___
Masing-masing orang yang terpanggil itu berlutut di hadapan Tuan Adipram saat dia menganugerahkan gelar khusus kepada mereka.
Setelah acara penghormatan selesai, perayaan pun dimulai, dengan menampilkan para musisi, penari, dan pemain akrobat. Semua orang bersorak-sorai saat mereka menyaksikan semuanya.
Semua orang menikmati makanan lezat dan meneguk minuman berkualitas sembari mendengarkan berbagai kisah yang diceritakan oleh para penyair.
Seiring berjalannya waktu, banyak orang berdansa merayakan pencapaian mereka.
__
"Adry! kita adalah bangsawan sekarang, aku tidak percaya ini!", ucapku meledak-ledak kepada Adry.
Adry menanggapi, "Ya, akupun tidak mempercayai hal ini, ini hari keberuntungan kita!", kemudian seorang pria dengan pakaian pelayan menghampiri kami, "Tuan-tuan, maaf mengganggu waktu kalian. Aku diperintah oleh Tuan Adipram untuk mengantar kalian ke tempat tinggal baru kalian"
"Tempat tinggal baru, maksudmu sebuah rumah?", tanyaku bingung sampai mengerutkan dahi.
Adry menanggapiku, "Ya ini adalah hal wajar bagi seorang kesatria untuk tinggal berdekatan dengan kastil. Mungkin hidup di dalam kastil milik tuan mereka atau di rumah bangsawan terdekat yang diberikan oleh tuannya. Karena dengan begitu, maka mereka akan siap untuk berperang atau melindungi tanah milik tuannya kapan saja"
Tunggu sebentar, kesatria? siap untuk berperang dan melindungi!?
"Aku seorang kesatria? bukankah aku seorang bangsawan?"
"Bangsawan pada sejatinya adalah seorang pejuang, kesatria adalah gelar kebangsawanan tingkat rendah. Kau tidak mengetahuinya?", Adry merangkul dan menarikku, berkata, "Sudahlah ayo!"
Apakah aku harus terjun ke medan peperangan lagi? hatiku mulai merasa tidak tenang kembali.
Kemudian pelayan itu menuntun kami, "Ikuti aku Tuan-Tuan", tidak jauh dari kastil, hanya butuh puluhan langkah jauhnya. Kami pun sampai dirumah baru itu, rumah ku dan Adry bersebelahan. Pelayan itu mempersilakan kami untuk melihat-lihat rumah itu.
Dari luar terlihat jelas bahwa bangunan ini lebih rumit daripada rumah-rumah rakyat jelata sepertiku.
Aku membuka pintu dan melangkahkan kaki kedalam rumah. Ketika aku berjalan memasuki ruangan, seketika udara terasa hangat. Jadi ini tempat tinggal para bangsawan dan orang-orang kaya.
Melihat seluruh lantainya terbuat dari keramik, tidak seperti rumah yang kutempati saat ini yang dipenuhi tumpukan rumput yang diikat menjadi satu sebagai alas.
Kemudian memasuki lebih dalam, ada ruangan utama yang dihiasi dengan berbagai macam perabotan. Permadani tergantung di dinding yang tebal, tidak hanya berfungsi sebagai pembatas, tetapi juga sebagai penambah kehangatan.
Aku melihat keluar dari jendela kaca di ruangan utama, dengan bingkai kotak yang dilapisi kain, sehingga memudahkan untuk masuknya pencahayaan, menghalau hembusan angin, serta dapat dibuka ketika musim panas tiba.
Melihat-lihat ke sekelilingku, aku memasuki ruang dapur, di ruang dapur terlihat sebuah perapian yang cukup besar di mana daging, bahkan daging sapi yang besar, bisa dipanggang di atasnya.
Bagaimana dengan ruang tidur? aku terkesan melihat ranjang yang tampak mahal, ketika aku memegangnya kasur itu, terbuat dari bahan kain sutera halus, serta selimut dengan jahitan yang indah dan bantalan berisi kumpulan bulu dari angsa.
Apakah semua ini sepadan jika aku gugur dalam peperangan? aku mencoba untuk berpikir secara optimis. Ini adalah pertama kalinya aku bisa tinggal di rumah mewah sejak ayahku membuangku!
Aku merasa impian masa kecilku yang dulu bisa terwujud sekarang.
Pelayan itu memanggil kami berdua dari luar rumah, kami berdua menghampirinya, kemudian dia berkata, "Adakah diantara kalian yang memiliki keluarga? aku menyarankan untuk tinggal bersama mereka disini"
Adry menanggapi, "Hmm, ayahku jarang pulang ke rumah dan lebih memilih untuk menetap di kedai. Bagaimana denganmu Reza?"
