19. Surga Dunia

Pagi ini, Dirga bergegas mengantar Gea dan Vano ke sekolah. Kemudian ia akan pergi ke rumah bibi Lea dengan Radit untuk menyelesaikan permasalahan yang kemarin dan juga membayar hutang paman Lea, setelah itu mencarikan kontrakan sementara untuk Gea dan bi Yura sampai agar Soni tak bisa mengganggu lagi.

Bukan Dirga tak mau tinggal bersama bibi dan adik Lea, tapi ia lebih ingin hidup berdua saja dengan sang istri agar bisa belajar saling mencintai satu sama lain. Terlebih sudah genap satu bulan mereka menikah namun ia sendiri masih belum pernah sekalipun meminta haknya pada Lea, dan keputusan ini telah ia rundingkan bersama sang istri.

"Lea, kamu di apartemen dulu ya. Biar mas atur semuanya dulu." ucap Dirga setelah selesai sarapan.

"Iya mas, maaf ya atas keributan yang kemarin. Dan maaf juga ya Vano, gara gara kamu ngebela Gea jadi kena pukul paman Soni." ucap Lea tulus mengoles salep pada ujung bibir Vano agar tak merasa nyeri saat di sekolah.

Vano hanya mengangguk.

"Ya udah, kita berangkat dulu ya. Kamu jaga diri baik baik di sini." ucap Dirga mengulurkan tangannya.

"Iya mas, kamu juga hati hati ya. Jangan kepancing emosi." ucap Lea sembari mencium punggung tangan Dirga, kemudian mengikuti langkah ketiga orang ini keluar dari apartemen.

Sesampainya di sekolahan, Vano dan Gea segera turun dari mobil. Dirga kemudian langsung mengendarai mobilnya menuju rumah bibi Lea, karena semalam ia sudah menghubungi Radit untuk datang bersama tepat di jam 8 pagi.

"Lea . . . " ucap Dirga setelah sampai di apartemen namun tak menemukan istri kecilnya itu di kamar.

Namun terdengar gemericik suara air dari dalam kamar mandi, sudah bisa di tebak jika Lea sedang mandi.

Dirga sengaja berjalan mendekat ke arah kamar mandi, entah mengapa fikiran liarnya melayang mengingat kejadian awal pernikahan saat ia memergoki Lea keluar dari kamar mandi hanya mengenakan selembar handuk yang menampakan tubuh mulus sang istri.

Tidak dipungkiri, ia juga lelaki normal pada umumnya yang ingin merasakan surga duniawi. Saat fikirannya sibuk melayang, tiba tiba pintu kamar mandi terbuka.

Ceklek!

Suara pintu terbuka.

"Ya ampun mas!" ucap Lea berteriak karena terkejut melihat Dirga sudah berada di kamar mandi.

Kaki Lea terpeleset dan tubuhnya hampir jatuh, namun dengan sikap Dirga segera mendekap tubuh kecil yang istri dengan kedua tangannya yang membuat lilitan handuk Lea akhirnya terlepas akibat tekanan tangan Dirga.

Deg!

Jantung Dirga berdetak kencang saat lilitan handuk yang terlepas itu kemudian jatuh tepat di bawah kakinya, yang membuat Lea sepontan bangkit dari dekapan tangan Dirga dan langsung menutup dadanya.

"Astaga!" ucap Lea segera jongkok untuk mengambil handuknya, kemudian segera melilitkan kembali ke tubuhnya.

Pandangan Dirga masih tetap fokus pada setiap gerakan sang istri, adik kecilnya sudah tegang di dalam tak tahan ingin meminta haknya.

"Ma maaf mas." ucap Lea menunduk malu, lalu berjalan melewati Dirga menuju lemari pakaian. Tapi ia lupa jika semalam mereka tidak membawa satu bajupun, bahkan mereka tidur mengenakan baju yang sama. Namun Gea dan Vano memakai pakaian lengkap sebagai dobelan seragam.

"Le." ucap Dirga berjalan pelan menuju ranjang, tepat di samping Lea berdiri.

"Iya mas, kenapa? Kita nggak bawa baju." ucap Lea lesu.

Dirga tersenyum mesum.

"Le, kamu nggak lupa kewajiban kamu sebagai seorang istri kan?" tanya Dirga menatap Lea penuh harap.

Deg!

