Bellinda memang meminjamkan ponsel. Tapi, ia tidak lepas pengawan begitu saja. Kedua bola mata menyusuri setiap raut juga gerak gerik putranya. Colvert terlihat serius sekali mengetikkan sesuatu.
Karena penasaran dengan apa yang membuat anak tercinta sampai fokus sekali di pagi hari, Bellinda pun menegakkan posisi duduk, lalu mencondongkan sedikit ke depan untuk mengintip. Ternyata, Colvert membaca rentetan nomor penting layanan yang umum digunakan oleh masyarakat.
Bellinda membiarkan karena itu bukan sesuatu yang bahaya. Ternyata, tak cukup sampai di situ, bocah lima tahun tersebut menempelkan ponsel ke telinga.
“Colvert menghubungi siapa?” tanya Bellinda.
Namun, yang ditanya justru berdesis seraya menempelkan telunjuk ke bibir, sebagai isyarat agar mommynya diam. Sementara tak lama kemudian, Colvert berbicara dengan seseorang di telepon.
“Halo? Ini Colvert. Aku tinggal di apartemen North Orleans, unit nomor dua enam sembilan.”
“Ya, Colvert. Ada yang bisa dibantu?”
“Aku punya tetangga baru. Dia gila, menggangguku terus, dan sekarang berdiri di depan pintuku. Tolong jemput, lalu bawa ke rumah sakit jiwa. Aku tidak bisa berangkat sekolah karena orang itu.”
“Bisa sebutkan bagaimana caranya mengganggu?”
“Aku tidak pernah mengenalnya. Baru pertama kali bertemu juga. Tapi, tiba-tiba dia memaksa untuk mengakui dan memanggil Daddy. Itu sangat aneh. Kalau bukan orang gila, pasti tak seperti itu.”
“Baik, petugas kami sedang bergerak ke sana.”
“Oke, terima kasih.”
Bellinda mengernyitkan kening dan menganga tak percaya. Putranya mengadukan seseorang ke rumah sakit jiwa? Dia lekas mengambil alih ponsel.
“Sayang, jangan sembarang melapor lagi, ya? Siapa tahu, tetangga kita tidak gila, dia hanya terobsesi memiliki anak sepertimu atau pernah mengalami trauma kehilangan.” Bellinda menasehati dengan suara lembut.
Colvert menunduk seakan merasa bersalah, padahal tidak. Dia hanya enggan untuk membantah. Tetap saja dalam hati merasa puas dan lega. “Iya, Mommy, maaf.”
“Sekarang, ambil tasmu dan kita berangkat. Mommy yang akan hadapi tetangga kalau dia mengganggu.”
Colvert segera turun dari kursi, lalu mengikuti perintah sang Mommy. “Aku sudah siap,” teriaknya saat tak mendapati orang tua di ruang makan lagi.
“Sebentar, Mommy sedang di dalam kamar mandi.”
Colvert menghentak-hentakkan kaki. Menanti sampai kesayangannya keluar. Tapi, saat telinga mendengar ada gaduh di luar, membuat radar ingin tahu untuk menuju ke arah pintu.
Bocah itu pun membuka dan sudah tak ada tetangga gila di depan apartemennya. Kemudian, menengok ke kanan, ternyata orang yang dimaksud sudah diseret oleh dua petugas berpakaian serba putih.
Senyum Colvert pun mengembang. “Semoga sembuh, tetanggaku ....” Dia berteriak dan melambaikan tangan.
Arsen pun menatap ke arah sumber suara. Matanya langsung melotot dan rahang mengeras. “Jadi, dia yang melapor?” Hembusan napas penuh rasa kesal pun keluar juga. “Bisa-bisanya anak sendiri melaporkan daddynya.”
...........
Arsen sampai marah-marah dan berdebat dengan petugas di rumah sakit jiwa karena asal membawa orang yang jelas sehat tanpa cela. Dia berdecak kesal ketika diperbolehkan pulang, tapi dengan catatan dijemput keluarga.
Ya ... beruntung sekali masih ada tiga sahabat yang rela pindah sementara dan bekerja dari Amsterdam sampai urusannya selesai. Jadi, sekarang Arsen duduk di dalam mobil bersama Madhiaz, Eduardo, dan Pierre.
Arsen menceritakan semua. Alasan ia sampai terseret di sarangnya manusia dengan gangguan kejiwaan. Dan ... tentu saja tiga teman laknat itu menertawakan, bahkan sampai terbahak-bahak.
“Begitu percaya diri teman kita ini, dengan pongah mengatakan mau mengambil anaknya. Tapi, lihatlah, justru berakhir dianggap gila,” ejek Pierre dengan fokus mata terus ke jalan.
“Memang seusia kita ini sedang lucu-lucunya,” tambah Eduardo.
“Terima saja. Anggaplah kau sedang menghadapi dirimu sendiri dengan versi lebih kecil,” tutur Madhiaz diakhiri menepuk bahu Arsen yang duduk di belakang bersamanya.
“Ck! Aku jadi heran. Dia itu anakku atau anak setan? Kalau tak ada benihku, mana ada bocah itu lahir ke dunia,” gerutu Arsen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Rochaya
mudh mdhn arsen cepat dekat lg sm ankny
2024-07-25
0
himmy pratama
anak setan berarti BPK nya setan jg dong 😀😀😀
2024-04-28
0
Harya Palupi
bapak setan kali🤣🤣🤣ada ada aja Thor 🤣🤣
2024-01-13
0