pewaris takhta yang sah.

Jangan kira ini sudah berakhir, 3 bulan telah berlalu. Kerajaan Kluir tidak kehabisan akal, mereka menyebarkan fitnah bahwa anggota keluarga kerajaan memimpin rakyatnya secara tirani. Dengan alasan untuk membebaskan Kerajaan Xiris dari tirani, mereka memulai invasi. Kemudian aku ditugaskan dan bergabung dengan unit lain di Kota Aldea.

Sebuah kota yang berhadapan dengan perbatasan Kekaisaran Kluir. Ketika pasukan Kluir terlihat di ujung cakrawala, kami menghadangnya di tempat yang luas untuk memberikan waktu bagi penduduk untuk mengungsi." Kakek Izwar tiba-tiba berhenti bercerita.

"Ada apa, Kek?" tanya ku dengan kebingungan.

"Aku lelah, mari kita lanjutkan besok. Segeralah beristirahat, aku sudah mengantuk."

Kakek Izwar membereskan tempat dimana dia akan tidur dan berbaring. Tanpa bisa memaksanya, aku pun ikut berbaring dan beristirahat.

___

Terimakasih sudah membaca, saya sangat senang!

Jangan lupa Like & Share

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!