14. Sadar Diri

Di dalam mobil, Dirga fokus menyetir. Sedangkan Lea hanya diam menatap ke arah jendela, melihat kendaraan lain berlalu lalang. Sedangkan Vano masih sibuk bernyanyi sepanjang jalan, seperti biasa suasana hati Vano selalu gembira di setiap pagi hari karena bersekolah sama saja bertemu dengan gadis pujaan hatinya.

"Kak, lu ngapain sih mau pindah dari rumah mama segala?" celetuk Vano tiba tiba.

Lea yang mendengar pertanyaan dari adik iparnyapun langsung menoleh dan ingin ikut menyimak, pasalnya ia juga penasaran dengan alasan suaminya itu namun tak memiliki keberanian untuk bertanya.

"Ngapain lu kakak Gea natap gue kaya gitu?" ucap Vano menyipitkan matanya saat melihat Lea menoleh ke arahnya.

"Dia punya nama." ketus Dirga.

"Lah, kan sama aja orang emang dia kakak eneng Gea pujaan hati." jawab Vano asal.

Lea lalu kembali mengarahkan pandangannya menatap kaca jendela.

"Jawab dong, orang lagi tanya malah dicuekin." ucap Vano lagi.

"Lu bisa diem nggak?" ucap Dirga dingin.

"Dih, dasar orang orang aneh. Yang satu pendiem kaya orang sakit, yang satu tukang nyolot kalo di ajak ngomong. Cocok banget dah nikah, sama sama aneh." timpal Vano kesal karena tak mendapat jawaban dari sang kakak.

Ciiitt . . .

Suara rem mobil Dirga berdecit.

"Turun!" ucap Dirga dingin.

"Iye iye bos, santai dong." ucap Vano.

Saat Vano hendak turun dari mobil, Lea melihat adiknya dari kejauhan tampak di sepion mobil Dirga. Ia memperhatikan Gea yang sedang berjalan dengan menggendong ransel berwarna coklat di punggung adiknya, senyum Lea merekah saat sudah memastikan jika yang ia lihat itu benar adiknya.

"Eh, mas. Aku mau turun bentar buat nemuin Gea, boleh gak?" tanya Lea menatap Dirga.

Tanya basa basi, Dirga mengangguk. Vanopun langsung membuka pintu mobil dan melihat ke arah belakang, ternyata memang ada Gea yang sedang berjalan.

"Ah, makasih ya mas." ucap Lea senang, reflek kedua tangan Lea memeluk tubuh suaminya dari samping.

"Ehhem!" Dirga yang grogi karena ulah istrinyapun langsung berdehem.

"Eh, maaf maaf mas. Aku gak sengaja, aku keluat dulu ya." ucap Lea menarik tangannya dengan grogi dan langsung membuka pintu mobil.

"Huuuufft . . . Bisa on nih adek gue, gimanapun juga gue kan laki laki normal." guman Dirga melepas kacamatanya.

"Eneng Geaaaaa." teriak Vano merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Gea.

Saat bersamaan, Lea juga memanggil sang adik.

"Geaaa." teriak Lea sembari melambaikan tangan pada adiknya, Gea.

Dari arah jauh, Gea berlari kecil karena melihat sang kakak. Lalu melewati Vano yang sudah membuka kedua tangannya lebar lebar bersiap memeluknya, namun justru sang gadis pujaan hati hanya melewati tanpa mrnoleh ke arahnya.

"Aaa, atit ati abang Vano neng Gea!" kesal Vano.

Dirga yang melihat tingkah adiknya hanya menggelengkan kepala saja.

Mobil Dirga berhenti tepat di depan pintu kantornya.

"Mas, kita mau kemana?" tanya Lea penasaran.

"Udah kamu turun aja." ucap Dirga.

Lea hanya mengangguk, Dirgapun keluar lalu membuka pintu mobil untuk Lea dan menggandeng tangan istrinya itu. Kemudian memberikan kunci mobilnya pada salah satu satpam yang berjaga di depan pintu kantor untuk memarkirkan mobilnya, semua mata karyawan tertuju pada Lea dan Dirga.

