Menjebak Sang Pendusta

Aron sedang mengemudikan mobilnya menuju ke kediaman Moelen. Castarica membaca pesan yang Livy kiriman padanya melalui salah satu akun media sosialnya, Castarica mungkin memang sering bertengkar dengan Feren-wanita yang telah melahirkannya, tetapi Cast tentulah tak akan tega melihat wanita yang telah melahirkannya itu sakit seperti ini, hingga Cast yang merasa cemas langsung meminta Zach untuk segera pulang dan menuju rumah keluarganya.

“Cast, kau jangan cemas semua akan baik-baik saja,” bujuk Zach yang tidak tega melihat istrinya merasa gelisah di sepanjang perjalanan.

“Bagaimana mungkin aku bisa terlihat tenang saat mendengarkan kabar jika Mom sakit,” kata Cast. “Pasti dia memikirkan tentang semua kejadian ini sehingga jatuh sakit, Livy yang tidak tahu diri itu pasti selalu mencari cela untuk mendesak Mon agar mau membantu perusahan Bill,” kata Cast.

“Kita lihat dulu kondisi Mom, jika sampai kondisinya benar-benar memburuk maka aku akan melupakan balas dendam kita,” kata Zach dengan ketulusan hati.

Lebih baik Zach melupakan semua balas dendam dari pada harus melihat istrinya sedih dan juga cemas seperti ini, sesungguhnya Zach balas dendam hanya karena ia tak suka melihat cara keluarga itu terlalu merendahkan keputusan istirnya.

“Sayang, kau tak perlu melakukan semua itu,” kata Cast.

Zach menangkup wajah mungil istrinya dengan menggunakan kedua tangan. “Cast, kebahagiaan kamu lebih penting dari balas dendam kita, aku bahkan bisa memaafkan semua orang asalkan itu bisa membuat hati kamu tenang dan juga damai.” Zach mengecup kening istrinya. “Hanya kamu saja yang penting di dunia ini Cast, semua orang pernah menjauh dariku dan hanya kasih sayang kamu saja yang bisa membuatku bertahan sampai detik ini.” Zach memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang.

“Cinta kamu sungguh membuatku bahagia Zach,” kata Castarica.

Setelah menempuh beberapa waktu perjalanan akhirnya mobil yang Aron kemudikan masuk juga menuju ke gerbang utama rumah ini.

Di dalam rumah keluarga Moelen.

"Livy, apakah Castarica membalas pesan singkat yang kamu kirimkan?" tanya Feren sembari menikmati satu gelas jus mangga.

“Mon, dia tidak membalasnya dan hanya membaca saja, ataukah mungkin Castarica benar-benar sudah tidak perduli lagi dengan kita?Apakah dia benar-benar akan membalas dendam dengan kita?” tanya Livy pada Feren.

“Livy kita hanya berdoa supaya apa yang kamu katakan itu sebaiknya tidak menjadi kenyataan, karena jika sampai hal itu menjadi kenyataan maka kita semua akan hancur,” kata Bill dengan penuh ketakutan yang kini membuat tubuhnya gemetar.

Livy melihat jika ada dua mobil mewah dengan warna hitam yang baru saja berhenti di halaman rumahnya. Orang ketiga itu sudah bisa menebak jika itu adalah Castarica yang datang ke rumah ini. Livy pun langsung meminta pada Feren untuk melangkah masuk kedalam kamarnya, sedangkan Bill bersama juga Livy akan menyambut Castarica dan juga si pecundang itu.

“Lihatlah, si pecundang mulai memakai barang branded dan lelaki yang berdiri di belakangnya itu sungguh menakutkan sekali, manik matanya itu tajam bak sebilah pisau yang siap menikam lawannya kapan saja,” bisik Livy pada suaminya itu.

“Dia sekarang bukan si pecundang tapi sudah menjadi milyarder kaya, kita harus menjaga sikap ketika di hadapannya dan jangan melupakan niat awal kita untuk membujuk lelaki sialan itu kembali berinvestasi pada perusahaanku dan juga perusahaan Moelen,” kata Bill pada Livy.

Castarica begitu muak sekali saat melihat senyuman dusta yang kini sedang Bill dan juga Livy tunjukkan. Tapi tujuannya bukan bertemu dengan keduanya, melainkan bertemu dengan Mommy-nya yang sedang sakit.

