Pemuda Kesatria

Pemuda Kesatria

Kompas Jiwa I

"Suatu hari nanti aku ingin menjadi orang hebat!" itulah kata-kata klise yang sering diucapkan oleh anak-anak lugu yang tidak tahu bahwa badai sedang berada di depan mereka, begitu juga dengan diriku.

___

Entah darimana aku salah melangkah, sampai akhirnya berada di titik ini.

"Kau tidak salah dalam melangkah, kau hanya berhenti untuk melangkah." Akhir-akhir ini aku sering mendengar hatiku berbisik di telingaku.

Tanpa kusadari aku berteriak, "DIAM!" namun hatiku terus berbicara.

"Mulailah melangkah, dan kau akan menemukan jawaban dalam hidupmu."

Ini adalah sebuah perkataan dari suara hati dalam diri ku. Benar-benar terdengar sangat bijaksana bukan?

Sayang sekali hati yang bijak itu justru dimiliki oleh seorang pecundang.

___

Memandang langit-langit di ruangan yang sempit, aku bergumam pada hatiku, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan"

Suara hati ini membalas, " Kau tidak pernah mencari tahu, berdiam diri tidak akan mengubah apa pun"

"Ah, aku lapar." Aku berdiri mengamati sekeliling kamarku yang sempit mencoba mencari sesuatu untuk dimakan, Kemudian aku mulai memasak bubur gandum.

Di tengah-tengah makan malam, aku bergumam pada hatiku, "Sebenarnya, dari mana aku harus memulai? Dari manakah seharusnya aku memperbaiki semua hal ini?"

Suara hati ini membalas, "Ratusan kali kamu mengatakan hal yang sama, tetapi kau tidak pernah benar-benar mencoba memperbaikinya," diam membisu, hati ku melanjutkan kalimatnya.

"Kau berbicara kepada hatimu seolah-olah aku adalah orang lain, sungguh kesepian dirimu."

Aku terpaku, merasa tertampar oleh kenyataan bahwa hatiku sendiri yang secara ironis mengatakannya.

___

Aku lelah, sekarang aku ingin beristirahat.

Kemudian aku membuat diriku nyaman di tempat tidur dan terlelap.

___

Kerajaan Xiris

Desa Maren

19 Januari 1300

___

Seseorang menggedor pintu kamarku pagi ini, karena tidak tahan mendengarnya akhirnya aku pun terbangun lalu membuka pintu.

Di pagi yang indah nan cerah ini, seseorang menatapku dengan marah.

"Ada masalah apa ya?", ucapku terbata-bata sembari menggaruk-garuk kepala.

Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu. Lihatlah ekspresi wajahnya yang seolah akan meledak!

"Arezha, apa kau tidak tahu malu, tunggakanmu sudah 2 bulan. Kapan tepatnya kau akan melunasi sewa kamarmu ini!" terkejut mendengarnya, hingga membuatku bingung apa yang harus kukatakan padanya. Suara hati, tolong aku!

Ketika menghadapi situasi genting seperti ini, suara hati ini menghilang.

"Aku akan membayar secepatnya, tolong beri aku waktu," menjawab sebisaku.

"Tidak bisa, aku juga mempunyai bisnis. Aku tidak bisa mentolerir keberadaanmu lagi. Mulai besok pagi kau harus segera pergi dari sini!"

"T-tapi, tolong beri aku waktu seminggu saja, aku akan segera membayarmu kembali, aku berjanji!"

"Tidak mungkin, aku sudah tidak percaya padamu, alasanmu terlalu banyak. Aku akan kembali ke sini besok dan jika kau belum menyelesaikan semuanya, aku akan menyelesaikannya sendiri, mengerti!?" Aku hanya bisa meratapi keadaan ketika dia beranjak pergi.

___

Sialan, terkutuklah semua orang yang tidak mengetahui keadaanku. Terkutuklah aku karena tidak bisa berbuat apa-apa!

"Kau seolah-olah adalah orang yang tertindas dan tersakiti, namun pada kenyataannya kau adalah penjahatnya. Yang menempatkanmu dalam kesulitan adalah dirimu sendiri. Kau yang tidak membayar hutangmu karena tidak memiliki uang, sedangkan kau tidak pernah mencari kesempatan untuk mendapatkan uang dan selalu mengharapkan kebaikan dari orang-orang di sekitarmu, meskipun kau tidak mendatangkan kebaikan bagi orang-orang di sekitarmu."

Ah sial, kau benar suara hatiku, kau benar....

Aku memang selalu membohongi diriku sendiri.

___

Aku harus segera pergi dari sini. Mengemas semua yang kubutuhkan. Berencana untuk pergi ke mana pun itu.

Membayangkan ke mana kaki ini akan melangkah, tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk mendatangi kota Sernia. Sebuah kota yang berdekatan dengan lautan, jika aku mengikuti aliran sungai aku tidak mungkin tersesat.

Sisa makanan yang kumiliki saat ini hanya sampai 4 hari. Perjalanan menuju Kota Sernia yang berjarak sekitar 100 km membutuhkan waktu 1 malam dan 2 hari, cukup jauh dan mungkin melelahkan, tetapi apa boleh buat.

___

Perjalanan panjang ini sudah berlangsung kurang lebih 13 jam. Aku tidak menemukan tempat peristirahatan yang layak di mana pun. Mencari-cari tempat untuk bermalam di sekitar, akhirnya aku beruntung menemukan sebuah pohon besar di tengah hamparan rumput yang luas, tidak jauh dari posisiku.

