Keesokan harinya, Zeva terbangun saat merasa dadanya seperti sedang tertimpa oleh sesuatu. Dengan cepat dia membuka kedua matanya, sontak dia langsung terkesiap saat melihat wajah Arion tepat berada di depan wajahnya.
Deg, deg, deg. Zeva segera menekan dadanya agar suara debaran jantungnya tidak terdengar, sementara matanya masih menatap lekat ke arah laki-laki itu.
Untuk beberapa saat Zeva terus memperhatikan garis wajah Arion, rahang yang kokoh dengan ditumbuhi bulu-bulu halus tampak menggoda sekali dimatanya.
Apa lagi bibir seksi berwarna pink itu, dia ingat betul bagaimana rasa dari bibir Arion yang siang tadi mengecup bibirnya.
Tanpa sadar tangan Zeva menyentuh bibir laki-laki itu membuat Arion menggeliatkan tubuhnya, dengan cepat dia kembali memejamkan mata sebelum laki-laki itu memergokinya.
Arion mulai mengerjapkan matanya sambil menguap, dia lalu tersenyum tipis saat melihat Zeva masih terpejam dalam pelukannya.
Cup!
Tiba-tiba sebuah ciuman mendarat dikening Zeva membuat wanita itu tersentak, tetapi sekuat tenaga dia menahan matanya agar tidak terbuka.
"Zeva, kau belum bangun?" Arion menyentuh pipi, hidung dan juga bibir Zeva, sungguh wanita itu sudah merasa tidak nyaman saat ini.
"Dasar laki-laki kurang ajar! Berani sekali dia mencium dan memegangi wajahku, tapi, kenapa aku tidak berani membuka mata sih?" Zeva jadi kesal sendiri saat ini.
Untung saja Arion langsung bangun dan masuk ke dalam kamar mandi, sehingga Zeva bisa membuka kedua matanya. "Huh, dasar laki-laki itu!" Dia mengipasi wajahnya yang entah kenapa terasa panas.
Selesai mandi, Arion langsung keluar dengan menggunakan handuk saja yang melingkar dipinggangnya membuat Zeva menelan salive dengan kasar.
"Dengar, kau tidak boleh pakai handuk kayak gitu lagi mulai sekarang!"
Arion yang sudah akan mengambil pakaian mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu? Apa kau menyuruhku untuk telanjang?"
Blush. Wajah Zeva langsung merah mendengar apa yang laki-laki itu katakan. "Bu-bukan! Maksudku kau tidak boleh keluar dari kamar mandi pakai handuk saja, kau harus sekalian pakai baju di kamar mandi!"
"Kenapa? Apa kau tergoda dengan tubuhku?" Arion menarik sebelah sudut bibirnya hingga tersenyum miring, sementara tangannya sudah sibuk memakai pakaian.
"Ti-tidak! Pokoknya kau harus melakukan semua itu!" Zeva segera turun dari ranjang dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Brak! "Aku bisa gila kalau kayak gini terus!" Zeva menyandarkan tubuhnya dibalik pintu kamar mandi. "Tidak, aku Harus tidur terpisah darinya. Tapi, tidak ada ranjang lain di apartemen ini!"
Tanpa Zeva sadari, sebenarnya ruangan yang ada di samping kamar ini juga memiliki sebuah ranjang. Hanya saja Arion tidak mau memberitahukannya karna dia tau kalau Zeva pasti akan meminta untuk tidur di kamar itu.
Setelah semuanya siap, Zeva mengambil ponselnya yang ternyata sedang kehabisan daya. Dengan cepat dia menyambar charger dan memasukkannya ke dalam tas.
Kali ini, Zeva dan Arion pergi bersama ke perusahaan. Tentu saja atas paksaan dari Arion, dia juga mengancam akan mengatakan hubungan mereka pada semua karyawan yang ada di perusahaannya jika Zeva tidak menurut.
"Tapi kau harus menurunkanku di perempatan jalan, aku tidak mau ada yang melihat kita!"
Arion menganggukkan kepalanya, walaupun dia tidak akan melakukan apa yang wanita itu inginkan.
"Oh ya, besok ada rapat penting bersama dengan pimpinan El Group di restoran cahaya!"
Arion kembali menganggukkan kepalanya, tentu saja dia sudah tau tentang pertemuan itu dari Haris.
"Dan sorenya, kau harus ke rumah sakit untuk ...," Zeva menjeda ucapannya karna terkejut saat melihat tulisan yang ada di jadwal laki-laki itu.
"Apa?" Arion memalingkan wajahnya sekilas ke arah wanita itu, lalu kembali melihat lurus ke depan.
"i-itu, kau harus periksa hormon!"
"Ck!" Arion langsung berdecak kesal saat mendengarnya, dia tau kalau semua itu pasti kerjaan Mamanya yang bekerja sama dengan Haris.
Otak pintar Zeva sedang berpikir keras kenapa Arion harus melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, lalu tiba-tiba dia terpikirkan akan satu hal. "Kau tidak normal?"
Ckiiitt!
Arion langsung menginjak rem saat mendengar ucapan Zeva membuat tubuh wanita itu terhuyung ke depan, untung saja ada sabuk pengaman yang menahan tubuhnya itu.
"Kau bilang apa?"
Glek. Zeva menelan salivenya saat mendapat tatapan tajam dari Arion. "A-aku cuma bertanya saja, kalau memang kau tidak normal ya aku tidak peduli!"
Arion mencengkram stir kemudinya mendengar ocehan wanita itu, dengan cepat dia membuka sabuk pengamannya dan juga sabuk pengaman Zeva.
"A-apa yang kau laku- aw!" Zeva terlonjak kaget saat tiba-tiba tangannya ditarik dengan kuat sampai tubuhnya terangkat, dan menubruk tubuh Arion.
"aku akan membuktikan padamu apakah aku normal atau tidak!"
"Apa?" Zeva langsung panik dan bergegas turun dari pangkuan laki-laki itu, tetapi Arion menahan pinggangnya membuat dia tidak bisa bergerak.
"Lepaskan aku! Kau akan- eemp!" Mata Zeva membulat sempurna saat bibir Arion kembali mendarat sempurna dibibirnya, dia semakin terkesiap saat lidah laki-laki itu menerobos masuk ke dalam mulutnya.
Arion terus melummat bibir Zeva dengan hasrat yang sudah naik keubun-ubun, rasa kesal karna ucapan wanita itu benar-benar membakar gairahnya.
Zeva yang merasa tidak terima langsung menggigit bibir laki-laki itu dengan kuat, sampai Arion memekik kesakitan dan melepaskan ciuman mautnya.
"Apa kau ini anj*ing?" Arion memegangi bibirnya yang mengeluarkan darah.
"ya, aku memang anj*ing! Dan aku akan menggigit semua tubuhmu!" balas Zeva dengan sengit.
"Cih!" Arion memalingkan wajahnya ke arah samping, hasrat yang sudah meninggi tiba-tiba langsung lenyap karna gigitan wanita gila itu.
Tanpa mereka berdua sadari, saat ini ada sepasang mata yang terus memperhatikan mereka. Laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya sampai kuku-kukunya memutih, dia sangat marah melihat Zeva bersama dengan Arion.
"Brengs*ek! Kau lihat saja, aku akan kembali merebut Zeva darimu!"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Faridah
bahaya mengintai
2025-01-15
0