"Ayo." ucap Dirga pada Lea, kemudian Leapun menganggukan kepala lalu ikut berjalan di samping kiri suaminya.

"Selamat pagi pak." sapa salah satu satpam di depan pintu masuk.

Dirga mengangguk tanpa ekspresi.

"Siapa sih tuh yang di gandeng sama pak Dirga?" tanya salah satu karyawan pada satpam yang berjaga di depan pintu.

"Ya mana saya tau mbak, tugas saya di sini itu cuman memastikan keamanan tetap terjaga tanpa adanya kerusuhan. Bukan ngepoin urusan orang." jawab pak satpam.

"Ye, apaan sih pak lebay banget. Bapak tu juga harus tau siapa aja yang masuk ke kantor ini, kalo dia orang jahat gimana." celetuk salah satu karyawan lain.

"Lah, itu kan tugasnya satpam yang di depan mbak nanyain identitas. Lagian pak Dirga masih waras, ndak mungkin to orang jagat dia bawa bawa ke kantor. Mana ada juga orang jahat yang cantik spek bidadari kaya gitu." jawab satpam sembari menyengir kuda.

"Ish, apaan sih pak nyengir nyengir gitu? Mau nunjukin itu jigong?" ucap karyawan yang kepo tadi lalu berlalu masuk mengajak temennya.

"Dasar wanita wanita yang suka bergosip ria, ndak perduli itu bos apa bukan tetep aja di gosipin." celetuknya, lalu menggelengkan kepala.

Dirga menggandeng tangan Lea menuju ke ruangannya, ia sengaja mengajak Lea untuk ikut ke kantor karena takut jika sang mama akan melakukan sesuatu yang tidak ia harapkan.

"Hari ini aku ada meeting, kamu tunggu di sini dulu ya? Jangan keluar kemana mana." ucap Dirga setelah menerima telfon dari sekertarisnya yang bernama Sinta.

Sedangkan Lea hanya mengangguk patuh.

Ia mulai menyadari, jika Dirga adalah laki laki yang baik dan juga perduli padanya. Terlihat dari sikapnya yang sigap membelanya saat sang mama mertua berbicara menghina maupun mencacinya, Dirgalah satu satunya orang pertama di kandang macan itu yang selalu menjadi tameng.

Tok tok tok, suara pintu ruangan Dirga terketuk dari luar.

Lea segera menuju ke arah pintu, lalu membukanya.

Di ambang pintu, terlihat wanita cantik mengenakan blouse berwarna putih dengan rok span hitam di atas lutut. Matanya menatap Lea dari atas sampai bawah dengan tatapan sinis tak suka, lalu masuk ke dalam tanpa di persilahkan.

"Maaf mbak, cari pak Dirga ya?" tanya Lea sopan.

"Enggak!" jawab wanita itu dengan senyum sinis, lalu duduk di kursi Dirga.

Mendengar jawaban itu, Lea menyipitkan matanya heran.

"Aku udah tau kalo pak Dirga lagi meeting, aku ke sini cuman pengen mastiin siapa kamu?" tanya wanita tersebut.

"Saya, mbak?" tanya Lea menunjuk dadanya sendiri.

"Emang di sini ada orang selain kamu?"

"Maaf mbak, saya istrinya mas Dirga." jawab Lea polos.

"Ahhahahaha, jadi bener gosip karyawan karyawan lain di bawah? Apa level Dirga serendah ini?" ucap wanita itu dengan nada mengejek, tangannya menyentil rambut Lea.

Lea hanya diam saja, hatinya nyeri saat wanita yang ada di hadapannya itu merendahkannya. Tapi ja juga sadar diri, bahwa Dirga menikahinya juga karena kasihan saat bibi dan pamannya tega menjual dirinya pada mami mucikari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!