"Aku bahkan tidak memiliki keluarga disini. Hanya ada aku, baik kau dan aku, kami berdua lajang", jawabku.
Pelayan itu kemudian berkata, "Baiklah kalau begitu, tinggalah disini karena itu sudah menjadi kewajiban kalian sekarang", kemudian dia memberikan kami 2 buah kunci, sepertinya sebuah kunci pintu, dan yang satunya lagi entahlah.
"Tuan-tuan, aku akan pergi, dan jangan lupa untuk memeriksa peti di bawah tempat tidur kalian, nikmatilah hadiah pemberian dari Tuan Adipram", kemudian dia pun pergi.
___
"Apa yang akan kau lakukan dengan rumahmu yang lama?", tanyaku kepada Adry.
Adry berpikir, "Entahlah mungkin aku akan menjualnya jika ayahku menyetujui, atau menyewakan rumah itu", Adry melihat rumahnya secara keseluruhan dari luar, kemudian dia menghela napas, "Sepertinya kita harus memindahkan barang-barang besok"
"Barang bawaanku tidak terlalu banyak, aku akan membantumu besok"
Adry memukul pelan pundakku, "Terima kasih kawan!"
Aku merangkul Adry, "Mari kita kembali berpesta!"
"Baiklah, aku juga masih ingin mencoba suatu makanan di dalam", kami berdua memasuki kastil kembali.
___
Kerajaan Xiris
Kota Sernia
15 Juli 1300
___
Di pagi hari, aku bersama Adry bangun lebih awal dan mulai memindahkan segala sesuatu yang diperlukan ke dalam kereta kuda yang kami pinjam dari kastil untuk memindahkannya ke tempat tinggal kami yang baru. Dengan cermat kami membereskan semua barang dan mengemasnya. Memastikan semuanya aman dan terkemas dengan baik sehingga tidak ada barang yang hilang dalam perjalanan.
Setelah beberapa waktu berlalu, kami selesai memindahkan semuanya.
"Barang bawaanmu sangat berat Adry!", ucapku berkeringat.
Adry menanggapi, "Haha, itu bagus untuk melatih otot-ototmu!"
Adry meregangkan tubuhnya, sembari berkata "Terima kasih telah membantuku, aku akan membersihkan beberapa bagian dirumah baru ini sebentar lalu pergi memberitahu ayahku, sampai nanti Reza!", dia pun memasuki rumahnya.
___
Aku melompat berbaring keatas ranjang menatap langit-langit. Beberapa menit berlalu, aku teringat perkataan pelayan itu.
Aku segera memeriksa peti yang dikatakan pelayan itu. Melihat kebawah ranjangku kemudian menyeret peti itu keluar. Aku mencoba membuka peti kotak dengan kunci yang pelayan itu berikan kepadaku. Aku membukanya secara perlahan, mengharapkan sesuatu yang baik, setelah terbuka aku melihat tumpukan koin perak dengan jumlah yang sangat banyak.
Ketika terpana oleh jumlah perak yang banyak itu, aku baru saja teringat dengan janjiku kepada pak Adry. Aku mengunci kembali peti itu dan menyimpannya kembali dibawah ranjang.
___
Aku bergegas menuju kedai, setelah sampai melihat pak Dery yang sedang berbicara dengan Adry di meja pelanggan, tetapi rasanya pak Dery marah padaku, "Reza, kau tidak datang kemarin. Aku sempat kewalahan!"
Aku menghampirinya sembari menjawab, "Aku lupa, maafkan aku. Kemarin aku menghadiri suatu acara di kastil"
"Aku sudah mendengarnya dari Adry, apakah aku harus menyebutmu sebagai 'Tuan' sekarang?", ucapannya seperti menyindirku.
"Kurasa itu tidak perlu"
Adry tertawa, "Haha kita sangat beruntung, bukankah begitu Reza?"
"Tepatnya, sangat beruntung haha", jawabku, kemudian pak Dery bertanya padaku, "Sepertinya kau tidak perlu bekerja lagi di kedai ini Reza. Kau secara sah sudah menjadi prajurit pribadi Tuan Adipram "
Aku menanggapi, "Walaupun mungkin keseharianku akan sibuk nanti, kurasa aku bisa datang membantu sebentar", aku mulai membantu pak Dery, "Biarkan aku yang mengurus pelanggan", pak Dery berkata, "Baiklah aku akan mengurus dapur", dia pun pergi ke dapur, sementara aku berbincang-bincang dengan Adry.
Aku bertanya padanya mengenai peti kotak itu, "Kau sudah melihat isi peti itu?"
"Ya, aku belum menghitung jumlahnya. Kalau begitu aku akan pulang untuk menghitungnya, sampai nanti!"
___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments