Selama tiga hari Arsen kembali ke Helsinki. Mau kemanapun ia pergi, tetap saja harus menengok perusahaan dan mengurus segala pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dari Amsterdam. Dia langsung kembali ke Belanda saat semua urusan telah selesai. Prioritas saat ini justru ada di tempat anaknya berpijak.
Oh betapa senang hati Arsen saat baru sampai, sudah bertemu Colvert secara tidak sengaja. Disapalah anaknya itu dengan ramah dan tidak memaksa seperti terakhir kali. Meski sulit, tapi berusaha untuk sedikit ramah. Walau rasanya seperti kaku.
Namun, Colvert tidak membalas sapaan. Bocah itu hanya diam di tempat dan menatap Arsen dengan sorot datar.
“Tidak masuk?” tanya Arsen setelah beberapa detik tak mendapatkan respon apa pun.
Dan ... Colvert tetap diam saja. Sorot matanya tajam sekali, seolah sengaja menusuk tetangga baru. Hingga akhirnya pintu lift pun tertutup, mereka baru berhenti saling tatap.
Colvert menghela napas, terdengar sedikit kesal. “Kenapa harus bertemu tetangga baru,” gerutunya.
Menekan tombol lift lagi setelah beberapa saat, memastikan kalau si tetangga baru sudah masuk ke unit sendiri. Colvert sedang tidak ingin bertemu dengan pria yang pernah ia laporkan ke rumah sakit jiwa.
Lift kosong, Colvert pun masuk. Menekan tombol bertuliskan nomor lantai unitnya. “Aku hanya akan mengambil cokelat, lalu kembali ke Aunty Merry.” Itu rencananya.
Tapi, saat melangkah keluar dan kaki menapak lantai unit tempat tinggalnya, Colvert dibuat terkejut karena tetangga baru berdiri di depan pintu apartemen mommynya. Dia ingin kembali saja ke Aunty Merry. Tapi, tidak boleh menjadi pengecut dengan menghindar. “Mari hadapi dan beri pelajaran,” lirihnya.
Kaki mungil itu pun terayun terus. Colvert tidak menyapa atau bertanya kepentingan pada tetangga baru. Justru pria yang ternyata adalah daddynya itu sudah mengajak bicara.
“Aku baru pulang dari Finlandia, tiga hari ada kerjaan di sana,” ucap Arsen. Siapa tahu anaknya mencari selama beberapa hari ini.
“Tidak tanya,” jawab Colvert dengan ketus. Juga tatapan anak itu terkesan sombong dan angkuh.
Arsen mengernyitkan kening. Terakhir kali mereka bertemu, Colvert masih lucu, menggemaskan, dan ramah. Tapi, sekarang jadi terkesan dingin padanya.
“Aku bawakan kau cokelat. Katanya, suka cokelat, ya?” Arsen menyodorkan papperbag yang sejak tadi ditenteng.
Colvert ingin menolak. Tapi, sayang juga. Lumayan, bisa untuk persediaanku. Tangan mungil itu menerima, tapi tanpa menunjukkan senyum atau rasa senang. “Terima kasih.” Dua kata itu pun terlontar sangat datar.
Berhubung tujuan Colvert pulang karena mau mengambil cokelat, sementara di tangan sudah ada, jadilah ia mengurungkan niat untuk membuka pintu. Berjalan menuju lift tanpa pamit.
“Mau ke mana?” tanya Arsen seraya mensejajarkan langkah dengan putranya.
“Main.”
“Ke?”
“Tempat Aunty Merry.”
“Jauh? Biar ku antar.”
“Tidak perlu, aku berani sendiri.”
“Sendiri? Mommymu ke mana?” Arsen terdengar sedikit kesal. Bellinda tak becus sekali menjaga anak.
“Kerja, mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kami.” Colvert masih terkesan dingin, walau sudah mau berinteraksi.
“Kerja?” Arsen mengernyitkan kening. “Di mana?”
“Tahu CoBell? Restoran cepat saji yang terkenal di Amsterdam dan selalu ramai?”
Arsen menggeleng. Baru dengar juga ada nama tempat seperti itu. Wajar juga, baru berapa hari pindah di Amsterdam. “Tidak tahu. Tapi, nanti aku akan cari dan coba makan di sana. Mommymu bekerja di sana? Menjadi pelayan?”
Mata Colvert langsung melotot mendengar kalimat terakhir. “Mommyku adalah pemiliknya!” tegasnya dengan wajah datar dan dingin. Setelah mendengar cerita dari orang tuanya, di hati terasa ada geram pada tetangga baru.
Anaknya hilang ditelan lift. Tapi Arsen tetap berdiri di tempat. Dia terkejut, ternyata mantan istri bisa menjalankan bisnis restoran cepat saji. Tapi, yang membuatnya tidak bergerak mengikuti Colvert adalah ... anaknya memperlakukan dingin, ketus, sinis sejak tadi.
Dua tangan Arsen pun mengepal kuat. “Apa yang Bellinda katakan pada Colvert? Sampai membuat anak itu terkesan membenciku?” geramnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
@bimaraZ
senengnya lihat nasib arsen dicuekin anaknya😃😃
2024-07-17
0
himmy pratama
ngaca lah sen ..dirimu jg seperti Colbert dingin dan angkuh sombong JD satu dech.. menghina Belinda JD pelayan..malu kan setelah tau Belinda pemilik makan cpt saji
2024-04-28
2
Mayyuzira
yesss hahahaha
2024-02-18
0