Trust Issue Gadis Broken Home
Syanova M. Wirahadi Kusumah, gadis yang bersekolah di salah satu SMA ternama di Jakarta, hari ini tampak muram tak bersemangat. Sebenarnya bukan hanya hari ini saja, sikapnya yang ceria seakan hilang sejak beberapa bulan terakhir.
Kini dirinya memilih duduk di salah satu sudut perpustakaan yang sepi. Sementara buku yang terbuka di atas meja, hanya berfungsi sebagai pajangan, sedangkan pikirannya melayang entah kemana. Pertengkaran kedua orangtuanya semalam, lagi-lagi menjadi alasannya berwajah murung dan banyak melamun. Apalagi hal itu sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
Syanova bahkan enggan bergabung dengan sahabat-sahabatnya untuk sekedar mengobrol dan bersenda gurau saat jam istirahat. Dirinya memilih mengasingkan diri dibanding merusak suasana karena masalahnya, yang masih enggan dia bagi dengan sahabat-sahabat dekatnya.
Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..
Sebuah pesan masuk menarik kesadaran Syanova dari lamunannya. Namun helaan nafas berat seketika keluar dari mulut Syanova, begitu selesai membaca pesan yang diterimanya.
Darren
Jangan terus menghindariku Sya. Habis bel pulang, tunggu aku dikelas. Ada yang mau aku bicarakan sama kamu.
'Apa lagi yang mau dia bicarakan? Kenapa dia terus-terusan mendekatiku sih?' Rutuk Syanova dalam hati.
Darren Kusuma Atmaja adalah Kapten Basket yang tampan dan berasal dari keluarga kaya raya. Pembawaannya yang percaya diri dan mudah bergaul, membuatnya digilai banyak siswi di sekolah itu. Terlebih saat dirinya mengendarai motor sport-nya yang bernilai fantastis, semakin membuat gadis-gadis terpesona padanya.
Namun Syanova tidak termasuk salah satu dari siswi-siswi yang menggilai Darren. Justru Darren yang mendekati Syanova sejak mereka berada di kelas yang sama di Kelas X. Bahkan sampai sekarang di Kelas XI, meskipun mereka sudah berbeda kelas. Darren selalu menunjukkan perhatian dan rasa sukanya pada Shanova. Dia tidak segan-segan "memaksa" mengantar-jemput Syanova ke sekolah, atau setiap kali ada kegiatan sekolah. Pesan dan telepon dari Darren pun selalu menghiasi ponsel Syanova setiap harinya. Belum lagi setiap akhir pekan, Darren selalu datang ke rumah Syanova untuk mengambil hati kedua orangtua Syanova. Sekalipun Syanova selalu menolak kebaikan Darren bahkan bersikap ketus pada Darren, tapi Darren tidak pernah sekalipun marah.
Hingga pernah di akhir kelas X, Darren tiba-tiba dikabarkan berpacaran dengan Neta teman sekelasnya, dan Syanova sama sekali tidak terpengaruh oleh kabar itu. Meskipun pada akhirnya, hubungan Darren dan Neta dikabarkan hanya bertahan selama beberapa minggu saja. Namun lagi-lagi Syanova tidak peduli akan hal itu.
Kini Darren kembali mendekatinya, dan hal itu cukup mengganggunya. Apalagi Syanova sedang dihadapkan pada masalah keluarga yang menyita perhatiannya. Dia tidak punya waktu untuk meladeni Darren yang berubah semakin menyebalkan menurutnya. Tapi sepertinya Syanova tidak bisa menghindar kali ini, meskipun Syanova masih berharap sebuah keajaiban, agar dirinya tidak perlu bertemu Darren sepulang sekolah nanti.
*************************
Rupanya doa Syanova untuk bisa menghindar dari Darren, tidak dikabulkan Tuhan kali ini. Karena sosok Darren yang tinggi menjulang sudah terlihat menunggunya di depan kelas, saat pelajaran terakhir belum selesai.
"Sya, dari tadi Darren mencarimu. Dia terlihat sangat stres karena kamu terus menghindarinya. Kenapa sih kamu tidak terima saja perasaan dia? Dia sudah jelas cinta sekali sama kamu." Bisikan Iva sahabat Syanova, sedikit membuat Syanova merasa bersalah.
'Tapi aku benar-benar tidak bisa menerima perasaannya.' Batin Syanova.
Akhirnya bel tanda jam pelajaran berakhir, berbunyi juga. Guru dan semua teman-teman Syanova berhamburan keluar. Sedangkan Syanova memilih menyandarkan tubuhnya pada headboard kursi, menunggu Darren yang sudah terlihat tidak sabar untuk menemuinya.
"Hai.." Sapa Darren sedikit salah tingkah, melihat ekspresi Syanova yang terlihat sangat datar.
"Hai.." Syanova membalas sapaan Darren sama singkatnya.
"Aku duduk ya.." Syanova mengangguk mengiyakan perkataan Darren. Darren menggeser kursi, lalu duduk berhadapan dengan Syanova.
"Sya, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Darren seraya menatap dalam wajah Syanova yang tampak kuyu. Ada lingkaran gelap dibawah kelopak mata Syanova karena kurang tidur, juga seringkali menangis karena permasalahan keluarganya. Syanova menangkap kekhawatiran di wajah Darren, namun Syanova memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku baik-baik saja.. Langsung saja, apa yang ingin kamu bicarakan Darren? Aku harus cepat-cepat pulang." Syanova melirik sekilas jam di pergelangan tangannya. Tidak mempedulikan Darren yang masih menatapnya intens.
"Sya kenapa kamu terus menghindariku? Apa aku ada salah sama kamu? Aku sampai tidak bisa tidur karena memikirkan kamu. Please Sya, jangan terus-terusan menghindar dari aku." Ucap Darren disertai ekspresi memelas. Membuat Syanova mau tidak mau, kembali mengalihkan pandangannya pada Darren.
"Darren, berkali-kali aku katakan sama kamu, tolong jangan terus-terusan mendekati aku. Aku sangat terganggu dengan sikap kamu." Perkataan Syanova begitu menghujam hati Darren. Tidak menyangka kalau Syanova akan mengucapkan kata-kata yang akan sangat menyakitkan hati Darren.
"Aku sayang sama kamu Sya, aku benar-benar cinta sama kamu Sya." Lirih Darren seraya menggenggam kedua tangan Syanova yang berada di atas meja dengan kedua tangannya.
"Lebih baik kamu cari perempuan lain, atau kamu bisa balik sama Neta, bukannya kalian sempat berpacaran." Syanova menarik kedua tangannya dari genggaman tangan Darren.
"Sya, kamu jelas tahu kalau aku terpaksa. Dia mengejar-ngejar aku dari SMP, aku sama sekali tidak ada perasaan apapun sama dia. Saat itu, aku juga kecewa sama kamu. Karena kamu tidak pernah peka sama perasaan aku ke kamu Sya." Bukannya merasa bersalah mendengar perkataan Darren, Syanova justru memandang nyalang ke arah Darren.
"Tidak usah membawa-bawa aku dalam kisah kalian. Jangan pernah menyalahkan aku, dengan mengatakan kalau aku tidak peka sama perasaan kamu. Salahkan diri kamu yang tidak bisa mengambil sikap." Ucapan Syanova menyadarkan Darren kalau dia sudah salah bicara.
"Maaf.. Bukan maksudku menyalahkan kamu Sya.." Sesal Darren, karena sudah membuat Syanova kesal.
Sesungguhnya saat itu Syanova sempat luluh karena semua bentuk perhatian Darren padanya. Hanya saja dirinya masih belum sepenuhnya yakin untuk menerima perasaan Darren padanya. Syanova terus saja bergelut dengan hatinya yang ragu untuk membalas perhatian Darren atau tidak. Hingga akhirnya tersiar kabar, kalau Darren sudah berpacaran dengan Neta yang selalu terang-terangan menunjukkan rasa sukanya terhadap Darren.
Kecewa? Tentu saja Syanova kecewa. Baru saja dirinya hendak membuka hati, tapi Darren yang sudah terlalu bosan menunggu, memilih menerima perasaan gadis lain, yang sudah jelas-jelas menyukainya. Meskipun belakangan baru disadarinya, kalau posisi Syanova di hatinya, ternyata tidak mudah digantikan.
"Sya.. Untuk terakhir kalinya, tolong jujur pada hatimu sendiri. Apa kamu menyukaiku? Apa di hatimu ada sedikit saja, perasaan cinta untukku Sya?" Perkataan serta tatapan sendu Darren memang berhasil membuat hati Syanova bergetar. Tapi nyatanya, apa yang keluar dari mulut Syanova tetaplah tidak sesuai dengan yang Darren harapkan.
"Maaf.. Aku sama sekali tidak punya perasaan apapun sama kamu. Lebih baik kamu lupakan perasaan kamu sama aku, karena aku tidak bisa membalasnya." Selepas mengatakan perkataan yang menyakitkan hati Darren, Syanova gegas berdiri dan berjalan cepat keluar dari kelas. Meninggalkan Darren yang masih berusaha menahan rasa sakit di hatinya.
