Episode 11 Mengaburkan Kesedihan

Darren termangu di depan pintu ruang tamu rumah Syanova yang terbuka lebar. Niat hati ingin menyambangi sang pujaan hati di sabtu malam, namun langkah harus terhenti karena suara pertengkaran yang sangat jelas dari dalam rumah Syanova. Karena sempat beberapa kali bertemu dengan kedua orangtua Syanova, Darren menyimpulkan kalau yang tengah bertengkar itu adalah Papa dan Mama Syanova.

"Sudah aku katakan, aku tidak akan pernah menceraikan kamu. Jika kamu berani menggugat cerai, maka aku tidak akan memberikan uang sepeser pun untuk kamu, Prita dan Syanova. Aku akan mencabut semua fasilitas yang kalian terima. " Suara Papa Martin terdengar begitu keras sampai ke luar rumah.

"Baik, aku tidak akan menuntut apapun dari kamu. Aku mampu mengurus dan membiayai kebutuhan anak-anak dengan usahaku sendiri. " Mama Talitha berbicara sambil menahan tangis yang siap pecah.

"Oh begitu.. Kamu pikir kamu akan aman setelah bercerai denganku? Aku pastikan bisnismu hancur, jika kamu berani menggugat cerai." Ancaman Papa Martin berhasil membuat air mata Mama Talitha luruh.

Mendengar pertengkaran kedua orangtua Syanova yang begitu dahsyat, Darren semakin khawatir pada keadaan Syanova. Baru saja Darren mengambil ponselnya hendak menghubungi Syanova, gadis yang dikhawatirkannya itu, keluar dengan berlinangan air mata.

"Sya.. " Ucap Darren, mengejutkan Syanova.

"Da.. Darren.. " Sorot mata Syanova yang penuh kesedihan, membuat Darren terenyuh.

"Kita keluar ya." Ajakan Darren langsung diangguki Syanova. Bukan karena dirinya senang hendak melewatkan sabtu malam bersama Darren, namun Syanova tidak ingin melihat dan mendengar lagi pertengkaran kedua orangtuanya yang menyesakkan dada.

Keduanya berjalan menuju motor sport Darren yang terparkir gagah di halaman rumah Syanova. Tiba-tiba Darren membuka jaketnya yang cukup tebal, karena melihat Syanova hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam, dipadukan celana jeans.

"Pakailah.." Ujar Darren seraya menyodorkan jaketnya. Namun Syanova tegas menggelengkan kepala.

"Kalau tidak mau pakai, aku tidak mau mengajakmu pergi dari sini." Mendengar ancaman Darren, Syanova lekas memakai jaket Darren. Dirinya sungguh sudah tidak sabar untuk segera pergi dari sana. Sedangkan Darren tersenyum kecil melihat gadis yang biasanya pembangkang itu menurut padanya, karena merasa tidak ada pilihan lain.

Selang 15 menit kemudian, Darren dan Syanova sampai di sebuah cafe yang cukup ramai. Cafe itu memang selalu menjadi pilihan utama bagi banyak anak muda untuk menghabiskan waktu. Karena selain design interiornya yang sangat unik dan estetik, pilihan menunya juga sangat lengkap. Ditambah bonus live music yang selalu kekinian.

"Enak?" Tanya Darren pada Syanova yang tengah menyendokkan Japanese Fluffy Pancake with chocolate ice cream ke mulutnya.

"Enak.." Jawaban singkat Syanova membuat Darren tersenyum. Setidaknya saat ini Syanova sudah tidak terlihat sesedih tadi, hal itu membuat Darren sedikit lega.

"Mau coba punya aku? Kayaknya kamu juga bakalan suka." Syanova menggelengkan kepala menanggapi tawaran Darren, meskipun waffle chocolate yang ditaburi banyak keju dan buah berry segar itu sangatlah menggugah seleranya.

"Sya.. Kita ke bioskop yuk, sepertinya ada film bagus." Lagi-lagi Syanova menolak tawaran Darren.

"Aku tidak mau pulang kemalaman, aku hanya menunggu Papa pergi dari rumah. Sekarang aku mau membeli sesuatu. Jika kamu mau pulang lebih dulu, tidak apa-apa." Giliran Darren yang menggelengkan kepala dengan melipat kedua tangan di dada.

"Wah.. Kenapa aku merasa dimanfaatkan ya? Setelah perut kamu kenyang, aku langsung diusir. Padahal harusnya ditambah bonus." Nada bercanda Darren rupanya malah ditanggapi serius oleh Syanova.

"Jadi kamu tidak ikhlas? Ya sudah pergi sana. Aku juga mau pulang." Syanova yang hendak berdiri, langsung ditahan oleh Darren.

"Maaf Sya, aku kan cuma bercanda." Suara Darren begitu lembut, tidak ingin membuat suasana hati Syanova kembali buruk.

"Jadi kamu mau membeli apa? Aku antar ya." Ucap Darren harap-harap cemas.

"Okay.. " Jawab Syanova seraya berdiri dan melangkah keluar dari cafe, diikuti Darren yang menghela nafas lega.

Darren tersenyum seraya menghela nafas panjang, memandangi gadis yang disukainya sibuk memilih tas. Sudah empat outlet yang mereka sambangi, di mall terdekat dari cafe yang mereka datangi tadi. Di tangan Darren pun sudah ada 4 buah paper bag berisi sepatu, sandal, dan beberapa jeans, kaos dan kemeja. Namun tidak ada satupun yang Syanova izinkan untuk dibayar oleh Darren.

"Sya, kali ini tas-nya biar aku yang bayar ya, please.." Darren menangkup kedua tangan penuh harap. Sayangnya pendirian Syanova benar-benar tidak tergoyahkan.

Di parkiran mall, Syanova mengambil alih semua paper bag yang dipegang Darren. Darren pun tampak hendak memakaikan helm pada Syanova, tapi Syanova menggelengkan kepala pelan.

"Darren, terima kasih karena sudah menemani aku makan dan berbelanja. Kamu dengar kan tadi, Papaku akan menarik semua fasilitas yang aku terima. Jadi selagi masih bisa, aku ingin menghabiskan uang Papaku. Aku juga akan lebih banyak menabung, karena mungkin kedepannya aku tidak bisa menikmati apa yang aku sukai semau hatiku. Aku harus bisa lebih hemat demi Mama." Air mata Syanova kembali luruh, Darren pun langsung menarik lembut kepala Syanova ke dalam dekapannya.

"Menangislah Sya.. Biar kamu lega." Mendengar ucapan Darren, tangis Syanova pun turun semakin deras.

*************************

Sabtu malam yang kelabu bagi Orion, dirinya memilih menghabiskannya di dalam kamar seraya bermain game favoritnya. Sebenarnya Orion sungguh ingin menemui sang pujaan hati di rumahnya, namun  hatinya terlalu banyak dipenuhi kekecewaan, keraguan dan rasa tidak percaya pada Syanova. Dibanding meminta jawaban dan penjelasan, Orion justru memilih diam dan menyimpulkan sendiri apa yang diketahuinya.

Rehat bermain game, Orion mengambil ponselnya yang sejak tadi berbunyi, tanda adanya pesan masuk. Orion sungguh dikejutkan oleh pesan yang dikirim Awan padanya. Awan adalah sahabat terdekat di kelas juga merupakan Pengurus OSIS.

Pesan itu berisi photo Syanova bersama Darren yang tengah makan malam di sebuah cafe, berbelanja di beberapa outlet yang berada di sebuah mall yang Orion ketahui, termasuk photo saat Syanova berada dalam pelukan Darren di parkiran mall yang cukup sepi.

"Hmm, jadi tipe laki-laki yang kamu sukai itu seperti Darren.. Apa kamu pikir aku tidak mampu menyenangkan kamu Syan? Aku bisa melakukan dan memberikan apapun yang kamu mau. Kenapa kamu malah memilih Darren dibanding aku. Apa kamu meragukan kemampuanku?" Orion menyimpulkan sendiri apa yang dilihatnya, seolah Syanova adalah jenis perempuan yang suka diberikan banyak barang oleh laki-laki.

"Baiklah, kalau ini memang pilihanmu, aku tidak akan mendekati dan berharap sama kamu lagi Syan.. Aku menyerah." Lirih Orion di ujung kalimat, lalu melempar tubuhnya ke atas tempat tidur.

*************************

Terpopuler

Comments

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

habisin aja semua hingga tak bersisa, biar sekalian bangkrut tuh bokap lo

2023-08-31

1

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

aku jg gk bakalan mau icip2 klw itu pny cowok

2023-08-31

1

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

Dih bukannya cari tahu dulu malah asal menyimpulkan hmm, semoga kamu nggak menyesal yaa. Hiks, padahal aku timmu loh Orion!!

2023-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!