Kemudian aku mendekati pohon tersebut, menyandarkan ransel dan mengistirahatkan kakiku di bawah pohon itu.

Aku ingin memasak gandum untuk makan malam, tetapi aku tidak ingin mengambil risiko. Jika ada orang yang melihat, entah apa yang akan mereka lakukan, mereka bisa saja menyerang ku.

Karena takut, aku menahan rasa lapar malam itu, kemudian aku memutuskan untuk memasaknya saat malam telah berlalu.

___

Kerajaan Xiris

Kota Sernia

21 Januari 1300

___

Suara burung berkicau terdengar. Mata perlahan-lahan terbuka. Aku berdiri mengamati sekeliling, tak berlama-lama, aku segera memasak sarapan, setelah itu aku melanjutkan perjalanan.

Aku menemukan jalan yang terbuat dari bebatuan yang tampaknya mengarah ke Sernia sehingga aku pun mengikutinya. Menuruni bukit sedikit, akhirnya Kota Sernia terlihat di ujung mata ku.

___

Ketika aku berjalan mendekat, gerbang Kota Sernia tampak semakin membesar. Kerumunan orang berdesakan untuk memasuki gerbang.

Aku tahu kota ini dari mendiang ibuku, namun aku tidak mengetahui ternyata Sernia lebih besar dari yang aku kira.

Beberapa langkah lagi hingga kaki ini melangkah masuk ke dalam kota. Salah satu penjaga gerbang yang mengenakan pelindung besi berperawakan jangkung dan kekar, melontarkan beberapa pertanyaan dan memeriksa barang bawaan ku.

Tidak ada yang perlu kukhawatirkan, karena aku tidak memiliki apa-apa.

"Apakah kau penduduk Sernia?" tanya penjaga itu.

"Bukan, aku berasal dari sebuah desa kecil bernama Desa Maren." Aku mengarahkan jari telunjukku. "Jaraknya sekitar 100 km sebelah timur laut dari sini."

"Benarkah begitu?" Dia memeriksa tas ransel ku dengan teliti lalu dia bertanya lagi, "Apakah kau mendengar rumor dalam perjalanan?"

"Rumor seperti apa?" Aku penasaran dengan pertanyaannya.

"Entahlah, tapi sepertinya ada isu yang bisa memicu perang antara Kerajaan Xiris dan Kekaisaran Kluir," penjaga gerbang itu mengoceh panjang lebar, "Sepertinya aku terlalu banyak bicara sehingga membuang-buang waktumu. Jika kau tahu sesuatu beritahu aku." Dia menyerahkan ransel ku kembali.

Kami pun berpisah dan aku melangkah melewati gerbang Kota Sernia.

Kehidupan seperti apa yang menanti ku di sini?

___

Dengan sedikitnya uangku, aku berencana untuk mencari pekerjaan apa pun itu. Maksudku ini kota besar bukankah begitu? Aku pasti mendapatkan pekerjaan di sini!

Aku melihat sebuah papan pengumuman, yang kulihat pertama kali adalah sebuah poster. "Apa ini?" Yaitu sebuah poster perekrutan militer kerajaan.

Terbesit dalam pikiranku untuk mengikuti perekrutan itu, kehidupanku mungkin saja akan lebih terjamin tetapi aku bukanlah seorang petarung, aku pasti akan mati saat terjun dalam medan perang.

Aku melihat-lihat kembali secara keseluruhan papan pengumuman itu, mencari sebuah peta kota. Ketika aku mendapatkannya,aku mengambil peta itu sehingga tersobek karena paku yang menancap lalu kusimpan di dalam ranselku.

___

Aku merasa optimis bisa mendapatkan pekerjaan. Menuju pasar kota untuk mencari suatu pekerjaan yang bisa kulakukan, mungkin mengangkut barang atau menjaga sebuah toko.

Sesampai di pasar Sernia aku melihat segerombol pekerja yang sedang mengangkut dan memindahkan barang ke kereta kuda. Mereka sedang diawasi oleh mandornya.

Dengan niat mencari pekerjaan aku mendekati mandor itu.

Mandor itu melirik diriku dan melanjutkan tugasnya sambil berkata, "Pergilah, aku tidak punya uang."

Sepertinya dia menganggapku sebagai pengemis.

"Tidak, bukan begitu sepertinya kau salah paham, aku hanya ingin mencari pekerjaan sebagai pekerja di sini, mohon izinkan aku untuk bekerja disini!"

Mandor itu menghela napas, dari sorot matanya seakan memeriksa tubuhku.

"Sayang sekali tetapi kuota pekerja sudah terpenuhi, pergilah dari sini. Tidak ada pekerjaan yang bisa kau dapatkan di sini, kau tidak cocok bekerja di sini"

Aku memohon padanya, "Kumohon pekerjakan lah aku, aku tidak keberatan dibayar murah!" Aku menggenggam tangannya.

Dia terkejut dan menepis tanganku. "Sialan, jangan menyentuhku! sudah kubilang tidak ada pekerjaan yang bisa kau dapatkan di sini!" Dia mendorongku hingga aku terjatuh.

Aku pun menyerah dan mencoba di tempat yang lain,tetapi setelah kucoba mencari-cari pekerjaan di sekitar pasar ini, tetapi tidak satupun yang menerima diriku. Waktu pun berlalu dengan cepat.

Diriku mulai cemas dengan nasib yang akan datang padaku nanti.

___

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!