15. Hutang paman Lea

"Bingung ya mau jawab apa? Kenalin, gue Tiara. Anak dari temennya tante Vina, dan sebenernya tante Vina sama om Bima itu udah sepakat buat jodohin gue sama Dirga. Tapi gara gara wanita sampah kaya elo, perjodohan gue sama Dirga jadi batal." ucap wanita itu dengan angkuhnya.

Mendengar ucapan Tiara, Lea bener benar terkejut. Ternyata ini alasan Dirga menebus dengan harga fantastis lalu menikahinya, memang Dirga bukan laki laki jahat namun ia telah melihatkan dirinya dalam keadaan rumit ini. Tapi bagaimanapun, pernikahan tetaplah pernikahan yang sakral.

'Mungkin saat ini memang mas Dirga belum mencintaiku, tapi aku berharap suatu saat nanti sabarku bisa mengambil hatinya dan membuat mas Dirga bener benar mencintaiku.' batin Lea.

Brak!

"Heh gaadis kampung! Gue ngajak ngobrol lo, jangan diem aja. Lo bisu atau lo tuli?" ucap Tiara dengan nada tinggi sembari menggebrak meja.

Suara gebrakan meja membuat Lea tersadar dari lamunannya.

"Ma maaf mbak, saya nggak tau soal urusan mbak sama mas Dirga." ucap Lea tak ingin memperpanjang masalah dengan wanita yang ada di hadapannya ini.

"Ya itu urusan lo, karena lo udah ikut campur masuk di kehidupan Dirga dan ngerusak rencana perjodohan antara gue dan Dirga. Dan asal lo tau, Dirga gak akan bisa cinta sama gadis kampung kaya lo. Lo fikir dong pakek otak! Dirga itu lulusan luar negeri, pinter, ganteng, kaya, dari keluarga, jelas asal usul bibit bebet bobotnya. Gak kaya lo! Entah Dirga bisa mungut lo dari mana, gue juga heran." ucap Tiara yang menjadi jadi.

Ceklek!

Suara pintu ruangan Dirga terbuka tanpa di ketuk terlebih dahulu.

"Raa dit?" ucap Tiara saat menoleh ke arah pintu.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Radit.

"Gue cuma mau kasih tau aja biar si kumal ini tahu diri, kalo dia sampai kapanpun gak akan pantes buat Dirga." ucap Tiara tersenyum sinis.

"Heh, jaga ya ucapan lo. Pantesan aja Dirga engga mau di jodohin sama lo, orang lo pendidikan tinggi tapi gak punya attitude." timpal Radit mengejek.

"Eh, jaga ya omongan lo! Kalo gue udah berhasil ngrebut Dirga dari gadis kampung ini, elo orang pertama yang akan gue singkirin dari kantor ini." ucap Tiara mulai tersulut emosi.

"Oh, ya? Ha ha ha, nggak salah denger gue?" ledek Radit lagi.

Lea yang mendengar perdebatan Radit dan Tiara hanya diam saja, pasalnya Lea sendiri tidak tau siapa Radit.

Dulu memang Raditlah yang membantu acara pernikahan dirinya dan Dirga, namun Lea tidak pernah mengangkat kepala sama sekali karena takut. Jadi wajar saja ia merasa asing dengan wajah Radit, yang sebenarnya adalah tangan kanan sekaligus sahabat Dirga.

"Udahlah gue pulang aja, males banget gue harus ngomong sama orang orang gak penting kaya lo berdua." ucap Tiara berdiri lalu melangkahkan kakinya.

"Eh nenek lampir, tunggu!" teriak Radit tiba tiba.

"Apaan lo panggil panggil gue nenek lampir, jaga ya mulut lo!" ucap Tiara kesal memutar tubuhnya menghadap Radit.

"Tas lo ketinggalan nih, mau gue buang aja?" ucap Radit menunjuk tas yang ada di atas meja.

Tok Tok Tok!

Suara pintu rumah Yura terketuk.

Ceklek!

Belum sempat pintu terbuka semua, dua orang pria bertubuh kekar dan berotot serta penuh tato itu mendorong pintu kuat yang membuat Yura melangkahkan kakinya mundur.

"Ada apa bang? Kalian siapa?" tanya Yura ketakutan, karena tampangnya sama seperti preman.

"Eh Yura, mana suami lo?" tanya salah satu laki laki bertubuh gagah itu.

"Lagi nggak ada di rumah bang, a ada apa bang?" tanya Yura dengan gagap.

"Gue mau nyari laki lo karena dia udah bawa duit juragan Dadang seratus juta!" ucap pria itu dengan keras.

"Hah, seratus juta? Buat apa mas Soni dapet duit segitu banyaknya gak kasih tau aku" guman Yura pelan, namun masih dapat di dengar.

Pasalnya, ia benar benar tidak tau akan hal itu, memang ia dulu sempat berencana ingin menjodohkan keponakannya Lea dengan juragan Dadang agar ia bisa menjadi orang kaya tapi dirinya tidak tau jika suaminya telah menerima uang sebanyak itu.

"Heh! Jangan bengong aja lo!" bentak salah satu pria berkumis tebal.

"Ma maaf bang, saya bener bener nggak tau apa apa. Nanti kalo suami saya sudah pulang, pasti saya sampein." ucap Yura ketakutan.

"Awas aja lo kalo bohong! Gue kasih waktu lo 1x24 jam, kalo besok jam segini uangnya belom ada, lo harus angkat kaki dari rumah ini." teriaknya.

"I.. Iya bang, iya." jawab Yura lagi.

Brak!

Pria itu pergi sembari menendang kursi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!