3. Lolos

"Ck!! Berhentilah menangis, aku tidak akan memakanmu!" kesal Dirga, karena sedari tadi gadis yang duduk di jok sebalahnya ini terus saja terisak.

Ia tidak bisa tahan jika melihat wanita menangis, rasanya seperti pengecut jika ia menbuat wanita meneteskan air mata karena ulahnya. Seperti itulah yang ia lakukan pada mamanya, selalu menuruti perintah sang mama meskipun dengan hati terpaksa.

"Nih, pakai!" Dirga mengulurkan sebuah jas berwarna hitam agar bisa menutupi tubuh mungil gadis ini, Leapun dengan senang hati menerima jas tersebut karena ia sendiri tidak nyaman dengan pakaian yang sekarang ia kenakan.

"Siapa namamu?" tanya Dirga yang masih saja tak menoleh, ia fokus menyetir di dalam deretan macetnya Ibu Kota.

Lea masih saja diam membisu, tak sedikitpun kata yang ia ucapkan sedari tadi.

"Apa selain bisamu menangis, kau juga gadis bisu yang tidak bisa berbicara?" ketus Dirga menoleh menatap Lea.

Pov Dirga,

Entah angin dari mana yang tiba tiba membawa keberanianku untuk menawar gadis ini, dia memang gadis cantik, tapi bukan itu yang membawaku hanyut untuk membelinya. Setiap ku tatap jawahnya, gadis ini tak pernah mau menatapku kembali. Gadis yang tampak polos dan lugu ini sepertinya sengaja di jual, bukan ia sendiri yang ingin menjual tubuhnya. Terlihat jelas saat ia berada di atas panggung, saat semua orang bergembira dengan dunia mereka di lingkup keramaian namun gadis ini saja yang yerus menangis sesenggukan.

Tapi siapa yang tega menjualnya? Apakah orang tuanya setega itu padanya?

Ah, aku rasa tidak perlu berlebihan mengusik kehidupan gadis kecil ini.

Toh aku membelinya selain karena kasian juga karena untuk menikahinya, agar mama dan papa tak menggangguku lagi dan memaksa menikahkanku dengan salah satu putri seorang teman mama yang bernama tante Melinda.

"Apa kau benar benar bisu dan tuli?" sindir Dirga, lagi.

Pov Lea,

Bisa bisanya pria gila ini menyebutku bisu dan tuli, apa telinganya tidak mendengar isak tangisku?

Dasar pria tua gila! Pria hidung belang yang suka gonta ganti wanita setiap harinya, pasti ia akan memaksaku untuk melayaninya.

Tidak, Tidak!! Itu tidak akan terjadi, aku harus bisa berfikir cepat agar bisa kabur dari pria tua bangka ini.

Sungguh . . Selain sifatnya yang buruk, ia juga sangat sangat menyebalkan!

'Ah, aku ada ide! Sepertinya aku harus berpura pura kehausan agar dia turun membelikanku minum, lalu aku akan pergi saat dia masuk ke dalam sebuah mini market. Aku pandai, bukan?'

Batin Lea,

Ia masih menunduk, namun tersenyum tipis saat memikirkan ide gila tersebut.

"Aku haus!" ucap Lea pelan, namun masih dengan posisi yang sama.

"Apa? Aku tidak dengar?" ejek Dirga kencang.

"Aku haus paman, tolong aku. Aku bisa mati kehausan jika kau membiarkanku begini dan tak memberiku minum." ucap Lea cepat.

Dirga yang mendengarpun langsung membuka matanya lebar lebar, secepat kilat kepalanyapun langsung menoleh menatap Lea.

"Kamu udah gila ya? Enggak bisu dan tuli sih, tapi sepertinya otakmu sudah tidak ada. Pantas saja kau di jual!" ucap Dirga kesal.

Lea yang mendengar ucapan Dirgapun langsung mengepalkan tangannya, ia benar benar kesal dengan pria itu tapi hanya bisa menahannya saja.

Pov Lea,

'Tenang Lea, tenang. Sebentar lagi kamu akan bebas dari pria tua bangka yang gak punya hati ini, tetap menunduk dan fokus pada tujuan kaburmu Lea'

Aku hanya bisa membatin saja, ingin sekali aku mengumpat dengan lantang di hadapannya tapi aku tidak ingin dia menemukanku lagi saat aku kabur.

Ciiiiiittt!

Suara rem berdecit,

Pria ini benar benar sudah gila, jika tidak bisa menyetir mengapa membeli mobil!

"Mau minum apa?"

Tiba tiba dia bertanya padaku sesudah menghentikan mobilnya mendadak.

"Terserah" jawabku singkat, sudah tak ingin berbasa basi lagi rasanya.

"Minuman dingin?" tanyaya lagi.

Aku hanya menganggukan kepala.

Lalu ia langsung membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk ke arah pintu mini market, aku langsung menatap ke arahnya.

