Sejak kejadian saat itu, membuat Colvert tidak mau keluar apartemen. Jadi, sepanjang weekends, dia hanya menghabiskan waktu untuk bermain bersama Mommy yang ia larang keluar juga. Tak mau kalau orang tuanya akan diganggu dengan tetangga gila. Sudah cukup dirinya yang merasakan.
Padahal, Colvert adalah anak yang begitu aktif bermain di luar. Pasti, kalau libur sekolah akan mengajak mommynya untuk berjalan-jalan menghabiskan waktu walau tidak ada tujuan jelas. Tapi, semua gara-gara tetangga gila, kebiasaan itu harus ditahan.
Untung saja persediaan makanan di kulkas banyak. Jadi, Colvert dan Bellinda tetap bisa hidup walau tak menghirup udara luar. Sudah seperti tahanan rumah saja keduanya.
Tapi, namanya juga hari yang terus maju, minggu pun berakhir. Colvert sangat tak bersemangat di senin ini. Namun, ia tidak boleh malas atau mencari alasan untuk tidak masuk sekolah. Jadi, tetap saja bersiap di pagi hari.
Seperti biasa, Bellinda pasti sudah menyiapkan sarapan. Lalu, mereka berdua makan pagi bersama, barulah berangkat ke sekolah.
Tidak dengan pagi ini. Colvert menahan sang mommy supaya tetap duduk di ruang makan.
“Mommy ... jangan bergerak. Karena aku pria, harus melindungi wanita, terutama Mommy. Jadi, aku mau pastikan kalau tetangga gila itu tidak akan menganggu saat kita jalan keluar,” jelas Colvert. Suaranya begitu lantang, seolah-olah berperan menjadi superhero seperti kartun yang biasa ditonton.
Bellinda hanya terkekeh dengan tingkah putranya. Menggemaskan. “Iya, pahlawanku. Hati-hati, jangan sampai tertangkap.”
Colvert berkacak pinggang dan membusungkan dada. “Kalau aku tertangkap, Mommy jangan keluar untuk menyelamatkan. Aku tidak mau dia mengganggu kesayanganku, oke?” peringatnya.
Setelah dijawab anggukan oleh Bellinda, Colvert pun menuju pintu. Dia membuka perlahan. Tidak menyembulkan seluruh tubuh keluar batas pintu. Tapi, kepala saja yang digunakan untuk memantau.
Baru juga menatap ke pintu sebelah. Ternyata, pria gila yang mengganggunya sudah berdiri di sana dan mengulas senyum pada Colvert. Dua bola mata si kecil pun membulat akibat terkejut.
“Halo, boy, mau berangkat sekolah? Daddy antar, ya?” tawar Arsen. Dia sudah berdiri di depan pintu sejak tiga puluh menit yang lalu. Memang sengaja menanti anaknya keluar, karena tak rela kalau hasil buah karyanya yang tidak disengaja itu lebih dekat dengan pria lain.
“Sinting! Pergi, sana!” seru Colvert sekaligus mengusir. Dia lekas masuk dan menutup pintu.
“Semua oke, Sayang?” Bellinda menatap penuh tanya dari ruang makan.
“Tidak oke, Mommy. Tunggu sebentar, kita keluar beberapa menit lagi setelah tetangga gila pergi, aku sudah mengusirnya.” Colvert tetap berdiri di depan pintu. Telinganya menempel di sana untuk menguping apakah masih ada orang di luar atau tidak.
Setelah lima menit, Colvert tak mendengar gaduh sedikit pun. Jadi, ia berniat memastikan lagi.
Baru juga membuka pintu dan menengok ke sebelah kanan. Colvert sudah mendapati si tetangga gila.
“Hi—”
Brak!
Colvert langsung membanting pintu hingga bunyi cukup keras. Dia memasang wajah kesal dan berjalan menghampiri mommynya.
“Tetangga mengganggumu lagi?” tanya Bellinda.
Colvert mengangguk seraya duduk di hadapan orang tuanya. Tangan menengadah seolah meminta sesuatu. “Pinjam ponsel, Mommy.”
“Untuk apa?”
“Pokoknya penting, demi masa depan kita.”
Bellinda sampai dibuat terkekeh dengan jawaban putranya yang selalu menggemaskan. Hari-harinya cukup sempurna dan bahagia walau tinggal berdua. “Jangan lama-lama, harus pergi ke sekolah.” Ia mengulurkan benda yang diminta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
himmy pratama
ayah macam apa arsen tu..!?
ya yg baik lah sikapnya..gmn anak mau luluh klo caranya bgtu
2024-04-28
3
Fitri ahmad
super hero kicil
2024-01-27
0
Eny Lurie
Ya ampuuun goSen , nggak gitu x cara mengambil hati anak kecil .. klo frontal gt malah Colvertnya semakin menjauh tauuu' haduuhh 🙄
2024-01-08
0