BAB II ABRAHAM GELLIER

Cerita Sebelumnya

                Surat yang diterima Will John dari Paman Boro Stockson yang mengabarkan kematian Neneknya

Olivia John membuat dunia Will runtuh. Dalam kehampaan hatinya ia memutuskan

untuk berkelana mengembarai dunia. Sementara itu Shara Setty yang kehilangan

sahabat- sahabatnya, yaitu kehilangan Will John dan Tom Garsen membuatnya juga

memutuskan untuk mengembara, Namun sebelum pergi, Shara menerima titipan surat

dari Nenek Olivia John, bila saja dalam pengembaraannya itu menemui will.

                                                            ***

“Astaga Pak !!! “ Teriak ibu Shara Setty menuruni tangga rumahnya. Teriakannya itu membuat

Ayah Shara Setty yang berada di ruang bawah terkejut.

“Ada apa ?” Tanya Ayah Shara pada ibunya yang baru saja menuruni tangga dari kamar Shara

yang memang berada di lantai atas.

“Shara Kabur …dia tidak ada dikamarnya …hiks hiks” Ibu Shara menagis cemas.

“Apa ?  sial…,. Panggil Bi Rolly cepat !” kata ayah

Shara meminta pembantu- pembantunya memanggil Bi Rolly yang tak lain adalah Ibu

Tom Garsen.

Setelah Bi Rolly sampai di ruangan itu. Ayah Shara settee langsung membuat kesimpulan

dengan mengatakan, “Bi Rolly, Anakku Shara pasti menyusul anakmu !, katakana

kemana dia pergi !”

“Maaf Pak, saya tidak yakin seperti itu. Kalau memang demikian sepertinya ..”

“Kemana dia …” Potong Ayah Shara.

“Tom Ke Mount City …” Ucap Bi rolly sedih.

“Bu Panggil Bilt dan Pilt , perintahkan mereka untuk menemukan Shara !” Perintah Ayah Shara

pada Ibunya untuk meminta dua orang pembantu mereka yaitu Bilt dan Pilt untuk

pergi ke Kota Mount City menemukan Shara.

Tak lama kemudian Bilt dan Pilt masuk ke ruangan itu untuk menghadapi kemarahan dan

perintah Ayah Shara.

“Bilt …dank au Pilt “

“Ya Pak …” seru mereka bersama.

“Aku menerintahkan kalian untuk menemukan Shara di Kota Mount City !” perintah Ayah

shara.

“Baik Pak , kapan kami pergi “ Tanya mereka kikuk.

“SEKARANG !” Ayah Shara makin marah.

“Siap Pak …” Seru mereka bergegas.

“Ingat kalau kalian tidak kembali membawa Shara, Anakku. Jangan Injakkan kaki lagi di Desa

Gandum ini !” Ancam Ayah Shara.

“Itu hal yang mudah pak, tidak ada sudut kota Mount City yang tidak kami ketahui …” kata

mereka sombong dan berlalu.

                                                            ***

Sungai mengalir berkelok mengikuti lembah yang panjang, alur lembah yang memanjang

yang berasal dari ujung pegunungan. Pada bagian yang menjadi dataran penduduk

menjadikan daerah subur itu menjadi ladang- ladang gandum dan pada bagian yang

tak jauh darinya, dimana masih terdapat perbukitan kecil dan lembah yang sempit

aliran sungai memanjang sehingga dinamakan daerah itu dengan sebutan River Longer.

Di Kota River Longer terdapatlah panti asuhan yang cukup besar. Hari ini di panti itu anak

berumur 14 tahun bernama Abraham Gellier. Tegak di ruangan Ibu Panti. Tubuhnya

telah tinggi tegap di usia remajanya. Ham, begitu ia dipanggil teman- temannya

beberapa hari ini murung. Ada yang mengganggu pikirannya. Ia begitu ingin tahu

keberadaan orang tuanya. Karena itulah pagi ini ia menuju ruangan Mama Azalina.

Ham ingin Mama Azalina menceritakan tentang orang tuanya, walau sedikit.

“Baiklah, Abraham. Anakku, kau adalah salah satu Anak dari korbam gempa bumi yang melanda

Kota Mount City dua belas tahun lalu.”

“…”Abraham terdiam, ia begitu serius menunggu lanjutan kata- kata dari Mama Azalina.

“Dan kau terpisah dari orangtuamu, Apa kau masih bisa mengingat barangkali sedikit

tentang mereka ?” Tanya Mama Azalina balik.

“Tidak Mam…”

“Sekarang bisakah Mam member petunjuk tentang keberadaan orang tuaku. Aku akan mencarinya

“ Abraham memohon.

“Pasti warga Mount City, tapi tak ada petunjuk apapun. Setelah keadaan pulih dari gempa tak

seorang pun keluargamu yang menjemputmu. Atau barangkali mereka tidak

mengetahui kau terbawa jauh ke River Longer “ Cerita Mama Azalina.

“Aku akan mencari petunjuk ke Mount City, Izinkan aku Mam …” mohon Abraham Lagi.

“Juka kau sanggup berkelana sendiri, maka dengan berat hati Mam mengizinkanmu “ ucap Mama

Azalina member izin.

“Aku sanggup Mam…”Mata Ham berbinar- binar. Ia memeluk Mama Azalina. Demikianlah pergilah

Abraham Gellier hari itu menuju Mount City. Di iringi tangisan teman- temannya di panti.

                                                            ***

Hari telah gelap Abraham Gellier belum jua sampai ke Kota Mount City. Memasuki kota

pegunungan itu, ia sepertinya harus beristirahat dan mencari penginapan di

perbatasan. Di kawasan tebing, yang begitu menanjak Abraham melihat sebuah

penginapan sederhana.