Aku tidak bisa melihat wajahnya, hanya punggungnya saja yang terlihat.

Seorang pria yang tingginya ku perkirakan 182 cm, tapi entahlah aku tidak tahu pasti.

Cepat cepat aku membuka pintu mobil ini, lalu keluar dan berlari sebisaku. Aku tidak ingin di tangkap lagi oleh pria itu, apa lagi jika ia akan membuatku menjadi istri kedua atau bahkan istri ke tiganya.

Masa depanku masih panjang, bukan?

Aku masih bisa membawa adikku kabur dari rumah bini Yura, lalu aku akan mencari pekerjaan apa saja yang penting halal.

"Berapa mbak?" tanya Dirga sembari membuka dompetnya.

"Total semuanya empat puluh dua ribu tujuh ratus kak, bayar cash atau debit?" tanya kasir ramah.

"Cash aja mbak." jawab Dirga singkat.

Tak butuh waktu lama bagi Lea untuk kabur dari Dirga, ia berlari dengan menenteng sepasang high heels ditangan kanannya.

Lea tidak pernah memakai heels sebelumnya, jadi wajar saja jika ia kesulitan berjalan apalagi di situasi darurat seperti ini tentu ia akan lebih memilih berlari tanpa menggunakan alas kaki.

Clic! Suara pintu mobil terbuka.

"Nih!" tangan Dirga menyodorkan kantung plastik ke arah samping, namun tidak ada tangan yang menerimanya.

"Eh, kamu mau mat" belum selesai berbicara, Dirga terperangah saat menoleh namun gadis yang ia beli dari club tadi sudah tidak ada di di dalam mobil.

"Ck! Benar benar gadis tak tahu terima kasih, jelas jelas akunsudah berbaik hati menolongnya malah ini balasan yang aku dapatkan. Sial!!" umpat Dirga kesal.

Ia segera merogoh sakunya, mengambil benda pipih berbentuk persegi itu lalu jemarinya berseluncur membuka sebuah aplikasi berlogo hijau.

"Hallo, gue lagi butuh bantuan elo Dit. Cepet!"

Tut! Suara panggilan telepon di matikan.

Belum sempat mendengar jawaban dari Radit, tapi ia sudah memutuskan sambungan telponnya.

Di jalan, Lea bertemu dengan Gea yang baru saja pulang dari sekolah.

"Geaaaa . . . " Teriak Lea sembari melambaikan tangannya pada sang adik.

Gea menoleh saat mendengar suara sang kakak.

"Kakak? Kok kakak bisa ada di sini? Terus ngapain kakak pake baju begini?" tanya Gea heran.

"Ceritanya panjang dek, kita harus cepet cepet pergi dari rumah bibi dan paman. Kakak gak pengen terjadi apa apa sama kamu, denger kan sayang?" Lea pipi adiknya lembut.

Gea hanya mengangguk paham, ia tahu jika kakaknya selalu berusaha yang terbaik untuk dirinya.

Di sisi lain, Dirga juga menjemput Vano ke sekolahnya.

"Cepet masuk!" ketus Dirga.

"Dih, udah jemput telat. Kagak ada minta maaf, ketus lagi!" celetuk Vano.

Di sepanjang perjalanan Vano banyak bertanya pada sang kakak, namun Dirga tak menjawab apapun sesekali mengangguk saja agar adiknya tak banyak bicara.

"Eh tunggu kak, tolong pelan! Di depan ada wanita pujaan hatiku" ucap Vano sembari menepuk lengan sang kakak.

"Hallo Gea cayang, mau bareng sama A'a Vano nggak? Sini A'a anter pulang" teriak Vano dari dalam mobil.

"Enggak, nggak usah!" jawab Gea.

"Dih, ketus amat sih neng?" goda Vano.

Pov Dirga,

Itu kan gadis yang aku beli tadi, kebetulan sekali aku bertemu lagi di sini tanpa susah susah harus mencari di seluruh plosok negeri ini.

Tanpa berkata apapun, ku lajukan mobil. Alih alih ingin tahu soal wanita itu, aku harus berbasa basi pada tuyul satu ini agar aku bisa mendapat info akurat.

"Eh, kok jalan sih kak!" tanya Vano tak terima perbincangannya dengan gadis kecil itu harus usai.

"Siapa dia?" tanyaku cepat.

"Primadona sekolahan gue, wanita idaman yang belum juga guenraih hatinya." jawab Vano santai.

"Kalo yang gede tadi?" tanyaku lagi.

Vano nengerutkan alisnya, bocah ini tampak berfikir sejenak.

"Mungkin kakaknya, Gea sering di antar sama kakak itu waktu dulu kakak itu masih sekolah SMA." jawab Vano polos.

Terpopuler

Comments

Syakila Noura

Syakila Noura

terlalu sering POV bosan sedikit2 Pov

2023-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!