11. Fakta Lea dan Gea

Lea menyantap hidangan di hadapannya dengan lahap, sudah lama sekali ia tidak merasakan lembut dan gurihnya daging bebek goreng. Dulu kala ibu dan ayahnya masih ada, Lea dan Gea adalah anak kesayangan ayah ibunya. Tak jarang ibunya selalu memasakan makanan kesukaan mereka berdua, namun setelah orang tua Lea meninggal hidupnya sangat menderita karena ulah bibi dan pamannya.

Dirga terus menatap wayah Lea yang sedang lahap sengan makananya, entah mengapa hatinya merasa bersalah karena menganggap bahwa Lea adalah wanita matrek dan suka menjual tubuhnya demi uang maupun untuk kepuasan dunianya.

Lea yang menyadari Dirga tidak menggerakan sumpitpun akhirnya mendongak menatap ke arah depan, mata Dirga dan Lea kini bertemu dan saling menatap.

Deg!

Jantung Dirga tiba tiba berdetak kencang saat tatapannya tak sengaja bertemu dengan gadis kecil di hadapannya ini, begutupun dengan Lea yang langsung menundukan kepalanya.

Dirga yang grogi langsung mengarahkan sumpit ke dalam piring yang berisi kwetiau goreng, lalu segera menyuapkan pada mulutnya dengan malu.

"Apa ada yang aneh dengan saya?" tanya Lea memberanikan diri bertanya.

Kini perasaannya menjadi tidak enak pada Dirga, ia mengira bahwa Dirga akan menganggap dirinya terlalu rakus karena memakan nasi bebek dengan lahap dan juga tak tahu diri meminta pada suaminya itu agar membungkuskan nasi untuk adiknya.

"Harus berapa kali aku memintamu berhenti berbicara formal padaku? Aku adalah suamimu, bukan bosmu. Jadi berhenti berbicara denganku menggunakan kata saya, dan jangan takut dengan mamaku. Jangan melakukan apapun perintah mamaku jika dia hanya ingin membuatmu melayaninya, kamu itu menantunya bukan pembantu. Di rumahku sudah cukup banyak asisten rumah tangga, jadi kamu harus berani menolak saat aku tidak ada di rumah. Karena aku harus bekerja, tentu aku tidak bisa selalu mengawasi dan melindungi kamu dari mamaku." ucap Dirga tulus, namun ia sama sekali tak menatap Lea sembari tetap menyantap makanannya.

Mendengae ucapan Dirga, Lea mendongak menatap wayah suaminya. Ia merasakan ketulusan pada ucapan Dirga, namun ia juga belum tahu apa alasan Dirga menikahinya.

"Lalu, mengapa kamu menikahiku?" tanya Lea dengan polosnya.

"Huuuuuffftt . . . "

Dirga menghembuskan nafasnya dalam, lalu meletakan sumput di samping piringnya.

"Kamu engga perlu tau soal itu, cepat makan nasimu. Biar bisa anter makanan untuk adikmu sebelum adikmu tidur." ucap Dirga mengalihkan topik pembicaraan tak ingin menjawab pertanyaan istri kecilnya itu.

Leapun mengangguk patuh.

Selesai membayar semuanya, Dirga segera menelpon pak sopirnya untuk mengantarkan ke rumah Yura bibi Lea.

"Hallo pak, tolong antar saya ke rumah bibinya Lea ya. Jangan bilang mama, saya tunggu di samping gerbang rumah." ucap Dirga pada pak Dadang.

Tut!

Suara sambungan telepon di matikan.

Tak perlu waktu lama, pak Dadang sudah keluar dari dalam rumah mama Dirga.

"Ke rumah bibinya mbak Lea ya mas?" tanya pak Dadang sopan.

"Iya pak, agak cepet ya pak. Biar gak kemaleman, takut adeknya Lea udah tidur" ucap Dirga.

"Oh, njeh mas. Njeh, Siap!" Ucap pak Dadang sopan dengan logat jawanya.

Dirga hanya menganggukan kepala.

Lea tidak hanya membawa satu bungkus makanan, tapi Dirga memeblikan beberapa bungkus makanan agar bisa di bagi dengan bibi dan paman Lea.

Dirga takut jika Yura dan Soni akan mengambil makanan Gea dan menyiksa gadis kecil malang itu jika mereka tidak di bungkuskan juga, maka dari itu Dirga berinisiatif sendiri untuk membelikan banyak makanan.

