BAB V AIR TERJUN BIDADARI

Cerita Sebelumnya

                Dalam perjalanan menemui Mark Odison, Will dan kedua temannya telah kehilangan peta rahasia yang

didalamnya bersi sebuah kunci. Kedua benda titipan Nenek Alma Odison tersebut

dicuri oleh Seorang pemandu yang mengkhianati mereka. Mark Odison khawatir

kunci yang telah hilang tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak tepat.

Terlebih lagi kunci tersebut adalah kunci pembuka kurungan Raja Srigala yang

dikurung di dalam peti oleh leluhur Mark Odison.

                Apakah pencuri kunci itu akan membuka peti kurungan Raja Srigala ?. Bila Raja Srigala bangkit

maka  dimulailah awal pertempuran antara

kekuatan jahat yang akan menghancurkan umat manusia dengan para cahaya zodiak.

                                                                    ***

Di Kota Mount

City, Anne Gracia, dan Nujumi memandang Bintang dari kamar Bu Alma,  Seorang Wanita Tua yang mereka jaga. Sakit Bu Alma juga tak kunjung membaik. Hal itu membuat Anne murung dan juga Nujumi juga

memikirkan keberadaan Tom, Will, dan Abraham tentunya nun jauh di Hutan Suaka.

Tiba- tiba bintang jatuh dari langit.

“Anne mungkinkah bintang yang jatuh itu adalah Aquarius ?” Tanya Nujumi.

“Ya Nujumi. Dan Aquarius adalah pertolongan. Pada siapakah aquarius itu jatuh …”

“Seseorang  yang beruntung sepertimu Anne, yang memiliki sifat penolong di hatinya.” Jawab Nujumi.

                                                        ***

Sinar Matahari perlahan memasuki celah- celah rerimbunan pepohonan di Hutan Suaka. Kegelapan

perlahan sirna. Will membuka matanya, diikuti oleh kedua temannya, Tom dan Ham.

Tapi tak mereka temukan Paman Mark Odison di sekitarnya.

Ternyata di luar menara Mark sudah melaksanakan kegiatan hariannya sebagai penjaga Hutan

Suaka. Di sekitar Mark sudah tampak susunan- susunan katu yang baru dibelahnya.

“Selamat Pagi Nak Muda ..” sapa Mark.

“ Pagi paman “ jawab mereka serentak.

“Ayo olahraga, untuk melemaskan otor- otot kalian setelah menempuh perjalanan kemarin” Ajak

Mark.

“iya Paman….”

“Auhh” Tom merasa badannya begitu pegal setelah berjalan jauh.

“Ayo peregangan “

“Peregangan semua…, kita akan berlari kecil menuju Air Terjun “ajak Mark.

                                                            ***

Shara Setty, Vandora dan Kentaro telah sampai di Bukit Tapal. Kentaro bahagia di rumah

perkebunannya. Ia masuk ke kamarnya sendiri. Sementara Shara Setty dan Vandora

berada di kamar tamu yang digunakan sesekali kalau- kalau ada keluarga Kentaro

datang.

Miss Teria, kakak Kentaro menyambut mereka dengan begitu ramah. Miss Teria, yang biasa dipanggil Teria

adalah seseorang yang cantik dan baik. Di rumah kecilnya yang asri dan sejuk,

Teria memelihara seekor kucing yang dipanggilnya Miao, kucing itu juga menjadi

temannya. Tentu saja dengan kehadiran Shara dan Vandora, Teria menjadi lebih

senang.

Kedatangan Adiknya Kentaro membuat kebetulan yang baik, sebab Ibu Kent baru saja pergi ke

kota untuk menyusul ayahnya. Di perjalanan tadi barangkali Ibu Kent berselisih

dengannya, karena Kent dan Shara mengambil jalan lintas dan terburu- buru dari

kejaran Bilt dan Pilt.

Diruang Tamu Vandora telah asik bermain dengan Mioa. Kucing Teria itu begitu asik bercanda

tengan Vandora.

“Ha ..Ha…”

Vandora sudah mulai tertawa dan melupakan kesedihannya.

                                                    ***

Di Air Terjun Serigala.

Mailend terjatuh. Kakinya tergores cadas. Berdarah. Tapi ia mengikat kakinya dengan

potongan bajunya yang telah basah. Ia mulai bangkit dan terus memanjat tebing

yang dihuni air terjun. Dan Berhasil.

“Hap ..” Mailend berhasil menggapai batu pegangan untuk mengangkat badannya. Hanya

percikan air terjun sekarang dan ia telah berada di ruang di sebalik air

terjun. Mailend mengitari dataran itu menuju goa sempit. Dari kejauahn tampak

pantulan cahaya dari sebuah kotak peti yang memantulkan cahaya permata. Pantulan

cahaya dari permata yang diincar Mailend. Peti itu tegak berdiri seperti sebuah

lemari.

Mailend memasuki goa itu dengan kai terpincang- pincang dan kelelawar beterbangan. Ia

mengambil kunci dari ikatan pinggangnya. Untuk melepaskan permata itu Ia harus

membuka kunci peti itu. Dengan tangan gemetar kedinginan Mailend memasukkan

anak kunci tua itu ke lubangnya.

“Kree…..kkk” kunci itu itu masih pas. Agak berkarat karena tak digunakan sekian lama.

“klip “Pintu peti terbuka. Mailend agak menjauh.

“Ting …ting…” Permata itu jatuh terlepas dari peti menggelinding di goa. Mailend bergegas

memungutnya.

“Hap “Mailend memungut permata itu dan bergegas pergi dengan kaki terpincang- pincang. Dari

kejauhan di belakang Mailend menoleh. Tampak kegelapan di dalam isi peti yang

telah terbuka. Mailend tak peduli dengan kuncinya dan petinya. Permata yang ia

cari telah didapatkannya.

Mailend telah di luar goa beserta kelelawar yang beterbangan. Mailend terpincang- pincang

berlari jauh. Jauh meninggalkan Air Terjun Serigala. Setelah jauh terdengar

llongan serigala di belakang Mailend. Suara lolongan serigala di sekitar air

terjun Serigala.

“Auuuuuuuuuuuuuuuuu………”

Lolongan Panjang dipagi yang buta. Membuat bulu roma merinding. Menyeramkan.

                                                    ***

Mark Odison bersiap melepas keberangkatan tiga anak muda untuk kembali ke Kota Mount City.

Will John, Tom Garsen dan Abraham Gellier bersiap menuruni semak belukar di

bawah Menara Bintang.

“Will …” Sapa Mark Odison.

“Ada apa Paman ?”

“Paman titipkan Pedang Odison ini pada mu ?” Kata Mark.

“Kenapa, bukankah pedang ini pedang turun temurun keluarga Odison ?” Tanya Will heran,

begitu juga dua temannya, Abraham dan Tom.

“Sebagai penjagaan dalam perjalanan melintasi hutan suaka ini. Senapan saja tidak cukup

“ Pesan Mark. Dalam hatinya Mark Odison mengatakan bahwa maafkan Ayah, Will.

Ini saat yang belum tepat untuk mengatakan siapa ayahm. Mata Mark berlinangan

air mata.

“Terimakasih Paman “ Kata Will mengambil Pedang itu.

“Ya Paman. Kami akan berhati- hati “ kata Abraham.

“Dan lebih Siaga “ Jawab Tom.

Dan terdengar suara “ Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” Lolongan srigala dari kejauahan.

Lolongan Serigala itu membuat rasa takut didalam melintasi hutam. Mereka semua diam

sampai Mark berkata “ Hati- hati…”.

Will berjalan di depan menuruni bebatuan dan belukar,di belakangnya menyusul Abraham, dan

yang paling dibelakang adalah Tom, mereka semua berjalan beriringan. Tom Garsen

dengan siaga memeluk senapan yang ia dapatkan sepeninggalan Mailend. Mark Odison

telah jauh di belakang. Menara Bintang sudah tidak terlihat lagi dari

pandangan.

“Grrrrr…” Suara serigala di belakang mereka.

“SSS!!!” Bisik Ham dengan sedikit menunduk dan berjongkok.

“Tiarap …” Kata Will. Mengajak teman- temannya tiarap dan berjalan pelan mendekati pohon

Pinus.

“Ayo…” Teriak Wil mengajak dua temannya memanjat.

“Srrrkkkk” Langkah Serigala mengejar mengetahui keberadaan mereka. Tepat ketika mereka

telah berada di pohon, serigala sudah mengitari batang pohon. Will Sudah berada

di dahan pohon. Dia bergerak lebih ke atas. Ham di bawahnya, dia baru

menjangkau dahan pertama. Dan Tom masih memeluk pokok pohon untuk memanjat

lebih tinggi. Ia juga masih memeluk senapannya. Dibawah ketiganya tiga ekor

serigala telah terjulur ldahnya, serta menetes air liurnya.

“Aman kawan, tak lama lagi serigala itu akan mati “Kata Tom yang telah duduk di dahan pohon

pinus untuk menembak serigala itu.

“Awas Tom …” Kata Will dan Abraham bersamaan.

“Krak..” Dahan yang di duduki Tom patah.

“Lemparkan senapan !” Seru Ham. Tom yang terjatuh melempar senapan kepada Ham. Ham

menyambutnya. Di bawah serigala juga menyambut Tom. Tom memukul serigala itu

dengan ranselnya, saat serigala itu menyambarnya. Serigala itu serlempar. Tom

terduduk.

Sementara di atas Ham berusaha membidik serigala itu dengan senapan.

“Jangan Ham “ Will melarang Ham melepas tembakan, sebab dibawah Tom sedang bertarung dengan

serigala itu. Amat sulit menentukan sasaran. Tetapi terlambat.

“Dooor” peluru melesat tepat mengenai kaki kiri serigala itu.

“Aingg…” Serigala itu lari kesemak- semak.

“Tom ?” Tanya Abraham.

“Aku tidak apa- apa , hanya jaket dan lengan bajuku sobek” Jawab Tom. Kemudian Will dan

Ham turun untuk membantu Tom. Ketiganya kemudian mengejar serigala pincang itu

ke semak- semak. Tak jauh mengejar,  kemudian terdengar suara “Auhhh” dibalik semak semak. Ketiganya bingung.

Kemudian berusaha melihat apa yang ada dibalik semak- semak. Ternyata di sana adalah seorang anak lelaki yang terluka kakinya, bersembunyi. Dan dia adalah

Mailend.

“Mailend ?” Selidik Will tak percaya.

“Apakah kau manusia serigala ?” Tuduh Tom yang jaketnya sobek.

“Bukan …bukan. Serigala itu pergi ke arah sana “ Tunjuk Mailend ke satu arah.

“Ya Benar, Tom “Sahut Abraham membenarkan Mailend yang tengah merintih sakit.

“Lalu mengapa kakimu terluka ?” Selidik Will sembari melihat kaki kanan Mailend yang terluka

gores, berbeda dengan serigala yang tertembak kaki kirinya. Maka percayalah

Will dalam hatinya bahwa Mailend bukanlah manusia serigala.

“Maafkan aku berkhianat kepada kalian tempo hari, aku mengambil kunci itu untuk mencari

harta karun di air terjun. Tapi tak pernah kudapatkan. Malah aku mendapatkan

luka oleh goresan cadas” Pengakuan Mailend berbohong, bahwa sebenarnya permata

telah ia dapatkan dari peti Raja Serigala.

“Baiklah …kami memafkanmu, hanya karena kau sedang terluka “ jawab Will bijak.

“Bukankah itu kunci yang diceritakan Mark ?” Hambaran menduga sembari menatap Will untuk

menyimpulkan sesuatu.

“Mailend ? Kau telah membebaskan Raja Serigala ? !” Will bertanya sembari marah. Pertanyaannya

cukup keras dari nada suaranya.

“…”Mailend hanya diam dan menunduk.

“Tidak apa- apa Will, kita akan membunuh raja serigala dengan pedang Odison itu. Pedang itu

sudah diberikan Paman Mark padamu “ Kata Tom percaya diri sembari menenteng

senapan Mailend.

“Apakah Raja Serigala sebentuk Vampire ? “ Tanya Will pada Mailend yang telah membuka peti

itu.

“Aku tidak memperhatikannya. Aku terburu- buru . Disana begitu gelap “

“Will. Hanya pedang Odison yang dapat membunuhnya. Ayo kita lanjutkan petualangan ini” Ajak

Abraham.

Will dan teman- temannya menerima kehadiran Mailend untuk meneruskan perjalanan keluar

dari hutan suaka. Mailend telah membalut kakinya yang luka namun masih berjalan

tertatih. Hari mulai kelam. Mereka harus berhenti untuk membuat tenda dan

bermalam. Api telah hidup memanaskan alam di sekitar mereka. Abraham dan Tom

telah tertidur di tenda. Mailend berada di luar bersama Will. Tak lama Mailend

tertidur juga, baru kemudian Will tertidur. Dia masih curiga pada ucapan Mailend.

Dan Akhirnya Will benar- benar tertidur.

                                                            ***

Hari telah pagi. Matahari memancarkan sinarnya perlahan mengusir fajar. Tapi udara masih

terasa begitu dingin. Will, Tom dan Ham masih meringkuk dalam tidurnya. Mailend

telah bersiap- siap pergi meninggalkan tiga orang sekawan itu.

“Maafkan aku, pergi sekali lagi. Biarlah aku sendiri yang akan menumpas Raja Srigala” Kata

Mailend pelan. Ia begitu merasa bersalah mengkhianati Will dan yang lainnya

sekali lagi.

Kemudian Mailend pergi. Tapi tidak lupa ia menyelipkan pedang Odison di pinggangnya.

Beberapa saat kemudian Tom Garsen bangun. Tom terbangun karena gelisah,

Potongan bajunya yang robek telah ia berikan sebagai pembalut luka kaki

Mailend.

“Bangun- bangun, Mailend telah pegi. Ia mencuri pedang Odison !” Will dan Abraham

terbangun.

“Ia menipu kita lagi .” Keluh Ham.

“Sudah sejak semula aku masih meragukan dia …” Sambut Will.

“Lalu bagaimana dengan pedang Odison ?” Tanya Tom.

“Tenang …, sebaiknya kita mencari keberadaan Mailend, menemukan dia untuk pedang Odison,

Tampa Pedang Odison kita tak akan kembali ke Mount City.” Jawab Will.

Will telah menenangkan Tom dan Ham. Mereka bertiga kemudian melanjutkan perjalanan jauh.

Telah lama berjalan, cuaca sudah hangat. Matahari telah naik tinggi, ada

kalanya mereka istirahat dan kembali melanjutkan perjalanan. Senja telah tiba

dan perkampungan sudah dekat. Mereka sudah berjalan sampai di batas Hutan Suaka

kemudian terdengar suara air terjun dari kejauahan. Ditempat yang sudah berada

dekat di perkampungan.

“Ada air terjun Ayo kesana !” Ajak Tom. Ke air terjun bisa untuk melepas lelah, meminum

seteguk air, mandi dan menikmati kesegaran udara di sekitar air terjun yang

sejuk.

“Ayo …” Kata Will dan Abraham mempercepat langkah.

“Tunggu. Stop…” Kata Will memperlambat langkahnya.

“Ada apa ?”

“Ada bidadari …” Kata Will.

“Oh ya, Mari kita ambil selendangnya dan ia akan menjadi pelayan kita “ Sahut Tom Garsen

yang berniat mengambil pakaian Sang Bidadari. Ia begitu percaya legenda,

“Mana mungkin bidadari. Ini perbatasan hutan dan perkampungan, itu handuk bukan selendang “

Jelas Abraham, sementara Will tersenyum oleh candaannya.

“Ambill !” Seru Tom yang berlari mengambil handuk bidadari itu.

“Pencuri ! tolong “ Teriak bidadari itu mengejar Tom.

“Kalian temannya  ?” Tanya bidadari itu pada Will

dan Abraham. Bidadari itu sudah selesai mandinya dan telah berpakaian lengkap.

“Iya maaf …” kata Will.

“Ia mengiramu bidadari “Jelas Abraham.

“Hah ? Bidadari ? “Gadis itu bingung.

“Untung saja aku sudah selesai mandi dan berpakaian, dasar Nakal !” Marah gadis itu.

“Maaf. Tom Kembali !” Teriak Will. Dan Tom pun kembali.

“Maaf aku pikir kau bidadari ….” Kata Tom malu dan tertunduk.

“Siapa nama kalian ?”

“Aku Will”

“Aku Tom, ini handukmu” Tom menyerahkan handuk gadis itu.

“Abraham, panggil saja Ham , Kamu ?”

“Miss Teria, panggil saja Teria” Jawab Teria. Sembari menerima kembali barangnya dari Tom.

Sebagai mana sikap Teria yang ramah dan baik. Ia pun mengajak Will, Tom dan Ham untuk

berkunjung ke rumahnya. Teria tahu bahwa mereka para musafir lelah setelah

berkelana di dalam Hutan Suaka.

                                                                ***

Hari telah gelap. Malam telah datang. Mailend bermalam di lobang kayu besar di atas pohon.

Lobang kayu bekas sarang beruang untuk beristirahat selama musim dingin. Tidak

begitu jauh di atas pohon tapi cukup melindungi. Sesekali Mailend melihat ke

bawah.

Rembulan malam itu bersinar kuat, berbeda dari purnama sebelumnya.

“Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu….”

Nun jauh di air terjun. Raja Serigala telah ke luar dari petinya. Ia berlari, meloncat

mencari mangsa. Seekor kelinci telah berada di mulutnya. Kemudian ia muntahkan.

“Manusia………………….gr gr gr gr” katanya menyeramkan. Ia begitu merindukan darah manusia.

Mailend mengintip ke bawah dari lobang kayunya. Ia bergidik ngeri melihat sebuah

bayangan berkelecat meneteskan darah di mulutnya.

“Raja Serigala ……………” katanya dalam hati sembari menahan napas.

Raja Serigala begitu beringas. Mailend Takut. Ia sadar tidak bisa mengalahkan Raja Serigala

sendiri walaupun dengan pedang Odison. Mailend menyesal mengambilnya dari Will.

Mailend begitu pucat, kaku dan berkeringat.

                Raja Serigala seperti mencium aroma manusia. Ia mendengus ke seala arah.

“Tuhan Tolong Aku …” Kata Mailend dalam hati. Ia memejamkan mata.

Raja Serigala mendongak ke atas pohon tinggi. Ia memekik.

“Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”

Mailend pun pinsan.

                                                                    ***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!