"Heeemmm . . . " guman Dirga sembari mengangguk anggukan kepalanya, tak lupa telunjuk kanannya mengetuk ketuk setir.
"Ngapain kakak nanya nanya soal kakaknya Gea? Jangan bilang kalo lu suka sama kakaknya Gea ya kak?" Vano mengerutkan dahinya, kedua alisnyapun hampir menyatu.
Dirga menoleh menatap adiknya sebentar, lalu kembali fokus menatap jalan yang ada di depan.
"Lu tau rumah pujaan hati lu nggak?" tanya Dirga.
"Ya tau lah, Gea itu orang tuanya udah meninggal karena kecelakaan. Dan sekarang dia di rawat sama bibi dan pamannya, kayanya juga sama kakak yang cantik itu." jelas Vano.
Ciiiiiittt, suara ban mobil Dirga berdecit saat ia mengeremnya mendadak.
Dug!
Suara benturan dahi Vano mengenai kaca pintu mobil.
"Eh, lu apa apaan sih kak. Ngebahayain orang banget!" kesal Vano.
"Sorry sorry, tadi ada kucing lewat." kilahnya.
"Untung muka gue enggak kenapa napa, bisa ancur reputasi gue kalo wajah gue rusak pasti Gea bakalan ninggalin gue!" omelnya lagi.
"Ahss! Mana mau gadis kecil cantik kaya dia mau sama lo, udah turun sana. Lo naik taksi aja, nih buat ongkos!" Dirga mengeluarkan tiga lembar uang pecahan seratus ribu rupiah, lalu membuka pintu mobilnya dan menyuruh Vano turun.
"Lah, gimana sih kak?" teriak Vano yang di tinggal sang kakak.
Pov Dirga,
Ternyata gadis itu sudah yatim piatu?
Lalu siapa yang menjualnya pada mucikari club?
Apa dia sendiri yang suka rela menawarkan tubuhnya untuk di cicipi semua lelaki?
Lalu untuk apa dia menangis sesenggukan?
Atau jangan jangan justru bibi dan pamannya yang sudah tega menjual gadis polos itu?
Pertanyaan pertanyaan ini sekarang muncul begitu saja di hatiku, rasa ingin tahuku begitu besar.
Aku akan balik arah untuk mengikuti Gea dan kakaknya, agar aku segera tau di mana tempat tinggalnya.
Mobil bmw hitam yang di kendarai Dirgapun berputar arah, melaju kencang menerabas sepada motor yang berlalu lalang namun tidak macet.
"Dek, kalo bisa kamu ambil baju baju kamu sendiri ya? biar kakak tunggu di luar." ucap Lea sembari mengelus lembut rambut sang adik.
"Kenapa kak? Apa kakak gak mau masuk ke rumah? Apa bibi dan paman habis menyiksa kakak?" tanya Gadis kecil ini penuh ingin tahu.
Lea tersenyum menatap Gea, entah bagaimana ia harus menjelaskan pada adiknya yang masih terlalu kecil untuk tahu permasalahan ini.
"Sayang, dengerin kakak. Kakak sayang banget sama Gea, kakak gak mau Gea kenapa napa. Itu sebabnya kakak jemput Gea, kita cari tempat tinggal baru. Kakak gak akan rela lihat kamu di siksa sama bibi ataupun paman, kita pergi dari sini ya dek?" Lea memeluk adiknya erat, air matanya langsung luruh begitu saja.
Rasanya tubuh kecil nan ringkih itu tak mampu untuk berdiri di atas kerikil kerikil kehidupan, dunia ini terlalu kejam untuknya dan juga adiknya.
"Iya kak, tapi kita mau tinggal di mana?" tanya Gea polos.
Lea menggeleng pelan,
"Belum tahu dek, kakak juga belum ada kerjaan. Tapi kakak pengen bawa kamu pergi dari sini, biar bibi gak ngejual kamu kaya dia ngejual kakak." Tangis Lea kini semakin menjadi jadi, ia ingat betul akan waktu beberapa saat lalu saat ini di pajang di atas panggung sebagai pameran untuk lelaki lelaki hidung belang yang ada di club tersebut.
"Jadi kakak habis di jual sama bibi?" tanya Gea yang sepontan melepas pelukan sang kakak.
Lea hanya bisa mengangguk.
Lea sebenarnya tidak ingin menceritakan adiknya, namun ia juga tidak bisa diam dengan pertanyaan pertanyaan dari sang adik. Terlebih memang bibinya juga tadi mengatakan ingin menjual Gea juga agar bisa mendapatkan banyak uang lebih banyak lagi, itulah mengapa ia mengatakan pada adiknya agar bisa lebih berhati hati.
Tanpa sepengetahuan mereka, Dirga terus memantau dua gadis yang ada di depan sana. Tak jauh dari mobilnya, mungkin hanya berjarak 10 meter saja. Jadi ia bisa melihat dengan jelas apa yang di lakukan Gea dan juga kakaknya, tetapi sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Tiba-tiba dari arah belakang, Yura menjambak rambut Lea.
"Dasar gadis tidak tahu diri, sudah di jual masih saja kembali!" teriak Yura.
"Ampun bi, ampun. Maafin Lea bi, maafin Lea. Lea janji nggak akan nyusahin bibi sam paman lagi, Lea akan bawa Gea pergi dari rumah ini." ucap Lea dengan derai air mata, tapi Yura masih tidak melepaskan tangannya pada rambut gadis malang ini.
"Sini, pulang kamu! Cepat seret dia mas!" ucap Yura memerintah suaminya.
Pov Dirga
Baru saja aku ingin keluar, tiba tiba muncul seorang perempuan dan seorang laki laki yang ku perkirakan usia mereka masih sekitar 35 tahunan. Namun yang membuatku begitu terkejut justru wanita itu menjambak rambut gadis yang telah ku beli tadi, terlihat jelas tatapan wanita itu penuh benci dan amarah pada gadis yang Vano sebut sebagai kakak Gea.
Dua orang itu menyeret kakak Gea masuk ke dalam rumah, di ikuti oleh Gea di belakangnya sembari menangis memohon agar kakaknya tidak di siksa.
Sepertinya itu adalah bibi dan pamannya, sebab Gea menangis kencang memohon dan menyebut kata bibi di setiap ucapannya.
Aku segera turun dari mobil, ku ikuti langkah mereka yang berhenti di suatu rumah. Rumah kecil dengan kawan kumuh pinggir sungai, deretan rumah rumah dengan cat yang sudah jamuran dan mengelupas.
Brak! Suara pintu di banting kuat.
"Aku akan menjualmu kembali pada mucikari lain, lumayan lah aku akan mendapatkan banyak uang lagi. Hahahaha . . . " terdengar suara tawa perempuan yang menjambak kakak Gea.
"Aku mohon bi, tolong jangan menjualku. Biarkan aku pergi dari rumah ini, aku akan membawa adikku pergi dari sini. Aku ingin mencari pekerjaan agar bisa membiayai hidup adikku bi, ku mohon." suara gadis cantik itu terdengar samar samar.
Plak!
"Berani beraninya kamu melawanku! Sudah untung aku mau merawat adikmu yang penyakitan ini dan tidak menjualnya, tapi kau masih saja tidak tahu diri." teriaknya lantang.
Bagaimana bisa gadis itu akan di jual lagi, aku sudah mengeluarkan uang untuk membelinya lalu dia akam di miliki pria lain?
Ah! tidak, tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, lihat saja akan ku sumpal uang mulut wanita biadap ini.
Tok Tok Tok!
Suara ketukan pintu itu membuyarkan amarah Yura, ia segera bergegas menuju pintu.
Ceklek! Suara pintu terbuka.
Yura mengerutkan alisnya, karena sebelumnya ia belum pernah bertemu sama sekali dengan pria tampan yang berdiri tepat di hadapannya.
"Permisi, bolehkah saya masuk?" ucap Dirga tanpa basa basi.
"Oh, iya iya. Silahkan masuk" ucap Yura dengan ramah seakan akan tidak ada apa apa yang baru saja terjadi.
Mengetahui ada tamu, Lea dan Gea segera masuk ke dalam kamar namun masih terdengar jelas suara isak dari Lea.
"Ada perlu apa ya pak?" tanya Soni bergegas duduk di ruang tamu.
Ia tahu betul jika tamunya ini adalah orang penting, terlihat dari penampilan Dirga yang mencolok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments