BAB IV RAJA SRIGALA

Cerita Sebelumnya

                Nujumi menemukan keberadaan Abraham Gellier di Kota Mount City, dengan memamfaatkan kesempatan, ia menyerang Abraham dengan sebentuk senjata bintang. Namun salah sasaran, Anne

Gracia melindungi Abraham. Senjata itu mengenai Anne Gracia, ia pinsan.

                Tiba- tiba cahaya zodiac Capricorn turun kebumi. Dan terpatri di pergelangan tangan Anne. Anne

ditakdirkan menjadi pemilik Zodiak sebentuk domba itu. Dan disaat yang mendesak,

Capricorn   turut memantu Anne dan teman- temannya mengejar pencuri dari sebuah restoran. Will berhasil bergulat dengan pencuri itu, menangkapnya. Betapa terkejutnya Will. Pencuri itu adalah seseorang yang

begitu dikenalnya. Siapakah dia ?

                                                                    ***

 “Hup dapat…” teriak Will.

“ Brukkk “ Will di belakang terjatuh dari domba Caricorn, ia bergulingan di jalan bersama

pencuri itu.

Ketika keduanya terduduk di rerumputan. Will terkejut melihat wajah pencuri itu.

“Tomm”

“Kau Tom Garsen …” Tanya Will yang mengenal wajah sahabatnya. ‘Mengapa tom ada di Mount

City’ pikirnya.

“Ya Aku Tom. Kau  kah Will ? “

“Ya …”

                                                                    ***

Cahaya Zodiak Capricorn telah meredup, menyusut dan hilang kembali. Cayaha itu masuk dan

terpatri kembali menjadi sebentuk gambar domba di pergelangan tangan Anne.

Hanya mereka yang melihat kejadian itu di lorong bangunan- bangunan besar di

kota tua Mount City.

“Ohh ! Capricorn …”  samar- samar mereka

mendengar suara keterkejutan dari sebuah ruangan di atas lorong. Tom, yang

telah menjadi akrab dengan Will berjalan menuju sumber suara. Diikuti oleh

Nujumi, Abraham, dan Anne.

Mereka melewati tangga menuju ruangan dengan pintu terbuka. Di dalamnya terdapat

perempuan tua yang tengan sakit.

“Masuklah Nak …” sapa nenek itu dari atas kursi rodanya.

“Terimakasih Nek …” jawab Will pelan. Diikuti teman- temannya.

“Dari mana nenek tahu tentang Capricorn ?” Tanya Anne.

“Sebuah legenda tentang kota ini. Dua belas cahaya zodiac akan turun dari langit menuju

mereka yang ditakdirkan menjadi pemiliknya. Dan kau adalah salah satunya,

berkelanalah menemukan sebelas cahaya zodiak yang lain “

“Untuk apa ?” Tanya Nujumi.

“Untuk menghan curkan kekuatan jahat yang akan menguasai dunia dengan kejahatannya”

“Nenek sebagian kecil orang yang tahu legenda cahaya zodiac itu.” Jelas nenek itu.

“Lalu apa yang harus kami lakukan lagi “ Tanya Will kembali.

“Wah ini akan menjadi petualangan …” seru Tom.

“Temukan anakku Mark Odison di hutan suaka, di sebuah menara, ia menjaga hutan disana.”

“…” kelimanya terdiam. Will serasa pernah mendengar nama itu. Nama Mark Odison tapi ia tak ingat

di mana.

“Ini sebuah peta yang aku titipkan kepada kalian untuk diberikan kepada Mark, anakku. Dan

ingat jangan kalian buka atau telusuri, sebab perjalanan di peta ini sangat

berbahaya. Dan Mark yang lebih tahu dan bisa.”

“Seberapa bahaya Nek ?”

“Bisa menghilangkan nyawa, bahkan satu zodiac Capricorn saja belum tentu mampu melawan monster dan

kekuatan jahat.”

“Tentu juga sulit perjalanan kami untuk memberikan peta itu pada Mark. “ Komentar Nujumi.

“Aku memberikan kalian uang dan sekantung mutiara sebagai imbalan “ kata Nenek itu.

Mendengar kata uang dan sekantung mutiara, mata Abraham langsung berbinar, yang

berarti ia dapat melunasi hutangnya pada Nujumi. Will dan Tom juga sepakat

menerima tawaran Nenek itu.

“Namaku Alma Odison” Sambung Nenek itu. Sebelum yang lain bertanya.

“Baiklah Nek Alma. Kami menerimanya, tapi Anne dan Nujumi tinggallah disini, jaga Nek Alma.

Sampai kami kembali setelah bertemu Mr.Mark.” Pinta Will yang disetujui yang

lainnya. Karena Nenek Alma juga tengan sakit di atas kursi rodanya.

Berangkatlah Will, Tom dan Abraham menuju Hutan Suaka untuk mencari Mark Odison.

                                                            ***

Ditengah perjalanan Shara Setty bersama Kentaro ke Bukit Tapal , mereka bertemu dengan

seorang gadis yang menangis di tepi jalan. Kentaro menepikan sepedanya.

“Siapa namamu?” Tanya Shara Setty simpati sebagai seorang perempuan.

“Namaku Vandora” jawabnya.

“Vandora saja ?”

“Cukup Vandora saja, aku tidak punya nama belakang lagi…hiks hiks..” Vandora menangis lagi.

“Sudah..sudah …jangan menangis lagi” Shara memeluk Vandora.

“Aku tidak akan menyebut atau mengingat mereka lagi …” lanjut Vandora melepaskan

pelukannya dan sudah berhenti menangis. Ia menyeka air matanya.

“Siapa ceritakanlah pada kami “ pinta Kentaro.

“Ibuku meninggal sejak aku berusia setahun. Kemudian taka lam Ayahku menikah lagi

dengan perempuan lain. Ia wanita jahat. Hanya sebentar ia berpura- pura

menyayangi aku. Ia bersama anaknya kerapkali menyakiti hatiku dan tubuhku

ketika ayahku tidak ada. Bahkan ayahku kini tidak lagi memperdulikanku ….”

Cerita Vandora.

“Lalu …aku tegar tahun tahun berlalu. Hanya duka yang ada bagiku di rumahku. Setiap malam

tahun baru aku sendiri di kamar sembari memandang bintang, dan berharap bintang

itu akan menemaniku. Sementara Ayah, ibu tiriku beserta anaknya pergi entah

kemana berliburan “

“Lalu …?”Tanya Shara

“Lalu sampai kemarin. Adik tiriku memfitnahku. Namun sia- sia aku membela diri. Tidak

seorang pun yang mempercayaiku. Aku tidak tahan lagi. Dan aku pergi dari rumah.

Aku pergi dari rumah diiringi gelak tawa ibu dan adik tiriku. Sementara ayahku

cuek saya, yang seharusnya menahan kepergianku …”

“Vandora. Sekarang kau ikutlah bersama kami, berpetualang “ ajak Shara sembari memegang

tangan Vandora, meneguhkan hatinya. Kemudian Vandora berkata” Baiklah, bawa aku

sampai perualangan kalian berakhir “ jawab Vandora setuju.

“Kau mau ikut bersama kami ke rumah kakakku Miss Teria” ajak Kentaro.

“Baiklah , jelas aku mau” jawab Vandora dengan mata berbinar, rambut hitamnya tergerai

panjang. gadis empat belas tahun itu sudah bahagia.

“Tapi kita bergantian jalan kaki sampai ke bukit yang itu ?” Tunjuk Kentaro karena

sepedanya hanya satu.

“Kent …?” Shara heran. Karena seharusnya anak lelakulah yang berjalan kaki. Shara dan

Vandora di atas sepeda di tuntun Kentaro.

“Ok ..baiklah…ha ha ha. Aku akan menuntun kalian dengan berjalan kaki “ jawab Kent.

“He he  .”Mereka semua tertawa dalam perjalanannnya ke Bukit Tapal.

                Shara mendayung sepeda pelan dengan tampilan masih mengenakan jeans panjang, dan kaos

berlengan pendek, bokan karena tomboy. Tapi karena baru saja menyamar menjadi

shaga., menyamar dari kejaran Bilt dan Pilt. Dengan pakaiannya itu Shara juga

leluasa bergerak cepat dan berlari di petualangannya, untuk rambutnya, Shara

juga mengingat rambut pendeknya sebahu dengan kain tipis berwarna kuning.

Sementara Vandora di belakangnya memakai daster terusan panjang. Rok panjangnya

itu berkibar di tiup angin menuju gunung. Tubuh langsingnya dilindungi topi

lebar dari terik hari itu. Disamping mereka agak di belakang Kentaro berjalan

sigap dengan ransel gunung tapi isi seadanya, karena terburu- buru kabur dari

kejaran Bilt dan Pilt tadi. Celana panjang Kent bersaku banyak juga membuatnya

sesekali mengutip buah buah liar di sepanjang perjalanan, dimasukkannya ke saku

itu. Tapi tanpa mereka sadari Bilt dan Pilt terus dan mesih mengikuti jejak

mereka nun jauh di belakang.

“Sepertinya mereka berhenti sejenak di sekitar jalan ini” ucap Pilt pada Bilt. Di tepian

tenpat Shara dan Kent bertemu Vandora.

“Aku juga berpikir begitu, karena ada bekas rerumputan yang baru saja diinjak bersama

disini, rumput- rumput patah” Jabab Bilt.

“Kemana mereka pergi…mungkin telah bersama orang orang yang baru lagi “

“Mungkin saja. Menurutku mereka pergi ke desa perkebunan di perbukitan sana “ Tunjuk Bilt

menunjuk Bukit Tapal yang tampak dari kejauhan.

“Jadi kita tetap mengikuti jejaknya kea rah perbukitan itu, atau hanya dengan melihat

bayang mereka dari kejauhan ?” Tanya Pilt kembali.

“Ya kita harus pergi. Masa depan kita sudah tertawan oleh Ayah dan Ibu Shara. Kita harus menemukan

Anak itu dan membawanya pulang.”

                                                        ***

Abraham Gellier, Will John dan Tom Garsen telah mamasuki Hutan Suaka dipandu oleh

seorang remaja seusia mereka, remaja itu seorang lelaki bernama Mailend.

Sebagai pemandu Mailend selalu berjalan di depannya. Mailend menenteng senapan

laras panjang khas seorang penjaga hutan. Namun ditengah perjalanan dengan

lancing Mailend membuka surat yang dititipkan oleh Bu Alma pada Will dan teman-

temannya. Dan itu semua membuat mereka terkejut karena surat itu berisi sebuah

anak kunci. Mailend juga terkejut penuh arti. Walau sebelumnya Mailend hanya

meminta izin untuk memeriksa barang bawaan mereka dan tujuan mereka memasuki

Hutan Suaka.

Mailend mengatakan bahwa tidak lama lagi mereka akan sampai ke tempat keberadaan Mark

Odison, Pagoda Bintang. Besok pagi mereka akan melanjutkan perjalanan dan malam

ini, mereka akan mendirikan tenda  di daerah berumput di tepi aliran sungai. Mailend membantu mendirikan tenda.

Abraham membuat api. Will dan Tom membakar ikan yang mereka tombak dengan

ranting di aliran sungai. Jadilah mereka mereka semua makan lahap pada malam

itu. Tapi paginya Will bangun lebih dahulu dan betapa terkejutnya dia tidak

lagi menemukan Mailend.

“Kurang ajar ..Ia telah menghianati kita !” Will marah.

“Tidak apa , Will…anak itu meninggalkan senapannya disini. Barangkali ia terburu- buru

melarikan diri …”kata Tom.

“Tapi kita butuh peta itu dan kita tidak tahu maksud kunci yang ada pada Mailend.” Jelas

Will.

“Paling tidak senapan ini dapat berguna bagi kita untuk melanjutkan perjalanan “ Abraham

menenangkan kedua temannya.

“Dan lagi pula dia juga belum menerima pembayaran atas panduannya pada perjalanan kita …”

Tambah Abraham senyum penuh arti.

“Ham . Peta itu penting !. Sekarang kita harus bagaimana ?” Tanya Will meminta pendapat

teman- temannya.

“Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan menemukan Mark Odison. Lagi pula keberadaannya

sudah dekat. Setuju ?” Kata Abraham pada Tom dan Will.

Oleh karena itu pergilah Abraham, Will dan Tom melanjutkan perjalanannya menuju Menara

Bintang. Setelah berjalan beberapa Mil jauhnya, tampaklah sebuah menara di atas

bukit. Dengan mudah mereka menemukannya.

Sesampainya di bawah menara, mereka hanya menemukan kepulan asap kayu bakar tanpa ada orang di

sekitarnya. “Permisi !!” Teriak Tom.

“Ohmmm…Krak ..krak….” Will menginjak ranting- ranting kayu di sekitar menara.

“Tidak ada orang “ kesimpulan Will.

“Ada Orang ?” Teriak Tom lagi.

