12. Hanya pembantu

Pagi ini, Dirga telah selesai mandi dan mengganti pakaiannya mengenakan jas berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja berwarna marun. Tak lupa juga dasi berwarna biru dongker dengan corak polkadot bertengger rapi di leher kemejanya, rambut klimis yang tertata rapipun membuat penampilannya nyaris terlihat sempurna.

"Tampan." puji Dirga pada dirinya sendiri setelah membenarkan rambutnya di depan meja rias.

Lea yang mengamati tingkah suaminya itu hanya tersenyum, entahlah pria dingin itu membuat hati Lea melunak saat melihat senyumnya.

"Ayo kita turun buat sarapan dulu." ucap Dirga berbalik arah menghadap Lea yang sedang duduk di sebuah sofa berwarna abu abu.

"Sama aku juga, mas?" tanya Lea sedikit takut.

Pasalnya selama ini sang mama mertuanya selalu menolak mentah mentah jika makan semeja dengan dirinya, tidak hanya dengan raut wajah sinis yang mama mertuanya tunjukan. Tapi juga dengan ucapan ucapan pedas yang selalu ia lontarkan kepada Lea, tak perduli dengan sakit hati menantunya itu.

"Iya, kenapa emang? Kamu takut sama mama?" tanya Dirga seakan mengerti mimik wajah resah istri kecilnya.

Lea mengangguk pelan, lalu menunduk.

"Heii, denger ya." ucap Dirga mengangkat dagu Lea.

"Mama gak akan berani sakitin kamu kok, jangan denger omongan mama yang buat kamu sakit. Tetep makan di meja makan, dan kamu gak perlu pergi dari meja makan saat mama ngusir kamu karena kamu itu istri aku juga termasuk dalam bagian keluarga ini. Faham?" ucap Dirga menenangkan istrinya.

Lea mengangguk, lalu Dirga meraih tangannya untuk keluar kamar.

Vina tidak berkomentar sama sekali saat putra pertamanya itu membawa istrinya untuk makan bersama semeja dengannya, tapi wajah tidak sukanya tak bisa ia sembunyikan yang membuat Lea tak berani menatap mama mertuanya.

"Udah selesai makan kan lu no?" tanya Dirga pada adiknya, Vano.

Vanopun mengangguk setelah meletakan gelas yang berisi susu.

"Ya udah, aku berangkat dulu ya mah, pah." ucap Dirga beranjak dari duduknya, lalu mencium punggung tangan Vina dan Bima.

"Aku anter sampai depan ya mas." ucap Lea yang ikut serta beranjak dari duduknya bersamaan dengan adik iparnya.

Dirga mengangguk.

"Hati hati di jalan ya mas." ucap Lea setelah mencium punggung tangan suaminya itu.

Dirga hanya mengangguk, lalu melangkahkan kakinya menuju mobil.

"Yeee, kagak ada romantis romantisnya banget sih lu bang! Cium dulu kek sambil bilang ailovyu sayang." celetuk Vano cengengesan.

"Bisa diem nggak! Mau berangkat sekolah jalan kaki?" ketus Dirga.

Memang kakak beradik ini jika bersama tak pernah akur, selalu ada saja tingkah jahil Vano yang membuat Dirga kesal.

"Heh! Mau ngapain kamu?" ucap Vina keras pada Lea saat menantunya ingin duduk kembali pada kursi meja makan yang ia duduki tadi.

"Maa mau nyelesain makan mah." ucap Lea gugup.

Kini hatinya merasa cemas dan takut, jantungnya berdetak begitu kencang. Takut jika Vina akan menyiksanya seperti yang Yura biasa lakukan padanya dulu.

"Enak aja mau lanjut makan! Cepet beresin semua ini dan cuci piring piring kotor ini." ucap Vina.

"Mah! Mama ini apa apaan sih ma, di rumah ini kan ada bibi. Kenapa mama harus nyuruh Lea, dia itu kan menantu mama." ucap Bima membela menantunya.

"Suka suka mama dong pah, papa ngapain ngebela gadis miskin ini. Kalo papa udah selesai makan kan tinggal berangkat ke kantor, gitu aja repot." ucap Vina pada suaminya.

Bima hanya menggelengkan kepala pelan saat melihat tingkah istrinya.

Sebenarnya Bima awalnya memang tidak setuju dengan keputusan anaknya, tapi bagaimanapun semua sudah terjadi. Dan anaknya sendirilah yang telah memilih Lea untuk menjadi pendamping hidupnya, itu sebabnya Bima menerima keputusan putranya karena ia yakin jika putranya tau mana yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Siang ini, di rumah Vina sedang mengadakan acara arisan bersama teman temannya.

Ia sengaja menyuruh Lea untuk memasak berbagai macam makanan untuk hidangan teman temannya, tak lupa menyuruh menantunya itu membersihkan pekerjaan rumah seperti pembantu.

"Yang itu tadi siapa, Jeng?" tanya salah satu teman Vina.

Vina diam sejenak, memikirkan jawaban apa yang akan ia lontarkan. Ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kepada teman temannya, tentu ia malu jika putranya menikah dengan gadis miskin seperti Lea.

"Istrinya Dirga ya, Jeng?" sahut salah seorang temannya.

"Eh, bukan Jeng. Mana mungkin anak saya nikah sama gadis kampung seperti dia, itu hanya pembantu baru di rumah ini Jeng." ucap Vina penuh dusta.

Prang, pyar!

Suara nampan dan piring yang berisi irisan bolu yang di bawa Leapun jatuh ke lantai.

Sontak mata Vina dan teman temannya menoleh menatap Lea yang sedang membungkuk gugup memunguti serpihan piring yang pecah.

"Maa maaf nyonya, maaf. Saya tidak sengaja." ucap Lea terbata bata, sebenarnya ia mendengar ucapan mama mertuanya tadi yang membuatnya kaget dan sakit hati mendengar akan hal itu.

"Gimana sih kamu ini, ya udah cepetan beresin. Maaf ya Jeng, biasa pembantu baru masih belum handal." ucap Vina tersenyum pada teman temannya.

"Sini mbak Lea, biar bibi bantu." ucap bi Siti pelan, lalu membantu Lea membersihkan pecahan piring.

"Makasih ya bi." ucap Lea lirih.

Di dapur, bi Siti mengelus punggung Lea lembut. Ia begitu kasian pada gadis malang ini, perlakuan majikannya itu sangat jelas tidak suka pada Lea.

"Yang sabar ya mbak Lea, jangan di ambil hati omongan nyonya." ucap bi Siti.

"Iya bi, aku gapapa kok. Bibi lanjut masak aja, biar Lea yang nyuci piring piring ini." ucap Lea tersenyum.

"Jangan mbak, mbak Lea duduk aja. Bibi kasian dari tadi mbak Lea di suruh suruh nyonya terus nggak ada istirahatnya, kalo mas Dirga tau pasti marah besar." ucap bi Siti lagi.

"Enggak bi, aku gapapa kok. Aku juga gak akan bilang sama mas Dirga, jadi bibi tenang aja ya." senyum Lea lagi.

Ceklek!

Suara pintu kamar terbuka, namun Dirga tak menemukan istri kecilnya itu di dalam kamar. Hanya terdengar suara air gemericik dari arah kamar mandi, tidak salah lagi jika Lea sedang mandi di dalam.

Setelah berganti pakaian, Dirga hanya duduk santai sembari jemarinya berselancar pada ponselnya.

Ceklek!

Suara pintu kamar mandi terbuka.

Lea keluar kamar mandi mengenakan selembar handuk putih yang melilit pada tubuhnya, sehingga bisa terlihat jelas tubuh dan area paha Lea yang putih mulus itu.

Dirga yang melihat gadis cantik yang kini telah berstatus istrinya itu langsung terpesona melihat tubuh molek Lea, karena memang beberapa hari menjadi suaminya Dirga tak pernah sekalipun menyentuh Lea.

Saat Lea selesai memilih baju, ia begitu kaget melihat Dirga sudah ada di dalam kamarnya.

"Aaaaawwwww . . ." teriak Lea spontan.

Dengan sigap, Dirga langsung berdiri dan menutup mulut Lea. Ia langsung menggiring tubuh istri kecilnya itu ke arah ranjang, lalu mendorong pelan istrinya agar terjatuh di atas springbed miliknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!