Cerita Sebelumnya
Dalam perjalanan menemui Mark Odison, Will dan kedua temannya telah kehilangan peta rahasia yang
didalamnya bersi sebuah kunci. Kedua benda titipan Nenek Alma Odison tersebut
dicuri oleh Seorang pemandu yang mengkhianati mereka. Mark Odison khawatir
kunci yang telah hilang tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak tepat.
Terlebih lagi kunci tersebut adalah kunci pembuka kurungan Raja Srigala yang
dikurung di dalam peti oleh leluhur Mark Odison.
Apakah pencuri kunci itu akan membuka peti kurungan Raja Srigala ?. Bila Raja Srigala bangkit
maka dimulailah awal pertempuran antara
kekuatan jahat yang akan menghancurkan umat manusia dengan para cahaya zodiak.
***
Di Kota Mount
City, Anne Gracia, dan Nujumi memandang Bintang dari kamar Bu Alma, Seorang Wanita Tua yang mereka jaga. Sakit Bu Alma juga tak kunjung membaik. Hal itu membuat Anne murung dan juga Nujumi juga
memikirkan keberadaan Tom, Will, dan Abraham tentunya nun jauh di Hutan Suaka.
Tiba- tiba bintang jatuh dari langit.
“Anne mungkinkah bintang yang jatuh itu adalah Aquarius ?” Tanya Nujumi.
“Ya Nujumi. Dan Aquarius adalah pertolongan. Pada siapakah aquarius itu jatuh …”
“Seseorang yang beruntung sepertimu Anne, yang memiliki sifat penolong di hatinya.” Jawab Nujumi.
***
Sinar Matahari perlahan memasuki celah- celah rerimbunan pepohonan di Hutan Suaka. Kegelapan
perlahan sirna. Will membuka matanya, diikuti oleh kedua temannya, Tom dan Ham.
Tapi tak mereka temukan Paman Mark Odison di sekitarnya.
Ternyata di luar menara Mark sudah melaksanakan kegiatan hariannya sebagai penjaga Hutan
Suaka. Di sekitar Mark sudah tampak susunan- susunan katu yang baru dibelahnya.
“Selamat Pagi Nak Muda ..” sapa Mark.
“ Pagi paman “ jawab mereka serentak.
“Ayo olahraga, untuk melemaskan otor- otot kalian setelah menempuh perjalanan kemarin” Ajak
Mark.
“iya Paman….”
“Auhh” Tom merasa badannya begitu pegal setelah berjalan jauh.
“Ayo peregangan “
“Peregangan semua…, kita akan berlari kecil menuju Air Terjun “ajak Mark.
***
Shara Setty, Vandora dan Kentaro telah sampai di Bukit Tapal. Kentaro bahagia di rumah
perkebunannya. Ia masuk ke kamarnya sendiri. Sementara Shara Setty dan Vandora
berada di kamar tamu yang digunakan sesekali kalau- kalau ada keluarga Kentaro
datang.
Miss Teria, kakak Kentaro menyambut mereka dengan begitu ramah. Miss Teria, yang biasa dipanggil Teria
adalah seseorang yang cantik dan baik. Di rumah kecilnya yang asri dan sejuk,
Teria memelihara seekor kucing yang dipanggilnya Miao, kucing itu juga menjadi
temannya. Tentu saja dengan kehadiran Shara dan Vandora, Teria menjadi lebih
senang.
Kedatangan Adiknya Kentaro membuat kebetulan yang baik, sebab Ibu Kent baru saja pergi ke
kota untuk menyusul ayahnya. Di perjalanan tadi barangkali Ibu Kent berselisih
dengannya, karena Kent dan Shara mengambil jalan lintas dan terburu- buru dari
kejaran Bilt dan Pilt.
Diruang Tamu Vandora telah asik bermain dengan Mioa. Kucing Teria itu begitu asik bercanda
tengan Vandora.
“Ha ..Ha…”
Vandora sudah mulai tertawa dan melupakan kesedihannya.
***
Di Air Terjun Serigala.
Mailend terjatuh. Kakinya tergores cadas. Berdarah. Tapi ia mengikat kakinya dengan
potongan bajunya yang telah basah. Ia mulai bangkit dan terus memanjat tebing
yang dihuni air terjun. Dan Berhasil.
“Hap ..” Mailend berhasil menggapai batu pegangan untuk mengangkat badannya. Hanya
percikan air terjun sekarang dan ia telah berada di ruang di sebalik air
terjun. Mailend mengitari dataran itu menuju goa sempit. Dari kejauahn tampak
pantulan cahaya dari sebuah kotak peti yang memantulkan cahaya permata. Pantulan
cahaya dari permata yang diincar Mailend. Peti itu tegak berdiri seperti sebuah
lemari.
Mailend memasuki goa itu dengan kai terpincang- pincang dan kelelawar beterbangan. Ia
mengambil kunci dari ikatan pinggangnya. Untuk melepaskan permata itu Ia harus
membuka kunci peti itu. Dengan tangan gemetar kedinginan Mailend memasukkan
anak kunci tua itu ke lubangnya.
“Kree…..kkk” kunci itu itu masih pas. Agak berkarat karena tak digunakan sekian lama.
“klip “Pintu peti terbuka. Mailend agak menjauh.
“Ting …ting…” Permata itu jatuh terlepas dari peti menggelinding di goa. Mailend bergegas
memungutnya.
“Hap “Mailend memungut permata itu dan bergegas pergi dengan kaki terpincang- pincang. Dari
kejauhan di belakang Mailend menoleh. Tampak kegelapan di dalam isi peti yang
telah terbuka. Mailend tak peduli dengan kuncinya dan petinya. Permata yang ia
cari telah didapatkannya.
Mailend telah di luar goa beserta kelelawar yang beterbangan. Mailend terpincang- pincang
berlari jauh. Jauh meninggalkan Air Terjun Serigala. Setelah jauh terdengar
llongan serigala di belakang Mailend. Suara lolongan serigala di sekitar air
terjun Serigala.
“Auuuuuuuuuuuuuuuuu………”
Lolongan Panjang dipagi yang buta. Membuat bulu roma merinding. Menyeramkan.
***
Mark Odison bersiap melepas keberangkatan tiga anak muda untuk kembali ke Kota Mount City.
Will John, Tom Garsen dan Abraham Gellier bersiap menuruni semak belukar di
bawah Menara Bintang.
“Will …” Sapa Mark Odison.
“Ada apa Paman ?”
“Paman titipkan Pedang Odison ini pada mu ?” Kata Mark.
“Kenapa, bukankah pedang ini pedang turun temurun keluarga Odison ?” Tanya Will heran,
begitu juga dua temannya, Abraham dan Tom.
“Sebagai penjagaan dalam perjalanan melintasi hutan suaka ini. Senapan saja tidak cukup
“ Pesan Mark. Dalam hatinya Mark Odison mengatakan bahwa maafkan Ayah, Will.
Ini saat yang belum tepat untuk mengatakan siapa ayahm. Mata Mark berlinangan
air mata.
“Terimakasih Paman “ Kata Will mengambil Pedang itu.
“Ya Paman. Kami akan berhati- hati “ kata Abraham.
“Dan lebih Siaga “ Jawab Tom.
Dan terdengar suara “ Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” Lolongan srigala dari kejauahan.
Lolongan Serigala itu membuat rasa takut didalam melintasi hutam. Mereka semua diam
sampai Mark berkata “ Hati- hati…”.
Will berjalan di depan menuruni bebatuan dan belukar,di belakangnya menyusul Abraham, dan
yang paling dibelakang adalah Tom, mereka semua berjalan beriringan. Tom Garsen
dengan siaga memeluk senapan yang ia dapatkan sepeninggalan Mailend. Mark Odison
telah jauh di belakang. Menara Bintang sudah tidak terlihat lagi dari
pandangan.
“Grrrrr…” Suara serigala di belakang mereka.
“SSS!!!” Bisik Ham dengan sedikit menunduk dan berjongkok.
“Tiarap …” Kata Will. Mengajak teman- temannya tiarap dan berjalan pelan mendekati pohon
Pinus.
“Ayo…” Teriak Wil mengajak dua temannya memanjat.
“Srrrkkkk” Langkah Serigala mengejar mengetahui keberadaan mereka. Tepat ketika mereka
telah berada di pohon, serigala sudah mengitari batang pohon. Will Sudah berada
di dahan pohon. Dia bergerak lebih ke atas. Ham di bawahnya, dia baru
menjangkau dahan pertama. Dan Tom masih memeluk pokok pohon untuk memanjat
lebih tinggi. Ia juga masih memeluk senapannya. Dibawah ketiganya tiga ekor
serigala telah terjulur ldahnya, serta menetes air liurnya.
“Aman kawan, tak lama lagi serigala itu akan mati “Kata Tom yang telah duduk di dahan pohon
pinus untuk menembak serigala itu.
“Awas Tom …” Kata Will dan Abraham bersamaan.
“Krak..” Dahan yang di duduki Tom patah.
“Lemparkan senapan !” Seru Ham. Tom yang terjatuh melempar senapan kepada Ham. Ham
menyambutnya. Di bawah serigala juga menyambut Tom. Tom memukul serigala itu
dengan ranselnya, saat serigala itu menyambarnya. Serigala itu serlempar. Tom
terduduk.
Sementara di atas Ham berusaha membidik serigala itu dengan senapan.
“Jangan Ham “ Will melarang Ham melepas tembakan, sebab dibawah Tom sedang bertarung dengan
serigala itu. Amat sulit menentukan sasaran. Tetapi terlambat.
“Dooor” peluru melesat tepat mengenai kaki kiri serigala itu.
“Aingg…” Serigala itu lari kesemak- semak.
“Tom ?” Tanya Abraham.
“Aku tidak apa- apa , hanya jaket dan lengan bajuku sobek” Jawab Tom. Kemudian Will dan
Ham turun untuk membantu Tom. Ketiganya kemudian mengejar serigala pincang itu
ke semak- semak. Tak jauh mengejar, kemudian terdengar suara “Auhhh” dibalik semak semak. Ketiganya bingung.
Kemudian berusaha melihat apa yang ada dibalik semak- semak. Ternyata di sana adalah seorang anak lelaki yang terluka kakinya, bersembunyi. Dan dia adalah
Mailend.
“Mailend ?” Selidik Will tak percaya.
“Apakah kau manusia serigala ?” Tuduh Tom yang jaketnya sobek.
“Bukan …bukan. Serigala itu pergi ke arah sana “ Tunjuk Mailend ke satu arah.
“Ya Benar, Tom “Sahut Abraham membenarkan Mailend yang tengah merintih sakit.
“Lalu mengapa kakimu terluka ?” Selidik Will sembari melihat kaki kanan Mailend yang terluka
gores, berbeda dengan serigala yang tertembak kaki kirinya. Maka percayalah
Will dalam hatinya bahwa Mailend bukanlah manusia serigala.
“Maafkan aku berkhianat kepada kalian tempo hari, aku mengambil kunci itu untuk mencari
harta karun di air terjun. Tapi tak pernah kudapatkan. Malah aku mendapatkan
luka oleh goresan cadas” Pengakuan Mailend berbohong, bahwa sebenarnya permata
telah ia dapatkan dari peti Raja Serigala.
“Baiklah …kami memafkanmu, hanya karena kau sedang terluka “ jawab Will bijak.
“Bukankah itu kunci yang diceritakan Mark ?” Hambaran menduga sembari menatap Will untuk
menyimpulkan sesuatu.
“Mailend ? Kau telah membebaskan Raja Serigala ? !” Will bertanya sembari marah. Pertanyaannya
cukup keras dari nada suaranya.
“…”Mailend hanya diam dan menunduk.
“Tidak apa- apa Will, kita akan membunuh raja serigala dengan pedang Odison itu. Pedang itu
sudah diberikan Paman Mark padamu “ Kata Tom percaya diri sembari menenteng
senapan Mailend.
“Apakah Raja Serigala sebentuk Vampire ? “ Tanya Will pada Mailend yang telah membuka peti
itu.
“Aku tidak memperhatikannya. Aku terburu- buru . Disana begitu gelap “
“Will. Hanya pedang Odison yang dapat membunuhnya. Ayo kita lanjutkan petualangan ini” Ajak
Abraham.
Will dan teman- temannya menerima kehadiran Mailend untuk meneruskan perjalanan keluar
dari hutan suaka. Mailend telah membalut kakinya yang luka namun masih berjalan
tertatih. Hari mulai kelam. Mereka harus berhenti untuk membuat tenda dan
bermalam. Api telah hidup memanaskan alam di sekitar mereka. Abraham dan Tom
telah tertidur di tenda. Mailend berada di luar bersama Will. Tak lama Mailend
tertidur juga, baru kemudian Will tertidur. Dia masih curiga pada ucapan Mailend.
Dan Akhirnya Will benar- benar tertidur.
***
Hari telah pagi. Matahari memancarkan sinarnya perlahan mengusir fajar. Tapi udara masih
terasa begitu dingin. Will, Tom dan Ham masih meringkuk dalam tidurnya. Mailend
telah bersiap- siap pergi meninggalkan tiga orang sekawan itu.
“Maafkan aku, pergi sekali lagi. Biarlah aku sendiri yang akan menumpas Raja Srigala” Kata
Mailend pelan. Ia begitu merasa bersalah mengkhianati Will dan yang lainnya
sekali lagi.
Kemudian Mailend pergi. Tapi tidak lupa ia menyelipkan pedang Odison di pinggangnya.
Beberapa saat kemudian Tom Garsen bangun. Tom terbangun karena gelisah,
Potongan bajunya yang robek telah ia berikan sebagai pembalut luka kaki
Mailend.
“Bangun- bangun, Mailend telah pegi. Ia mencuri pedang Odison !” Will dan Abraham
terbangun.
“Ia menipu kita lagi .” Keluh Ham.
“Sudah sejak semula aku masih meragukan dia …” Sambut Will.
“Lalu bagaimana dengan pedang Odison ?” Tanya Tom.
“Tenang …, sebaiknya kita mencari keberadaan Mailend, menemukan dia untuk pedang Odison,
Tampa Pedang Odison kita tak akan kembali ke Mount City.” Jawab Will.
Will telah menenangkan Tom dan Ham. Mereka bertiga kemudian melanjutkan perjalanan jauh.
Telah lama berjalan, cuaca sudah hangat. Matahari telah naik tinggi, ada
kalanya mereka istirahat dan kembali melanjutkan perjalanan. Senja telah tiba
dan perkampungan sudah dekat. Mereka sudah berjalan sampai di batas Hutan Suaka
kemudian terdengar suara air terjun dari kejauahan. Ditempat yang sudah berada
dekat di perkampungan.
“Ada air terjun Ayo kesana !” Ajak Tom. Ke air terjun bisa untuk melepas lelah, meminum
seteguk air, mandi dan menikmati kesegaran udara di sekitar air terjun yang
sejuk.
“Ayo …” Kata Will dan Abraham mempercepat langkah.
“Tunggu. Stop…” Kata Will memperlambat langkahnya.
“Ada apa ?”
“Ada bidadari …” Kata Will.
“Oh ya, Mari kita ambil selendangnya dan ia akan menjadi pelayan kita “ Sahut Tom Garsen
yang berniat mengambil pakaian Sang Bidadari. Ia begitu percaya legenda,
“Mana mungkin bidadari. Ini perbatasan hutan dan perkampungan, itu handuk bukan selendang “
Jelas Abraham, sementara Will tersenyum oleh candaannya.
“Ambill !” Seru Tom yang berlari mengambil handuk bidadari itu.
“Pencuri ! tolong “ Teriak bidadari itu mengejar Tom.
“Kalian temannya ?” Tanya bidadari itu pada Will
dan Abraham. Bidadari itu sudah selesai mandinya dan telah berpakaian lengkap.
“Iya maaf …” kata Will.
“Ia mengiramu bidadari “Jelas Abraham.
“Hah ? Bidadari ? “Gadis itu bingung.
“Untung saja aku sudah selesai mandi dan berpakaian, dasar Nakal !” Marah gadis itu.
“Maaf. Tom Kembali !” Teriak Will. Dan Tom pun kembali.
“Maaf aku pikir kau bidadari ….” Kata Tom malu dan tertunduk.
“Siapa nama kalian ?”
“Aku Will”
“Aku Tom, ini handukmu” Tom menyerahkan handuk gadis itu.
“Abraham, panggil saja Ham , Kamu ?”
“Miss Teria, panggil saja Teria” Jawab Teria. Sembari menerima kembali barangnya dari Tom.
Sebagai mana sikap Teria yang ramah dan baik. Ia pun mengajak Will, Tom dan Ham untuk
berkunjung ke rumahnya. Teria tahu bahwa mereka para musafir lelah setelah
berkelana di dalam Hutan Suaka.
***
Hari telah gelap. Malam telah datang. Mailend bermalam di lobang kayu besar di atas pohon.
Lobang kayu bekas sarang beruang untuk beristirahat selama musim dingin. Tidak
begitu jauh di atas pohon tapi cukup melindungi. Sesekali Mailend melihat ke
bawah.
Rembulan malam itu bersinar kuat, berbeda dari purnama sebelumnya.
“Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu….”
Nun jauh di air terjun. Raja Serigala telah ke luar dari petinya. Ia berlari, meloncat
mencari mangsa. Seekor kelinci telah berada di mulutnya. Kemudian ia muntahkan.
“Manusia………………….gr gr gr gr” katanya menyeramkan. Ia begitu merindukan darah manusia.
Mailend mengintip ke bawah dari lobang kayunya. Ia bergidik ngeri melihat sebuah
bayangan berkelecat meneteskan darah di mulutnya.
“Raja Serigala ……………” katanya dalam hati sembari menahan napas.
Raja Serigala begitu beringas. Mailend Takut. Ia sadar tidak bisa mengalahkan Raja Serigala
sendiri walaupun dengan pedang Odison. Mailend menyesal mengambilnya dari Will.
Mailend begitu pucat, kaku dan berkeringat.
Raja Serigala seperti mencium aroma manusia. Ia mendengus ke seala arah.
“Tuhan Tolong Aku …” Kata Mailend dalam hati. Ia memejamkan mata.
Raja Serigala mendongak ke atas pohon tinggi. Ia memekik.
“Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”
Mailend pun pinsan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments