Episode 4 Tentang Darren

Sebuah rumah mewah bergaya klasik, menyambut kedatangan Syanova, yang ditemani sahabat-sahabatnya yaitu Gladys, Iva, Nancy, Dasya, Disty dan Vanya. Mereka menggunakan mobil yang dikemudikan Gerald. Selain itu ada Azhar yang menggunakan mobil lain bersama dengan Tristan, Sakti dan Tama.

Syanova mengikuti langkah Gerald dan sahabat-sahabatnya, melewati ruang tamu yang begitu luas.

"Ger.. Kok sepi sekali?" Tanya Iva mewakili pertanyaan yang berada di benak Syanova dan sahabat-sahabatnya.

"Papa Darren kan sudah meninggal, Mama dan adik Darren tinggal di Bandung karena perusahaan utama Alm. Papa Darren memang ada disana. Jadi Darren tinggal disini hanya bersama Kakak laki-lakinya. Tapi Kakak laki-lakinya pun sering bolak-balik Bandung juga, karena sebentar lagi, dialah yang akan memimpin perusahaan menggantikan Mamanya." Gerald menjelaskan seraya menaiki anak tangga menuju lantai 2. Sementara Iva, Syanova dan yang lainnya mengikuti langkah Gerald disertai anggukan kepala.

"Rumahnya besar sekali, pasti Darren kesepian tinggal di rumah ini. Apa tidak ada pembantu di rumah ini?" Ucap Dasya penuh tanya.

"Tadinya ada. Tapi seminggu yang lalu dipecat, karena berani mencuri barang-barang berharga di kamar Darren dan juga kamar Mamanya Darren. Sejak saat itu Darren tidak mau ada pembantu, jadilah kita sering berkumpul, dan menginap disini untuk menemaninya. Maaf kalau rumahnya terlihat sedikit berantakan, kami tidak mahir membersihkan rumah" Balas Azhar diakhiri kekehan kecil, menanggapi pertanyaan Dasya.

"Untungnya ada kalian ya." Nancy ikut menimpali. Sementara Syanova hanya diam, menyadari kalau selama dekat dengan Darren, dia tidak pernah bertanya apapun mengenai Darren.

'Aku baru tahu, kalau Papa Darren sudah meninggal. Aku juga baru tahu mengenai Mama, Kakak dan adiknya. Apa dulu aku setidak peduli itu sama dia?' Ucap Syanova dalam hati.

Setibanya di lantai 2, Gerald mempersilahkan Syanova dan sahabat-sahabatnya untuk duduk di ruang keluarga yang nyaman dan luas dengan banyak pajangan di kanan dan kiri sofa.

"Oke.. Kalian tunggu dulu disini ya.. Aku lihat Darren dulu, takutnya dia sedang istirahat." Gerald menaiki tangga menuju sebuah kamar yang terletak di lantai 3, disusul Azhar, Tristan dan Tama. Sementara Sakti memilih mengambil beberapa minuman dingin dari lemari es yang berada di salah satu sudut ruang keluarga, lalu menghidangkannya di atas meja.

"Diminum dulu, kalian pasti haus." Ujar Sakti, sebelum membuka dan meneguk minumannya sendiri.

"Terima kasih." Jawab Syanova dan sahabat-sahabatnya bersamaan. Lalu mereka membuka dan meneguk minuman mereka, hingga habis tidak bersisa, kecuali Syanova yang hanya diam saja.

"Haus neng.." Sakti terkekeh melihat gadis-gadis dihadapannya, yang terlihat seperti unta ditengah padang pasir.

"Bukan cuma haus Bang, kami juga lapar." Jujur Disty memegangi perutnya.

"Hush.. Kita kan mau menjenguk Darren, nanti makannya sepulang dari sini." Ujar Iva, membuat Resfi memberengut kecewa.

"Tenang, ada makanan pengganjal buat kalian, nanti aku masakan ya." Mendengar perkataan Sakti, mata Disty, Vanya dan Dasya langsung berbinar. Sementara Iva dan Syanova hanya menggeleng pelan.

Terlihat Gerald, Azhar, Tristan dan Tama menuruni anak tangga sambil membawa sekeranjang buah-buahan, sekotak cokelat, beberapa bungkus roti dan makanan lain yang masih utuh terbungkus rapi.

"Dimakan ya, barangkali kalian lapar." Ucap Tristan seraya meletakkan makanan yang dipegangnya di atas meja, diikuti Gerald, Azhar dan Tama yang melakukan hal yang sama.

"Lho banyak sekali makanannya." Nancy mengambil salah satu roti, lalu melahapnya dengan rakus.

"Nancy.." Iva memelototi Nancy, namun Nancy memilih tidak peduli.

"Tidak apa, itu semua makanan buat Darren. Tapi tidak ada satupun yang dimakannya." Helaan nafas panjang Gerald, membuat semua orang khawatir. Tidak terkecuali Syanova yang diam sejak tadi.

"Sya.. Darren hanya mau dijenguk kamu. Yang lainnya biar disini saja. Mereka sepertinya kelaparan." Ucap Azhar memberi kode kedipan pada yang lain.

"Tapi aku juga mau melihat keadaan Darren." Ucap Dasya, yang langsung dipelototi Azhar.

"Darren bilang cuma mau bertemu Syanova, bukan kamu." Perkataan Tama seketika membuat Dasya memberengut kesal.

"Dasya.. Biar Syanova saja yang menjenguk Darren, kita disini saja." Timpal Iva, semakin membuat Dasya cemberut.

"Baiklah.. Tolong antar aku ke kamar Darren." Permintaan Syanova diangguki Gerald yang langsung mengantar Syanova ke kamar Darren. Tepatnya hanya sampai di depan pintu, sebelum akhirnya Gerald kembali ke lantai 2 dan bergabung dengan yang lain.

Syanova menatap pintu kamar dihadapannya, kamar yang terletak paling pinggir diantara 4 kamar yang berdekatan di lantai 3. Sesungguhnya Syanova tengah ragu dengan hatinya, karena menyadari akan ada yang berbeda setelah dia menemui Darren nanti. Tanpa Syanova ketahui, di dalam kamar sana, Darren tengah menenangkan debaran hatinya yang berubah kencang, setelah mengetahui keberadaan Syanova di rumahnya.

Tok..Tok..Tok..

"Masuk.." Teriak Darren dengan suara sedikit bergetar.

Ceklek..

Darren sesaat menahan nafas saat tatapannya beradu dengan netra jernih Syanova. Wajah yang sangat dia rindukan itu kini berada dihadapannya. Senyuman tipis Darren tersungging, menghias wajahnya yang pucat.

Ekspresi khawatir jelas tergambar di wajah Syanova, melihat keadaan Darren yang terbaring lemah di atas tempat tidur. dengan punggung bersandar pada bantal yang di tumpuk beberapa. Tangan kanannya menggunakan penyangga, dengan kaki kiri kanan yang juga berbalut perban.

"Hai Sya.. Apa kabar?" Darren berusaha mencairkan kecanggungan Syanova.

Perlahan Syanova mendekat dan duduk di tepi tempat tidur, menghadap Darren.

"Kabarku baik.. Justru kamu yang terlihat tidak baik-baik saja." Darren tersenyum miris mendengar perkataan Syanova.

'Semua karena kamu Sya.. Tapi aku tidak mungkin bisa menyalahkanmu atas kebodohanku kan?' Ucap Darren dalam hati.

Syanova mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri. Terlihat sepiring nasi lengkap dengan lauknya yang masih utuh di atas nakas.

"Kamu belum makan sejak pagi?" Darren menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Syanova.

"Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan." Lagi-lagi Darren menggelengkan kepalanya.

"Kenapa memaksa pulang dari Rumah Sakit kalau belum sembuh benar? Kata Gerald semalam kamu juga demam, kamu harus makan sebelum minum obat." Bukannya menjawab omelan Syanova, Darren justru tersenyum menangkap nada khawatir pada kalimat Syanova.

"Cepat bilang, kamu mau makan apa?" Syanova sedikit kesal karena Darren tidak juga menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak lapar Sya, cukup kamu ada disini saja, sudah membuatku kenyang." Darren terkekeh, meskipun tubuhnya lemas.

"Tidak lucu.. Ya sudah lebih baik aku pulang saja, kamu sudah kenyang kan." Syanova hendak berdiri, namun tangan kiri Darren menahan tangannya.

"Jangan pergi, aku terlalu bahagia karena kamu ada disini." Lirih Darren.

Syanova mengalihkan pandangannya, saat Darren menatapnya begitu dalam.

"Jadi mau makan apa?" Syanova mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Itu saja.." Tunjuk Darren pada semangkuk oatmilk instan yang berada di atas meja berisi banyak makanan. Syanova mengernyitkan kening, lalu memandang Darren penuh tanya.

"Yakin makan itu saja?" Darren mengangguk mantap, meyakinkan Syanova.

'Lebih baik itu saja, daripada pesan online, nanti pasti ada yang mengganggu kita, saat pesanannya datang.' Ucap Darren dalam hati.

"Baiklah.." Syanova baru menyadari kalau kamar Darren sangatlah luas dengan fasilitas lengkap.

Saat menyiapkan oatmilk instan yang Darren minta, Syanova tidak perlu pergi ke dapur, karena di kamar itu sudah tersedia air minum dari dispenser dan lemari es dengan isi yang berisi makanan dan minuman instan juga buah-buahan.

"Ini oatmilk-mu." Syanova menyodorkan semangkuk oatmilk, lengkap dengan susu murni, taburan cokelat, irisan pisang dan strawberry.

"Wow.. Tampak sangat menggoda." Ujar Darren dengan mata berbinar. Tapi tak juga menerima mangkuk yang disodorkan Syanova.

"Memangnya kamu biasa memakannya seperti apa?"

"Hanya ditambah susu saja." Kekeh Darren.

"Mana enak Darren.." Komentar Syanova yang dibalas tawa kecil Darren.

"Ya sudah ini makan.." Syanova kembali menyodorkan mangkuk berisi oatmilk itu.

"Sya.. Bisa tolong suapi aku? Tanganku kan sakit." Darren mengarahkan dagunya pada tangan kanan yang dibantu penyangga.

"Tangan kiri kamu kan tidak apa-apa." Protes Syanova.

"Tapi tangan kiri kan tidak boleh digunakan untuk makan Sya." Darren memberi alasan yang masuk akal.

"Baiklah.. Aku suapi."

'Yeeeeess..' Sorak Darren dalam hati.

Syanova menyuapi Darren perlahan, namun tatapan penuh cinta dari Darren membuatnya seringkali mengalihkan pandangan. Syanova memilih berpura-pura tidak menyadari tatapan Darren padanya, hingga akhirnya semangkuk oatmilk itu habis tidak bersisa.

"Terima kasih ya Sya.." Syanova tersenyum membalas ucapan terima kasih Darren, setelah meminumkan segelas air putih untuk Darren.

Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..

Syanova mengambil ponsel dari dalam saku roknya, dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Orion

Syan.. Kamu lagi dimana?

*************************

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Lanjut kak

2024-04-11

1

Febrina Chamay

Febrina Chamay

inget sya, jangan jatuh cinta karena kasian cape lo ntar

2023-12-29

1

Sena judifa

Sena judifa

cie darren

2023-10-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!