Part 17

Bellinda baru kembali ke apartemen saat hari menjelang malam. Hari ini urusan di restoran sangatlah banyak karena ada satu karyawan yang meninggal. Sehingga harus datang ke rumah duka, lalu ikut membantu ke restoran sampai mendapat pengganti.

Membawa tas belanjaan besar yang berisi berbagai kebutuhan sehari-hari, Bellinda menyusuri lorong menuju unit apartemennya. Tidak langsung menjemput Colvert di tempat Merry karena ingin meletakkan tentengan terlebih dahulu.

Jemari lentik itu menekan tombol di pintu. Baru berhasil memasukkan tiga angka, Bellinda merasakan ada yang menarik tangannya. “Eh ....” Tentu saja terkejut.

Arsen si pelaku utama. Dia mendorong tubuh mantan istri hingga punggung terpentok tembok di lorong. “Apa yang kau katakan pada anakku, ha?” Pertanyaan itu keluar dengan nada geram. Wajah sengaja didekatkan supaya Bellinda melihat kemarahannya.

“Aku menceritakan dan memberi tahu kalau kau adalah daddynya, seperti yang diminta.” Bellinda mengerutkan kening. Kenapa dia justru marah? Bukankah memang itu yang diinginkan?

“Pem—bo—hong!” Arsen menekan ditiap patahan kata tersebut. “Kau pasti menjelek-jelekkan aku, sampai Colvert jadi membenciku, lalu bersikap dingin, sombong, arogan pada daddynya sendiri. Iya, kan?” Dia sengaja menyentak tidak terima.

Bellinda mengusap dada yang berdebar karena terkejut oleh bentakan Arsen. Sudah lama dia tidak mendengar intonasi setinggi itu. “Kita bisa bicarakan masalahnya baik-baik. Ayo masuk, jangan di lorong, tidak enak jika pertengkaran ini didengar oleh penghuni lain.”

Bellinda lekas memasukkan pin dan membuka pintu apartemennya. Memberikan isyarat dengan kepala menunjuk dalam, untuk mempersilahkan Arsen masuk.

“Mau minum?” tawar Bellinda setelah mereka berada di dalam, dan ia berjalan menuju dapur untuk meletakkan belanjaan.

“Tidak, kau duduk dan kita selesaikan segera masalah penting ini!” tolak Arsen ditambah memberikan perintah sesuka hati seolah Bellinda harus mengikuti apa maunya.

Baiklah, Bellinda tidak membawakan minuman kalau begitu. Daripada tak diminum dan terbuang. Dia duduk di seberang Arsen. Masih tetap bermimik selembut sutra dalam menghadapi mantan suami yang tiba-tiba marah tidak jelas.

“Aku tidak menjelekkanmu pada Colvert. Sudah ku jelaskan padanya tentang statusmu yang merupakan daddynya juga,” ucap Bellinda.

“Oh, ya? Tapi, kenapa Colvert justru terlihat membenciku? Ketus sekali saat kuajak bicara.”

Bellinda juga tidak tahu kenapa. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan pada Colvert dalam kalimat yang tidak menjelekkan siapapun. “Nanti akan kunasehati supaya tidak memperlakukanmu buruk lagi. Aku minta maaf atas perilakunya yang kurang menyenangkan.”

“Kupegang ucapanmu itu.” Arsen menunjuk bibir Bellinda, otomatis membuat mata juga tertuju ke sana. Saat ada ulasan senyum, ia lekas berdiri supaya tidak lagi fokus di wajah mantan istri.

“Urusan selesai, aku pulang.” Arsen langsung menuju pintu. Tidak lupa berdeham setelah beberapa saat tadi melihat bibir tipis Bellinda, untuk menghilangkan sesuatu.

...........

Masih edisi weekend, tepatnya kini hari minggu. Bellinda sungguh menasehati Colvert supaya tidak ketus, kasar, sombong, dan angkuh pada orang tua sendiri.

“Bagaimanapun juga, dia adalah daddymu, Sayang. Jangan ulangi, ya?” Bellinda masih berjongkok di depan sang anak, mengusap puncak kepala si kecil dengan lembut.

Colvert mengangguk patuh. “Iya, Mommy.”

“Good boy.” Bellinda memeluk putranya penuh kasih sayang, lalu melepaskan lagi.

Ibu satu anak itu berdiri untuk mengambil sebuah papperbag yang berisi makanan. “Sekarang, tolong antarkan apple pie ini ke daddymu, ya?”

“Tidak mau,” tolak Colvert tanpa berpikir panjang.

“Sebagai permintaan maaf Colvert ke daddy karena kemarin berbicara tidak sopan. Mau, ya?” Bellinda tetap berusaha membujuk.

Seburuk apa pun Arsen, dia tidak mungkin tega kalau anaknya sampai membenci orang tua kandung.

“Baiklah.” Akhirnya Colvert pun mengalah. Dia menerima papperbag yang tidak terlalu besar itu sehingga bisa dengan mudah dibawa tangan kecilnya.

Keluar seorang diri, Colvert berdiri di depan pintu tetangga. Sedikit berjinjit supaya sampai menekan bel.

Kalau bukan karena mommynya, Colvert belum ada keinginan untuk berkunjung.

Tak lama, pintu pun terdengar dibuka dari dalam. Arsen langsung menyambut dengan senyuman. “Wuih ... Colvert bawa apa itu?”

Tapi, reaksi wajah Colvert belum bisa berubah. Dia langsung menyodorkan titipan mommynya. “Dasar tukang mengadu!” Bukannya meminta maaf, justru kekesalan yang diberikan.

Terpopuler

Comments

@bimaraZ

@bimaraZ

nah kan ini yg jadi bocah siapa?

2024-07-17

1

Levi Vina

Levi Vina

dasar tukang mengadu😅😅

2024-06-21

0

Soritua Silalahi

Soritua Silalahi

ga anak ga bapak sama sama cuek dan jutek 🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!