Ketiganya terus mencoba memasuki pintu menara, dan mencoba membukanya.

“Siapa kalian ?!” Suara laki- laki tegas dan berat dari arah belakang mereka. Laki- laki itu

tampak kuat dan berwibawa.

“ Tida… kk , Om…” Tom tergugup, begitu juga Abraham.

“Kami tidak bermaksud apa –apa, ..”

“Lalu ? untuk apa senapan itu” Tanya lelaki itu menatap Tom yang menenteng senapan.

“Senapan kami hanya untuk berjaga “ jawab Will.

“Kami ada urusan pada seseorang bernama Mark, apakah kau itu ?” Tanya Will.

“Saya Mark. Apa keperluan kalian ?”

“Kami membawa pesan dari seseorang bernama Nenek Alma Odison, Ibumu. Beliau memberikan sebuah

peta yang didalamnya terdapat sebuah kunci. “ Jelas Will.

“Aku sudah menduga”

“Tapi maaf, peta dan kuncinya telah hilang. Seseorang telah mencurinya dari kami dalam

perjalanan kesini” Jelas Abraham yang sepertinya takut dimarahi.

“Tidak perlu. Aku sudah mendapatkan pedang yang ada pada peta itu” Jawab Mark Odison yang

membuat ketiga sahabat itu terkejut.

“Sebenarnya peta itu menuju sebuah pedang turun-temurun milik keluarga Odison, keluargaku”

“Jadi benar sudah kaudapatkan pedang itu ?”Tanya Will penasaran.

“Sudah kudapatkan pedang itu.” Jawab Mark.

“Sekarang ada bersamamu ?” Tanya Will kembali. Ia begitu ingin tahu.

“Tidak. Sebenarnya aku sudah memilikinya… oh tapi …” Mark tidak melanjutkan penjelasannya mengenai

keberadaan pedang itu.

“Mengapa kau mengetahui tentang pedang itu? Ceritakan pada kami “ pinta Abraham.

“Sebab aku tahu cerita sebuah legenda tentang makhluk berbahaya bernama Raja  Serigala. Raja Serigala terkunci di sebuah peti di sebalik air terjun. Air Terjun Serigala. Pedang itu adalah satu-

satunya pembuhun Raja Serigala. Kakekkulah yang mengalahkan Raja Serigala dan

menguncinya di sebuah peti dibalik air terjun. Ini Pedang Serigala “ Mark

mengeluarkan pedang kecil dari pinggangnya. Ia menyerahkannya pada Will. Dan

pedang itu bercahaya di tangan Will.

“Sudah kuduga ….” Kata Mark di dalam hatinya. Matanya berbinar bahagia.

“Mengapa kakekmu tidak membunuh Raja Serigala sejak dahulu ?” Tanya Will.

“Ada orang yang tepat dan waktu yang tepat untuk melenyapkannya “ jawab Mark lagi.

“Siapa Namamu Nak ? “ Tanya Mark pada Will, senbari mengambil pedangnya kembali.

“Will John. Aku dibesarkan hanya oleh seorang nenek bernama Olivia John “

Jawaban Will membuat Mark Odison sebegitu terkejut.

“Baiklah. Tentang hilangnya peta oleh seseorang bernama Mailend aku tidak sebegitu

mengkhawatirkannya. Aku hanya Khawatir bahwa ia akan mengambil kunci. Dan kunci

itu adalah kunci peti Raja Serigala. “ Jelas Mark Odison Khawatir.

Sudah lama mereka bercerita dan mulailah terjalin keakraban antara Will, Tom, dan Abraham

dengan Mark Odison. Pesan Nenek Alma Odison telah mereka sampaikan. Esok mereka

boleh kembali ke Mount City menemui Nujumi, dan Anne Gracia kembali.

Malam telah datang. Esok pagi ketika hari telah terang ketiga sahabat itu akan melanjutkan

perjalanan. Kini mereka harus bermalam di Menara Bintang. Ketiganya telah tidur

di Kursi, dan ada yang di lantai. Sedang Mark tidur di ayunan gantung yang

dibuat di luar menara. Ketika mereka telah tidur. Terdengar lolongan panjang

Serigala dari kejauhan. Mark terbangun dan perlahan mendekati Will John.

“Anakku..kini engkau telah datang dengan sendirinya kepadaku…” gumamnya lirih. Namun tak ada

seorang pun yang mendengarnya.

                                                                        ***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!