Dada Lea berdetak kencang saat Dirga menanyakan tentang haknya, tapi ia tahu kapanpun itu memang itulah sudah kewajibannya untuk menuruti permintaan Dirga.

Lea hanya mengangguk.

"Bolehkah sekarang aku meminta hakku Le?" tanya Dirga lagi dengan wajah yang mulai memarah karena menahan hasratnya.

Mata Lea memblalak lebar lebar saat mendengar ucapan Dirga.

"Tolong Le, kamu nggak kasian sama ini yang udah tegang?" ucap Dirga menunjuk celana dengan wajah masam.

Lea hanya bisa diam dan mendekap erat dadanya, agar handuknya tak lepas lagi.

Tanpa menunggu jawaban dari Lea, Dirga langsung segera berdiri mendekat ke arah Lea lalu menuntun istrinya itu agar duduk di ranjang.

Ia membungkuk menatap wajah Lea lekat lekat, lalu mengecup mulut Lea pelan.

Cup!

"Aku meminta hakku sekarang ya, Le?" izin Dirga sekali lagi, lalu Lea hanya bisa mengangguk pasrah.

Dirga segera merebahkan tubuh Lea agar posisinya tiduran, kemudian ia segera mencium setiap inci dari tubuh Lea mulai dari kening hingga menurun perlahan lahan. Ciuman pelan disertai kecupan maupun gigitan gigitan kecil itu membuat Lea terbuai dalam suasana hangat di sore yang dingin akibat hujan deras di luar, tangan nakal Diega juga mulai bergerilya menggelitik dan merem*s bagian bagian tertentu di area tubuh Lea yang membuat istri kecilnya itu terus menggeliat dan mengeluarkan suara des*han pelan.

"Sayang, mungkin emang agak sakit untuk pertama kalinya tapi gak akan lama kok. Hanya awal awal aja, setelah itu kamu akan ngerasa ketagihan. Jadi jangan nangis ya, tahan!" bisik Dirga pada telinga Lea yang di sertai dengan gigitan kecil pada telinga sang istri, Lea hanya bisa mengangguk.

Malam ini, dua insan yang sedang di mabuk syahwat itu menuntaskan hasratnya dengan bergulat bersama di dalam selimut tebal berwarna putih.

Jam menunjukan pukul 8 tepat, namun Lea masih tertidur pulas. Wajah polosnya yang cantik itu membuat Dirga tersenyum saat menatap wajah gadis cantik yang semalam telah membuat dirinya menjadi istri yang sesungguhnya, ia kemudian mencium sembari mengelus rambut Lea pelan.

"Eem . . . "

Lea mengeliat pelan saat Dirga memeluk tubuhnya.

"Mas?" ucap Lea mengucek matanya, memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

"Hem?" jawab Dirga yang masih terus mentap wajah cantik istrinya itu.

Lea segera membuka sedikit selimut untuk melihat tubuhnya.

"Maaaass!" teriak Lea terkejut saat melihat tubuhnya tak memakai sehelai benangpun.

"Hem?" jawab Dirga lagi.

"Aku nggak ngimpi kan ini mas?" tanya Lea lagi sembari ia mencubit pipi miliknya sendiri.

"Aw!" pekiknya saat merasakan pipinya sakit akibat cubitan tangannya sendiri, lalu matanya melolot mengingat kejadian tadi malam yang ia lakukan bersama Dirga sampai pukul 2 dini hari.

"Kenapa? Mau lagi?" ucap Dirga meledek.

"Ish, apaan sih mas." ucap Lea menutup wajahnya dengan selimut karena malu.

"Bukannya semalem kamu minta nambah juga? Masa terpaksa tapi bisa mendes*h." ucap Dirga lagi.

"Mas!" ucap Lea tak tahan mendengar ledekan dari suaminya.

Ia segera memungut handuk yang jatuh di lantai dari semalam, lalu bangkit dari tempat tidur. Tapi saat hendak berjalan menuju kamar mandi, ia merasakan sakit di area pangkal kakiknya.

"Aw!" ucap Lea memengang bagian pahanya.

"Kenapa?" tanya Dirga sepontan bangun dari rebahannya.

"Sakit ituku." jawab Lea polos.

Dirga hanya tertawa melihat kepolosan istrinya.

"Tuh liat seprei warna jadi merah." ucap Dirga membuka selimut, menunjukan seprei putih yang terdapat bercak darah.

Mata Leapun membulat sempurna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!