Penginapan yang dilihat Abraham dari kejauhan sepertinya adalah penginapan murah yang

sesuai dengan uang yang dimilikinya. Cukup jauh lagi, namun ia tidak sanggup

lagi berjalan. Maka duduklah Abraham di bawah pohon besar, Pohon Zaitun yang

tua. Namun Abraham tidak menyadari ada sesuatu makhluk di belakangnya.

“Hai gadis…mengapa kau menangis ?”Tanya Ham pada sesosok gadis yang ia temukan

tengah menangis.

“Aku bersedih untuk semua kemalanganku sepanjang hidupku hiks …hiks…” ucap gadis itu.

“Apakah itu, boleh aku tahu ? barangkali aku bisa menghiburmu gadis …” pinta Ham.

“Baiklah, jangan terkejut !” balas gadis yang menangis itu.

“Sejak aku kecil, aku sudah di temukan sebagai bayi di tong sampah. Aku ditemukan pemungut

sampah dan menjadi seorang yang miskin …” gadis itu berkeluh kesah bercerita

sampai bulan naik tinggi.

“Wahhh ..!!” teriak gadis itu berubah wujud menjadi lebih menakutkan.

“Oh…” sahut Abraham sedikit terkejut, namun ia tidak beranjak.

“Mengapa kau tidak takut padaku, Aku adalah hantu dan Rohku dipenjarakan di pohon ini !”

Tanya Hantu itu.

“Tidak karena kau adalah hantu yang bersedih, untuk apa aku harus takut, aku bersimpati

padamu …” jawab Ham.

“Kalau begitu berjanjilah padaku kau akan selalu bersedih …” pinta Hantu itu.

“Tidak. Aku membebaskanmu dari penjaramu dan kesedihanmu !” Pinta Abraham balik.

Kemudian Abraham berpaling pergi secepatnya. Namun ia teringat sesuatu dan berbalik,

berpaling kebelakang. Tapi tak ia temukan wujud hantu gadis itu lagi.

“Ohhh…sial , siapa nama nya “ keluh Abraham.

Aneh hilang dan kembali senyap disambut lolongan srigala dari kejauahan. Membuat Ham

bergegas menuju ke penginapan itu. Agar lebih aman dari gangguan.

Ham menggegaskan langkah menuju penginapan yang asri. Dengan cukup payah Ham

akhirnya membuat penjaga penginapan terbangun.

“Maaf nak tidak ada lagi kamar “

“Tapi kek , saya benar benar butuh, ini hanya satu- satunya penginapan di akhir perjalanan

saya hari ini.” Pinta Ham.

“Ya Baiklah. Tapi ini kamar istimewa yang harganya diatas rata- rata paling mahal” jawab

kakek itu.

“Kek, ada lagi satu kamar kecil di dekat dapur …” sela cucu kakek itu. Yang membuat Ham lebih

bersemangat.

“Oh baiklah … maaf kalau ukuran kamar yang itu kecil dan kurang nyaman” kata kakek itu pada

Ham.

“Tidak apa apa Kek…” ucap Ham

“Terimakasih …” ucap Ham pada gadis sebayanya, yang memanggil kakek penjaga penginapan

dengan ‘Kakek’.

“Kek , mengapa mata anak itu bitu dan murung “ Tanya gadis itu pada kakeknya setelah

mengantarkan Ham ke kamarnya.

“Barangkali, ia terjerat oleh Hantu di pohon zaitun besar di ujung sana”

“Apa kakek bisa menolongnya ?” Tanya gadis itu.

“Baiklah besok pagi saja …” balas kakeknya.

                                                                ***

Pagi harinya di penginapan.

Langkah kaki mendekati kamar penginapan, kamar kecil di dekat dapur. Kamar yang disewa

Abraham Gellier. Langkah kaki itu adalah Kakek pemilik penginapan.

“Nak ! Permisi…”

“Tuk …tuk…” Kakek mengetuk pintu.

“Nak …keluarlah, kami ingin memberimu penangkal dari gangguan Hantu di pohon besar

di ujung jalan.” Jelas Kakek sembari mengetuk pintu sekali lagi.

“…” Hening, tak ada jawaban.

“Nak… Maafkan aku terpaksa mendobrak …” Kata Kakek marah.

“Brak …!” Pintu terbuka, tetapi betapa terkejutnya Kakek. Tidak ada seorang pun di dalam

kamar.

“Brengsek ! kau…” Marah Kakek sembari melempar penangkal Hantu di Ujung jalan.

“Bodohnya Aku. Aku tidak mengenal anak itu dan telah mengizinkannya tinggal disini. Aku

tertipu karena pergi tanpa meninggalkan uang sewa.” Sesal Kakek itu.

“Kek . Apa ia kabur ?” Tanya cucunya.

“Iya. Ini salahmu Nujumi. Kau yang mengizinkannya dan memberinya kamar di ujung dapur

ini. “ Kata kakek itu pada gadis yang dipanggilnya Nujumi.

“Kalau boleh tahu kemana tujuannya Kek ?”Nujumi juga marah.

“Mount City “

“Kalau begitu izinkan aku mengejarnya untuk membayar hutangnya “ Pinta Nujumi.

“Baiklah hati- hati” Pesan Kakek kepada cucunya, Nujumi. Ia melepas Nujumi pergi selain ada

keperluan lain ke perkotaan. dan Mount City tak seberapa jauhlah dari penginapan itu.

                                                    Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!