“Castarica, akhirnya kamu datang juga. Mom terus menanyakan saja tentang kamu,” kata Livy mencoba menjilat.

“Dimana Mom sekarang?Kenapa dia tak dibawah ke rumah sakit?” tanya Cast sambil berdiri di depan pintu rumah ini.

“Sebaiknya kita masuk terlebih dahulu, kalian berdua adalah bagian dari keluarga jadi jangan seperti orang lain begini,” bujuk Bill mencoba sok akrab.

“Aron,” panggil Zach pada bawahannya itu dengan sorot mata melihat ke arah Bill dengan tajam.

“Ya, Tuan Smith,” jawab Aron dengan kepala yang tertunduk.

“Dia adalah Bill, lelaki yang pernah menghina saya dan mengatakan jika motor bututku itu pantas disebut barang rongsokan dan cocok dengan aku yang si pecundang ini,” kata Zach.

Aron mengangkat pandangannya melihat ke arah Bill seolah sedang menaruh lelaki Tiu itu di benaknya, ya lelaki itu pernah menghina Tuannya, itu berarti Aron harus memberikan pelajaran kepadanya.

“Saya sudah membereskannya, Tuan,” jawab Aron.

Jawaban Aron seakan menunjukkan jika ialah yang sudah mencabut investasi dari perusahaan Bill. Bill ketakutan sekali hingga membuat tubuhnya menggigil dan juga keringat jagung kini sedang menghiasi keningnya dengan begitu banyak.

“Aku meminta Mom untuk pergi ke rumah sakit, tapi dia tidak mau dan malah memintamu untuk datang menjenguknya,” dusta Livy mencoba menghancurkan suasana mencekam di antara mereka sekarang.

“Sayang, pinta para dokter itu turun untuk memeriksa kondisi Mom,” kata Castarica.

Livy dan juga Bill saling menatap dengan penuh kebingungan hal itu membuat Cast merasa yakin Mom-nya sedang berdusta hanya untuk membuatnya datang ke rumah ini.

Kamar Feren.

“Kenapa Castarica lama sekali masuk ke dalam kamar ini?” tanya Feren pada dirinya sendiri.

Baru saja Feren menutup mulutnya, suara pintu di ketuk dari luar mulai terdengar dan Feren langsung menutup kedua matanya berpura-pura sakit, bahkan handuk kecil basah juga sudah bertengger di atas keningnya untuk mendukung dusta yang akan ia mainan.

“Dokter, tolong periksa Mom saya, secara menyeluruh dan kalau perlu suntikan dia sebanyak apapun yang kalian perlukan, yang terpenting dia bisa sembuh,” kata Cast dengan sengaja.

“Apakah anak ini sedang mencoba untuk membunuhku, dia tahu jika aku takut pada jarum suntik,” batin Feren didalam hati.

“Saya, akan melakukan yang terbaik,” sahut sang Dokter.

“Bagaimana jika sampai Mom bangun dan membongkar dusta kita,” bisik Livy cemas pada suaminya.

Selama ini jika Feren sakit dan mengharuskannya sampai dibawah ke rumah sakit maka wanita paruh baya itu tidak akan mau jika di suntik dan lebih memilih berobat jalan saja.

“Dokter, Mom saya sangat takut dengan jarum suntik dan bagaimana jika dia di suntik selagi tidak sadar begini,” Kata Cast sambil mengedipkan satu matanya pada Dokter wanita itu mencoba untuk membujuk Dokter tersebut untuk mengikuti keinginannya.

Dokter merasakan jika ponselnya bergetar kemudian Cast memberikan isyarat agar dokter membuka ponselnya dan ia pun mengikuti interupsi Cast. “Baiklah,” kata Dokter. “Sebaiknya obat apa yang akan kita berikan? Sebab saya masih amatiran dan sebenarnya saya bukan dokter melainkan hanya anak sekolah yang sedang magang saja,” ujar sang Dokter mengikuti pesan singkat yang sempat Cast kirimkan padanya.

“Dia benar-benar ingin aku mati,” batin Feren cemas. “Jika aku bangun maka semua dusta ini akan terbongkar,” batin Feren masih berpikir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!