"Ayah, ibumu kemana?" tanya Dirga tiba tiba.

Pak Dadangpun menatap Dirga dan Lea saat mendengar majikannya itu bertanya pada gadis cantik yang masih belia itu, entah mengapa pak Dadang juga merasa bawaha pernikahan mereka tidak di dasari karena cinta.

Pasalnya selama ini pak Dadangpun tau bahwa Dirga tidak pernah dekat dengan wanita manapun, ia telah bekerja menjadi sopir di keluarga ini sudah 18 tahun tepatnya pada Dirga masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Jadi beliau tau betul jika Dirga adalah pria yang tidak pernah macam macam, laki laki baik dan tidak pernah memandang rendah orang lain. Namun ia sangat dingin pada wanita, karena selama ini beliau tidak pernah mengantar Dirga untuk bertemu dengan seorang wanita.

Lea yang mendengar pertanyaan suaminyapun menoleh.

"Hem?" Lea mengerutkan dahinya, memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar dengan pertanyaan lelaki tampan yang ada di sampingnya itu.

"Orang tuamu kemana sampai kamu harus tinggal bersama dengan paman dan bibimu yang jahat itu?" tanya Dirga mengulangi lagi pertanyaannya.

Sebenarnya ia sudah tau semua tentang Lea, hanya saja ia ingin mendengar langsung penjelasan dari bibir mungil istrinya.

Lea menundukan kepala.

"Ayah ibuku sudah meninggal karena kecelakaan, karena aku hanya dua bersaudara dengan Gea akhirnya bi Yura dan paman Soni datang ke rumah kami berkata ingin merawat kami." ucap Lea dengan suara parau karena menahan tangis.

Pak Dadang yang sedari tadi mendengar pembicaraan Lea dan Dirgapun langsung menatap kaca yang ada di atas kepalanya, hatinya juga merasa iba mendengar penuturan gadis malang ini.

Dirga yang mendengar ucapan istrinya dengan suara paraupun merasa tidak, kini rasa bersalahnya semakin menjadi jadi karena telah berfikir yang tidak tidak atas kejadian awal dirinya bertemu dengan gadis ini.

"Karena itu, bibi dan pamanmu selalu menyiksamu? Karena kamu hanya keponakan dan bukan putri kandung mereka?" tanya Dirga lagi, namun kini tangannya mengelus pundak Lea agar istrinya tidak terlalu sedih.

Lea mengangguk pelan, memang seperti itu adanya. Selama ini Yura dan Soni tidak segan segan menampar, menjambak, maupun memukul Lea maupun adiknya jika mereka tak puas hati. Tak jarang Gea juga menjadi sasaran empuk kemarahan Yura saat Lea sedang sekolah, karena memang tahun tahun sebelumnya belum di laksanakan progam belajar full day yang membuat siswa Sekolah Menengah Pertama sudah pulang pada pukul 13.00.

Tak terasa mobil yang di kendarai mereka bertiga sudah sampai di gang rumah Yura, Lea segera turun dengan menenteng dua kantung plastik putih berisi beberapa makanan. Dirgapun ikut serta turun menamani istrinya dari belakang, ia tidak ingin jika Yura dan Soni tiba tiba menahan istrinya lagi.

Sedangkan pak Dadang tetap berada di dalam mobil sembari memikirkan perkataan Lea, kini beliau paham mengapa anak majikannya itu bisa takluk pada gadis belia yang bernasib malang itu.

Tok Tok Tok!

Lea mengetuk pintu rumah Yura.

Tak berselang lama pintu rumah wanita sihir itu terbuka.

Ceklek!

"Ngapain lagi kamu kesini malem malem!" Ketus Yura, ia tidak tau jika Lea datang bersama Dirga.

"Maaf bi, aku dateng kesini malem malem. Aku bawain sedikit makanan buat Gea dan bibi." ucap Lea tersenyum.

"Geaaaa, Geaaaa . . . " teriak Yura dari dalam ruang tamu tanpa keluar pintu.

"Iya bi, ada apa? Kakaaakk." teriak Gea saat mengetahui Lea sudah ada di depan pintu, ia segera berlari memeluk kakaknya.

"Dasar kalian berdua ini selalu drama! Mana makanannya?" Yura meraih kasar kantung plastik yang Lea pegang, lalu berlalu masuk ke dalam ruang makan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!