perkara uang lima ribu

" jadi aku harus punya semua benda itu? Pemerah bibir, bedak yang bagus, pensil alis untuk mengukir dan masih banyak lagi. Tapi, aku akan mendapat uang dari mana ya? Kalau harus membeli semua benda ini sekaligus"

Sebuah sosok muncul dalam angan yang menjelajahi kata siapa

" ayah pastinya bisa membantuku, ayahkan sayang aku dan pasti ayah akan paham padaku dan kemudian memberiku beberapa lembar uang kertas padaku"

Begitu gampang khayalku tercipta

Setelah menghabiskan sekotak makanan tadi langsung saja aku berkemas kemas untuk merapikan rumah yang katanya bak kandang sapi

Aku menuju dapur untuk membersihkan piring dan alat masak lainnya yang kotor, menyapu mengepel, mengelap kompor dan membuang sampah dapur yang sudah menumpuk.

Dalam urusan dapur saja waktu sudah berlalu sangat cepat dan tentunya melelahkan bagi tubuh ini

Jam 18.00 semua sisi ruang dapur telah mengkilap dan bersih seutuhnya tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuh ini kuyakini bahwa ada yang sudah datang menemuiku, langsung saja aku pergi ke kamar mandi dan mencuci barang dalam milikku yang sudah ternodai oleh bercak merah.

" huh pantes saja punggung ini terasa sangat berat dan pegalnya menggelegar ternyata sudah memasuki tanggal datang bulan ternyata"

Sakit yang memang terasa setiap bulannya sangat menyiksaku ketika ia tiba, hingga rasanya aku ingin melampiaskan semua rasa sakit ini dengan amarah yang membuncah buncah bak air mancur

" duhhh sakit sekali lagi, ilham juga masih tertidur dan kalaupun bangun pasti ia akan menghampiriku dengan berjalan menggunakan kaki mungilnya itu"

Begitu fikirku kali ini

dengan begitu aku langsung membuka pintu kamar mandi dan tentu saja mataku tertuju pada ranjang yang diatasnya terbaring tubuh mas irfan.

" mas bangun mas sudah maghrib"

Aku yang sudah berada di atas ranjang membangunkan mas irfan yang masih tertidur sedari setelah adu mulut tadi

Mas irfan yang memang mudah terbangun akhirnya bangun dari tidurnya yang kemudian secara refleks memandangiku dengan mengerutkan dahi serta hidung yang terlihat mendengus mulai tampak di wajahnya

" hmmm kamu bau banget win sumpah! Apa aja yang kamu lakukan kenapa ga mandi dulu kalo memang kamu mau berada disisiku, aku muak sekali mendengar bau ini! Sangat sangat kecut dan juga wajahmu itu semakin hari malah semakin menggelap saja udah gadirawat sama sekali ya?"

" astaghfiruallah mas, mending mas irfan mandi dulu terus solat udah masuk maghrib mas. Soal keluhan kamu tadi selesai kamu solat baru kita teruskan okey"

" halah sok soan nyeramahin sekarang!"

Dengan mengambil sehelai handuk yang tegantung di hanger langsung ia memasuki area kamar mandi sesuai kemauan yang kuinginkan

" aghhhhh sangat nikmat ya allah"

Ucap syukurku karna bisa merebahkan punggung yang sangat terasa pegal ini dengan menggeliatkannya hingga terdengar bunyi renyah.

Aku tak ingin bangkit dari kenikmatan ini, huh rasanya seperti merasakan lelah tak berujung hingga ketika merasakan empuknya kasur ini seperti baru saja pertama kali tidur di atas ranjang.

Dengan keadaan yang memang tidak tidur seharian membuat mataku terlarut larut dengan buaian pendingin ruangan yang menempel di dinding bak cicak yang menunggu nyamuk untuk dimangsa

" huhhhh,, rasanya aku ingin terlelap sekejap saja tapi sekarang sudah memasuki waktu maghrib, katanya gaboleh tidur diwaktu seperti sekarang. Oh lelahnya menjadi orang dewasa"

" bangun win!"

