2. Gadis Malang

"Beri saran gue dit, gue gak bisa nikah sama pilihan bokap dan nyokap." ucap Dirga pada teman baiknya, Radit.

"Ya lu tinggal bawa aja cewe lo ke bokap dan nyokap elo, beres kan!" jawabnya enteng.

Dirga langsung membuka kedua matanya lebar lebar.

"Busset, santai bos. Mata lu bisa copot melotot lama lama!" Radit nenyengir kuda.

"Gila ya lo, gue mana ada cewe. Lu juga tau kalo gue gak tertarik sama cewe cewe yang deketin gue cuma karna pengen duit aja." ucap Dirga apa adanya, memang itulah adanya.

Hidup Dirga dari kecil selalu di atur oleh kedua orang tuanya, apapun yang ia mau selalu bertentangan dengan sang mama, melakukan apapapun juga karena perintah dari mama maupun papanya. Itulah mengapa Dirga menjadi sosok laki laki yang terkesan pendiam, cuek, dan dingin. Terutama jika berada di rumah, ia tidak akan banyak bicara, sepulang kerja hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar. Satu satunya orang yang bisa menghiburnya hanya Vano, anak kecil yang suka usil padanya terkadang juga membuatnya kesal karena tingkah jahil dan kelakuan kelakuan aneh sang adik. Tapi ia begitu menyayangi adiknya, hanya saja sikap dinginnya tidak bisa untuk mengungkapkan itu pada Vano Febiantara.

Di suatu diskotik, terpampang jelas wanita wanita cantik dengan pakaian yang serba minim agar terlihat seksi untuk memikat para tamu yang datang.

"Lu mau kemana, di sini aja bodoh!" Dirga berbicara keras tepat pada telinga kiri Radit, karena suasana diskotik ini sangat ramai dan suara alunan musik dj yang kencang membuatnya haru berbicara dengan suara yang keras.

"Ya lo di situ aja, pesen minum aja sono. Lu kan gak normal, mana mau lu sama cewe cewe aduhay yang ada di depan situh" celutuk Radit asal akibat terpengaruh alkohol.

Tangan Dirga seketika melayang menjitak kening Radit.

"Ngawur aja lu kalo ngomong, bisa ancur reputasi gue kalo laen denger" ketus Dirga lalu beranjak meninggalkan Radit.

Dirga berjalan mengelilingi tempat itu, sebenarnya dia bukan pria brengs*k yang suka menikmati wanita wanita malam yang ada di sini. Hanya saja, ia sering menemani Radit untuk datang kemari hanya untuk menghibur diri di tengah keramain orang orang. Tidak terhibur, lebih tepatnya untuk membuang suntuk akibat tekan tekanan dari mama papanya yang kadang membuatnya pusing.

Ia melihat deretan wanita wanita cantik dan sexy dengan senyum manis yang mereka pancarkan untuk memikat para tamu, tapi ia sama sekali tidak tertarik akan hal hal itu.

Saat ia baru saja duduk, tiba tiba seorang gadis cantik muncul dengan pakaian berwarna hitam yang tak kalah sexy dengan deretan wanita wanita lain. Di tubuhnya terdapat selempang bertulis "Virgin", namun wajah wanita ini menunduk sedih, bahkan dapat terlihat dari pancaran sinar lampu jika wanita malang ini sedang menangis.

Entah mengapa Dirga menatap gadis itu lekat lekat, ia merasa iba dengan keadaan gadis kecil itu. Di saat wanita wanita lain berpose anggun dan sexy untuk memikat para lelaki, justru ia hanya bisa menangis sesenggukan.

"Ah, bisa bisanya ia menju*l tubuhnya tetapi berpura pura menangis. Apa dia ingin orang lain iba dan membelinya?" guman Dirga pelan.

"Siapa yang minat dengan nona cantik ini, tuan? Mari tawar dengan harga tinggi, tawaran tertinggi akan kami lepas" ucap salah seorang mc pria di atas panggung.

"Tuju puluh lima juta" teriak salah salah pria sembari angkat tangan.

