5. Menebus kembali

Dirga tersenyum manis menunjukan deretan giginya yang putih dan rapi, namun dalam hati Dirga sebenarnya jengkel dengan kedua orang ini.

"Apakah mereka tadi adalah putri anda, bu?" tanya Dirga basa basi, meski ia tahu jika merek bibi dan pamannya.

Yura langsung menoleh menatap suaminya, begitupun Soni juga langsung menatap Yura lalu mereka tsrsenyum licik.

"Iya Tuan, tentu sana mereka adalah putriku." jawab Yura dengan senyum palsunya.

Dirga menarik bibirnya, terlihat sekilas dua dekik di pipi kanan juga kirinya.

"Tapi saya menemukan putri anda di dalam club bu, bahkan saya membelinya dengan tawaran yang lumayan tinggi. Tak tanggung tanggung saya membeli putri anda dengan harga tiga ratus juta rupiah, tapi sayangnya dia kabur dari saya. Maka dari itu saya datang kemari untuk menjemputnya, dan membawanya pulang bersama." jelas Dirga apa adanya.

Namun di balik penjelasannya, Dirga tau jika mereka akan memanfaatkan dirinya untuk menebus kembali agar bisa mendapatkan uang.

'Tapi tak apa, itu hanya uang. Rasa kasianku terhadapnya mengalahkan rasa penasaranku, jadi lebih baik aku mengambil keputusan ini.'

Batin Dirga.

Pov Yura,

Sepertinya pria yang datang kemari ini adalah pria yang kaya raya, terlihat jelas dari pakaiannya. Lalu ia juga baru saja mengatakan bahwa sudah membeli Lea dari mami mucikari, ada manfaatnya juga Lea kabur dan kembali kesini karena itu artinya aku bisa meminta tebusan lagi agar bisa mendapat uang.

"Bu? Mengapa anda diam?" tanya Dirga membuat lamunan Yura buyar.

Yura yang tersadar dari lamunannyapun segera bangkit dari duduknya, lalu menyentil bahu suaminya untuk memberi kode agar ikut kebelakang dengannya.

"Tunggulah di sini Tuan, aku akan membuatkanmu kopi." ucap Yura lalu berlalu ke belakang.

Di ruang tamu, Dirga menoleh menyisir dinding tembok dengan cat yang sudah mengelupas dan ada beberapa titik jamur di beberapa bagian.

"Mas, kita harus meminta tebusan lagi kepada pria itu, sepertinya dia bukan pria sembarangan." ucap Yura pelan sembari membuat secangkir kopi.

"Iya Ra, aku juga memikirkan hal yang sama. Sayang sekali, jika uangnya yang banyak itu hanya menumpuk di dalam bank." Soni tersenyum licik.

Yura datang dengan membawa secangkir kopi.

"Silahkan di minum Tuan."

Dirga mengangguk, lalu meraih cangkir tersebut.

"Begini Tuan, jika anda mengingkan putriku. Maka anda harus menebusnya kembali padaku Tuan!" ucap Yura dengan cepat.

Dirga mengerutkan alisnya, seperti yang ia pikirkan tadi bahwa tebakannya tidak meleset sedikipun.

"Mengapa saya harus menebus kembali? Bukankah saya sudah membelinya pada mucikari club itu?" Ia menaikan satu alisnya.

Yura langsung menoleh ke arah suaminya, berharap agar Soni ikut membantu memberi jawaban pada pria yang ada di hadapannya.

"Tentu Tuan harus menebus kembali pada kami, karena kami tidak menerima uang dari Tuan sama sekali bukan?" tegas Soni.

"Huuuuffftt . . . "

Dirga menarik nafas, lalu meletakan cangkirnya kembali ke atas meja.

"Baiklah jika itu mau anda, berapa saya harus membayar putri anda itu?"

"Dua ratus juta saja!" sahut Yura cepat.

Soni yang mendengar ucapanya istrinya langsung membelalakan matanya lebar lebar, karena baginya dua ratus juta bukan uang yang sedikit.

"Tapi ada syaratnya bu?" ucap Dirga sengaja menggantung ucapannya.

Yura tersenyum penuh kemenangan, tidak sia sia ia membawa Lea kepada mucikari itu.

"Apakah persyaratanmu Tuan?" timpal Soni.

"Saya ingin anda menikahkan saya dengan putri anda hari ini, tapi karena hari sudah sore jadi bisa saya tunda besok pagi saja. Untuk masalah persyaratan nikah akan di urus oleh teman saya yang sebentar lagi datang ke sini, jadi ibu tidak perlu repot mengurus ini itu. Tapi ingat satu hal ya bu, pastikan putri anda tidak kabur lagi. Jika ia kabur, aku tidak segan segan melaporkan anda dan suami anda ke polisi dengan kasus penipuan!" ancam Dirga.