Sebuah tepukan tangan pada bahu kiriku menyadarkanku dari tidurku yang tak kusengaja

" eh iya mas"

Dengan sedikit mengantuk aku bangun dari posisi terbaring menjadi duduk, aku menguap pelan dan merasa pusing ntah apa yang terjadi padaku setiap kali merasa tidurku tak cukup kepala selalu terombang ambing hingga tubuh ini menjadi kapal yang akan terbentur pada karang besar

" cepet sadar win! Tuh ilham udah nangis"

" mas aku pusing, bisa tolong bawain ilham ke sini ga?"

Aku meminta tolong pada mas irfan dengan memegang kepalaku yang masih menciutkan rasa nyeri yang membara

" alah win pasti kamu bohong, kamu aja gakerja gacari duit bisa pusing apalagi kamu tadi pagi jalan jalan! Terus sekarang pusing, jangan jangan kamu mau nipu aku ya supaya aku bisa jagain ilham dan kamu tidur karna lelah jalan jalan bukan pusing. Iyakan?"

" mas kalo emang kamu gamau jaga ilham bilang aja! Gausa sok soan nuduh aku kayak gini mas! Aku cape aku manusia juga! Jangan mentang mentang kamu yang cari duit kamu bisa seenaknya sama aku! Aku juga bisa ngehasilin uang yang lebih banyak dari pada kamu mas! Bukannya Kamu yang nyuruh aku berhenti kerja?"

Ingin rasanya aku membantah seperti demikian sebab aku sudah terlalu lama menyimpan amarah pada mas irfan

" kenapa malah bengong win! Cepet sana tanganin anak kamu yang cerewet itu!"

Aku kembali terdiam tanpa menghiraukan tangisan ilham yang semakin nyaring

" anak aku? Hanya anak akukah? Bukan anak kamu atau kamu tidak menganggap ilham anak? Bahkan untuk menggendongnya saja hanya beberapa kali aku melihatnya

" pyarrrr"

Sebuah tamparan keras mendarat dipipi kiriku, nyeri seperti sedang terkena kesemutan menjalari pipi ini.

Mas irfan yang tak kuat mendengar tangisan irfan dan aku yang masih diam menghukumku dengan cara demikian

Tanpa berkata apapun atau sekedar menjawab perintah mas irfan aku berlari menuju kamar ilham dengan pipi basah tepat dibagian tamparan dari telapak tangan mas irfan itu mendarat

" aaa ilham sayang kenapa nangis? Laper yaa? Sini ayo ikut mama ambil susu siap minum dikulkas"

Aku menghapus sisa butiran air mata yang masih melekat di ujung mata maupun yang membasahi pipi yang masih sedikit merasa sakit

Sesampainya di dapur aku meletakkan ilham tepat di ruangan sebelah dapur yaitu ruang makan aku akan memasak sisa bahan bahan yang masih tersedia untuk mengisi perut yang sudah mulai merasa sedikit riuh

Ketika kompor gas telah kunyalakan seseorang membuka pintu rumah dari dalam, tanda tanyaku mulai kembali tak beraturan

" mas mau kemana? Kan uda malem"

Tanyaku tanpa menghiraukan kejadian yang telah terjadi baru saja

" mau keluar, mau cari makan"

Mas irfan menjawab dan mulai menghampiri diriku

Mas irfan tampak menghiraukan ilham yang berada didekatnya itu, ntah sampai kapan ia akan seperti ini, padahal ia darah daging ilham satu satunya saat ini

" uang...!"

"Aaa aa ee uang mas? Tapi uang yang mas berikan tadi sudah tinggal 35 ribu saja mas. Dan aku masih belum membeli popok dan isi dapur untuk besok"

Ujarku pada mas irfan

" udah mana"

Aku langsung merogoh saku dasterku dan memberikannya pada mas irfan

" ini mas"

Aku sodorkan seluruh uang yang kumiliki saat ini pada mas irfan dengan hati yang sangat berat

" nih 5 ribu! Buat popok kalo masalah dapur tinggal nunggu besok sore kan aku gajian, gitu aja repot win win"

Ejek mas irfan padaku seakan aku yang menyulitkan semuanya

" iya mas tapi besok pagi mas irfan masa gamau sarapan dulu, stok di dapur uda habis semua loh mas. Boleh aku minta 5 ribu aja? Buat beli tahu sama kecap kemasan mini?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!