"Sembilan puluh juta" salah seorang mengangkat tangannya.

"Seratus lima puluh juta" tawar laki laki yang berdiri tepat di sebelah Dirga.

"Ada lagi?" tanya mc.

"Tiga ratus juta!!" ucap Dirga lantang, tak lupa ja juga mengangkat tangan kanannya.

Semua orang menoleh ke arah Dirga.

Benar benar gila!

Semua orang menatap Dirga dengan aneh, apakah untuk menemani tidurnya ia harus merogoh uang yang begitu fantastis.

"Dasar gila, tiga ratus juta untuk seorang wanita" ucap salah satu orang yang ada di depannya.

"Ada lagi?" ucap sang mc.

Tidak ada yang angkat tangan lagi, karena faktanya memang club diskotik ini sudah biasa menawarkan gadis gadis cantik yang masih virgin. Jadi jika ia tidak bisa mendapatkan gadis ini, mereka masih bisa memilih gadis yang lain dari pada menawar dengan harga gila seperti Dirga.

Sedangkan Radit yang sedang bergoyang di area kerumunanpun ikut menoleh erah Dirga, ia tidak menyangka jika temannya akan membeli seorang wanita. Radit tau betul bagaimana sifat temannya itu, sangat tidak mungkin Dirga membeli wanita itu hanya untuk bersenang senang.

"Oii, lu udah gila bro!" Radit menghampiri Dirga dan menepuk punggungnya.

"Udah lu diem aja, gue mau ke depan buat ngurus dulu. Lo bisa balik sendiri kan?" ucapnya bergegas membayar Lea sesuai tawaran yang baru saja ia ucapkan.

Saat Dirga selesai melakukan pembayaran, ia menatap Lea.

Gadis ini masih sama seperti pertama dia lihat, hanya menunduk dan menangis, tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Mari . ." ucap Dirga meraih pergelangan tangan Lea keluar area diskotik.

Pov Lea,

Tiga ratus juta! Suara lantang itu membuat jantungku seakan berhenti berdetak, bagaimana tidak? Nasibku setelah ini akan hancur, entah bagaimana lagi aku akan menghadapi hari hariku selanjutnya.

Bahkan aku tidak tahu seperti apa pria yang membeliku ini, aku tidak memiliki nyali untuk menatap wajah orang orang yang ada di keramaian ini. Tempat ini begitu asing bagiku, aku seorang gadis yang baru saja lulus Sekolah Menengah Atas harus berada di tempat kotor seperti ini. Padahal dulu saat ayah dan ibuku masih ada, mereka sangat amat menyayangiku, mereka juga selalu mensupportku agar aku bisa melanjutkan kuliah dengan nilai yang membanggakan. Namun semua itu pupus saat aku mendengar kabar bahwa ayah dan ibuku mengalami kecelakaan, lalu bibi dan pamanku datang seakan menjadi penyelamatku dan adikku Gea tapi kenyataannya justru mereka datang untuk membuat kehidupan kami tersiksa. Tak jarang aku sering memergoki bibiku memukul Gea saat aku pulang sekolah, dan saat itulah aku langsung menjadi penghadang yang siap menerima pukulan dari bibi.

Mari, suara nyaring pria yang menawarku tadi tiba tiba memegang pergelangan tanganku.

Kulihat tangannya putih bersih dengan sedikit bulu bulu halus di area lengannya, tapi aku tidak berani mengangjat wajahku dan menatapnya. Entah seperti apa wajah pria ini, atau bahkan pria dewasa yang sudah berumur lebih dari 50 tahun?

Ah, sial sekali hidupku. Rasanya aku ingin mengakhiri hidup ini dengan bunuh diri saja atau melompat dari atas jembatan, tapi itu terlalu menyakitkan bukan rasanya? Lagian aku tidak mungkin meninggalkan Gea hidup sendiri di tengah orang orang jahat dan kejam itu.

'Sabar ya dek, kakak akan segera datangbhuat jemput kamu. Kita akan tetep bareng bareng lagi kaya dulu, kakak akan segera bawa kanu kekuar dari rumah neraka itu'

Batin Gea.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!