Yura dan Soni langsung membulatkan matanya, saat mendengar kata polisi.

"Baiklah, anda tenang saja Tuan. Akan ku pastikan dia tidak bisa kabur lagi, jika perlu akan aku kurang di dalam kamarnya." Yura tersenyum bahagia.

"Ini, dua ratus juta"

Dirga menyodorkan amplop coklat ke atas meja, dan secepat kilat Yura langsung meraih amplop itu.

"Jangan sentuh dia sama sekali, sata tidak ingin anda menyiksanya. Bahkan, jangan membiarkan memar merah ada pada tubuh putrimu!" Dirga memberi peringatan agar bibi dan pamannya tak bisa memukul gadis itu kembali.

Yura mengangguk paham.

"Baiklah, saya akan pergi sekarang." ucap Dirga beranjak dari duduknya.

Lalu Yura dan Soni mengikutinya dari belakang.

Ternyata pembicaraan tadi tak sengaja di dengar oleh Gea, gadis kecil ini mendengar jelas apapun yang di katakan Dirga.

'Jadi, bibi dan paman akan menjual kak Lea lagi kepada om itu? Lalu om itu akan membawa kak Lea pergi, dan aku akan kehilangan satu satunya keluarga yang aku miliki'

Batin Gea.

Ia duduk merkngkuk di lantai sembari menangis tanpa suara, kedua tangannya mendekap erat kaki miliknya.

Lea yang baru saja keluar kamar untuk mencari adiknyapun terkejut saat melihat Gea menangis, Leapun menghampiri sang adik dan memeluknya.

"Kenapa nangis, sayang? Apa bibi baru saja memarahimu?" tanya Lea.

Gea menatap wajah kakaknya, lalu menggeleng pelan namun air matanya semakin mengalir deras.

'Rasanya tidak sanggup jika aku harus berpisah denganmu kak, tapi aku bisa apa? aku hanya anak kecil yang ringkih karena asmaku, apa aku bisa membawamu keluar dari rumah neraka iki? Ataukah aku harus menebalkan hati dan siap menerima kehilanganmu?'

Batin Gea terus bertanya tanya dalam dekapan sang kakak, namun tak lama bibinya masuk ke dalam rumah dan menemukan mereka bersama berpelukan di lantai.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Cepat masuk ke dalam kamar kalian! Dan untuk kamu Lea, jangan sekali kali mencoba untuk kabur dari rumah ini jika kamu tidak ingin aku siksa. Paham?" ucap Yura dengan nada tinggi.

Lea hanya mengangguk paham, lalu menggandeng adiknya untuk masuknke dalam kamar.

"Dari mana saja kamu, hari ini tidak ada di kantor?"

Baru saja Dirga menaiki dua anak tangga, ia sudah mendengar pertanyaan itu dari sang mama.

"Aku sibuk seharian, aku masuk kamar dulu" ucapnya dengan nada datar.

"Hah! Lihatlah anak itu, dia sudah mulai membangkang!" ucap Vina pada suaminya.

Sementara Vano yang berada di meja makanpun langsung menyusul kakaknya naik.

Ceklek! Vano membuka kamar Dirga.

Ia segera berbaring di atas kasur milik sang kakak, sedangkan Dirga duduk di sofa memainkan gitarnya.

"Kak?" ucap Vano pelan.

"Hem?" sahut Dirga.

"Apa tadi kakak putar balik buat ngikutin Gea dan kakaknya?" Vano membenarkan posisinya menjadi tengkurap.

Dirga yang mendengar pertanyaan dari adiknyapun langsung berhenti menyentuh senar gitarnya.

"Enggak" balasnya.

"Masa?" tanya Vano tak percaya.

"Lo nanya apa ngasih tau!" ketus Dirga.

"Yee, orang di tanya doang ketus banget. Pantes aje lu tua kagak nikah nikah, mana ada yang mau ama muka tembok kaya elu!" ledek Vano.

"Pergi dari kamar gue, atau lo mau gue tendang?" ucap Dirga sembari melempar bantal sofa.

"Eiittss, iya iya. Nih gue pergi nih!" sahut Vano lalu keluar kamar.

Dirgapun beranjak dari duduknya, lalu ia berbaring di atas kasur empuknya itu.

"Semoga keputusan yang gua ambil udah tepat." gumannya pelan, lalu memejamkan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!