"Tega kamu Sya.." Lirih Darren.
*************************
Sudah berminggu-minggu Syanova dan Darren tidak saling bertegur sapa. Beberapa sahabat Syanova yang kebetulan juga merupakan sahabat Darren, sangat menyayangkan hal ini. Setiap kali ada acara yang mempertemukan keduanya, mereka berdua selalu canggung dan saling menghindar.
"Sya.. Ada yang mencari kamu, katanya ditunggu di koridor Ruang OSIS." Wening menyadarkan Syanova yang tengah memejamkan mata di jam istirahat.
"Siapa?" Tanya Syanova penasaran.
"Kalau tidak salah, namanya Max. Sudah jangan banyak tanya, kasihan dia menunggu lama."
Ucap Wening mendorong tubuh Syanova agar segera keluar menemui Max.
Netra siswa bernama Max itu berbinar, mendapati Syanova yang berjalan ke arahnya. Syanova pun sempat terpana melihat siswa berwajah oriental dihadapannya, tapi Syanova yang pintar mengendalikan ekspresinya, hanya memasang wajah datar tanpa senyuman.
"Hai.. Maaf ya, aku minta kamu kesini. Aku ganggu?" Hampir saja Syanova menganggukkan kepala. Namun melihat ekspresi sesal dihadapannya, Syanova memilih menggelengkan kepalanya. Yang tentu saja disambut senyuman super tampan dari laki-laki dihadapannya.
"Ada apa kamu mencariku? Sejujurnya aku tidak terlalu mengenal kamu." Max tersenyum mendengar kejujuran Syanova. Sikap ketus dan jutek Syanova, justru menjadi tantangan tersendiri baginya. Sudah lama Max memperhatikan Syanova yang berbeda dengan gadis-gadis disekitarnya. Tapi saat itu dirinya tidak punya keberanian, karena sudah menjadi rahasia umum, kalau Darren sang Kapten Basket begitu gencar mendekati Syanova.
Tapi kini Max memutuskan untuk maju, setelah yakin kalau Darren sudah menyerah. Terlebih Max tahu, kalau saat ini Darren dikabarkan dekat dengan adik kelas yang dikenal sebagai primadona sekolah.
"Sya.. Jujur, aku sudah lama memperhatikan kamu. Kamu itu unik dan manis. Aku suka sama kamu Sya.." Perkataan Max membuat kening Syanova berkerut.
'Apa-apaan sih cowok ini? Jawaban apa yang harus aku katakan? Aku kenal dia saja tidak. Apa langsung aku tolak saja ya? Tapi wajahnya itu memelas sekali, aku jadi tidak tega. Aduh harus jawab apa ya?' Syanova masih sibuk dengan berbagai pertanyaan di dalam benaknya. Hingga perkataan Max kembali menyadarkannya.
"Sya, kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Hah???" Lagi-lagi Syanova terkejut, tapi kali ini Syanova tidak bisa mengontrol ekspresinya yang melongo mendengar permintaan Max.
'Gila ya, masa dia langsung minta aku jadi pacarnya. Dekat saja tidak.' Rutuk Syanova dalam hati.
"Beri aku waktu 4 hari, untuk memberi kamu jawabannya." Pinta Syanova. 4 hari ini akan dia gunakan untuk mencari tahu segala sesuatu tentang Max, meskipun besar kemungkinan Syanova akan menolak perasaan Max pada akhirnya.
"2 hari. Aku tunggu jawaban kamu. Tolong jangan membuatku kecewa." Balas Max.
Mau tidak mau Syanova menganggukkan kepala dengan perasaan ragu, sebelum akhirnya pamit untuk kembali ke kelasnya.
Sejak saat itu, Syanova mencari tahu tentang siapa Max sebenarnya. Tapi belum habis 2 hari, Syanova mendengar kabar kalau Max ditembak salah satu teman kelasnya yang bernama Vanka. Syanova hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum sinis.
"Nyatanya laki-laki semuanya sama saja."
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Anita Jenius
Hai kk.. Aku mampir lagi..
2024-04-05
1
💞Amie🍂🍃
Hai Kaka, aku mampir ya. siapa tau berkenan mampir juga kekaryaku my ex sagara . mari saling dukung🙏
2023-12-08
1
Bayangan Ilusi
Semangat kak buat karya barunya🥰
2023-04-02
1