Pagi yang penuh dramapun berlalu, Rama bersama keluarga berkumpul di depan meja makan, Raina dan Alika nampak tengah saling bahu membahu menghidangkan masakan namun berbeda dengan Raisa yang belum kunjung turun dari kamarnya.
"Kemana Ica?" tanya Alika pada Rama yang tengah terduduk.
"Entahlah mungkin dia tidur lagi" ucap Rama enteng, Alika menghembuskan nafasnya kasar.
"Ina tolong panggil Ica untuk turun ya!" Alika menatap penuh senyum kepada puterinya.
Raina mengangguk dan langsung meluncur menaiki tangga menuju kamar Raisa berada. Dari dalam kamar tak terdengar suara apapun, hanya senyap saja yang memenuhi tempat itu.
Raina mengetuk pintu kamar Raisa namun tak ada jawaban dari dalam kamar itu, Raina memang sudah tahu apa yang terjadi diapun membuka pintu kamar Raisa dan benar saja Raisa sudah tidak ada di kamar. Raina beranjak kembali ke luar dan menuruni anak tangga menuju ke arah kedua orang tuanya.
"Dia sudah pergi," ucap Raina lemas, dia belum sempat berbicara dengan adiknya itu namun benar saja Raisa kini sudah pergi.
"Ah... Anak itu sangat sulit di atur, biarkan sajalah ayo makan dulu!" Alika yang memang sudah mendapatkan pesan dari Raisa sebelumnya bila Raisa akan pergi berkata dengan pasrah.
Mereka menikmati makanan mereka di depan meja makan, hingga akhirnya Rama kembali buka suara.
"Aku sudah dengar sebuah jalan yang di pilih Raisa tapi aku belum mendengar pilihanmu na?" tanya Rama menatap lembut ke arah putrinya Raina.
Raina menghentikan makannya sejenak dia menaruh sendok dan garpu di atas piring dan kemudian memandang sang ayah, hingga akhirnya mereka saling bertemu tatap.
"Aku ingin mesantren, tahun ini aku memutuskan untuk masuk ke sebuah pondok pesantren sembari sekolah." jawab Raina dengan tenang.
"Dimana?" tanya lagi Rama merasa bila puterinya itu telah memiliki tujuan.
"Di Nurul Ihsan." jawab Raina lagi sangat santai.
Alika yang mendengarkan percakapak ayah dan anak itu enggan berkontribusi dia terus melahap makanannya dengan hikmat.
"Baiklah, lakukanlah sesuai yang kamu inginkan, dan ini gunakan sebagai mana mestinya, ingat jangan tinggalkan solat dan harus mencintai orang orang yang dalam kesulitan." Rama menyerahkan sebah kartu kredit dan sandi kartu itu, tak lupa Rama mengingatkan Raina tentu saja Raina mengangguk dan memperlihatkan senyum cantiknya pada sang ayah.
Akhirnya minggu itu pula Raina berangkat menuju pondok yang dia maksud terlihat dari kejauhan Afifah yang melambaikan tangan bersama Fajri dengan senyum mereka yang terlihat sudah menua.
Afifah merupakan sahabat Raisa nenek dari Raina yang sudah meninggal, Alika sangat terkejut saat mengetahui bila pondok pesantren yang di maksud Raisa adalah Pondok Pesantren yang di miliki Afifah.
Reauni akbar itu terjadi tanpa rencana, terkejut sudah pasti namun mereka amat bahagia saat mengetahui bila Raina ingin mengambil jejak neneknya.
Dari kejauhan Raisa memperhatikan keluarganya dengan kamera terbang, dia kini tinggal di apartemen yang menjadi tempat persembunyian Leonard dulu, dia hidup seorang diri di tempat itu, namun karena dia yang memiliki sifat cerdas setiap dua kali seminggu dia mempekerjakan seorang pembersih untuk membersihkan rumahnya.
Raisa belajar hidup mandiri dengan mengandalkan dirinya sendiri, tidak pernah dirinya menggantunhkan dirinya pada siapapun.
Beberapa tahun berlalu kini Raisa kecil sudah tumbuh menjadi seorang gadis cantik, banyak sekali yang tergila gila padanya, namun dia tidak pernah terjerat akan sebuah nama yang di sebut cinta.
Bahkan misi misinya selalu berjalan lancar dan mendapatkan penghasilan dengan jumlah yang tidak sedikit.
Siang itu Raisa menggunakan kulit sintetis dan kaca mata besar yang menghiasi matanya yang menggunakan softlen berwarna coklat. Raisa berdiri di depan sebuah gerbang sekolah nampak tengah menunggu seseorang.
Saat seorang wanita menggunakan kerudung putih besar melintas di hadapannya Raisa tersenyum dan menarik wanita itu.
"Sakura!" Raisa memanggil nama bunga khas jepang itu dengan senyum simpul di wajahnya, wanita yang mendengar itu dengan jelas lantas menoleh dan berkata.
"Bunga merah muda?" tanya gadis itu dengan senyum mengembang.
"Tentu saja, sakura yang mekar." jawab Raisa, setelah memastikan kode yang di ucapkan benar Raina lantas memeluk Raisa penuh rindu.
"Apa..!" belum sempat Raina bertanya Raisa sudah membungkam mulutnya dengan jari di atas bibirnya.
"Uuuh habis UN ya?" tanya Raisa dengan senyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapih.
Raina mengangguk dan kembali memeluk Raisa mencurahkan rasa rindunya, sudah sangat lama Raina tidak bertemu dengan Raisa dia sangat bersyukur saat melihat gadis yang terlihat aneh di matanya itu.
"Hari ini pelajaran terakhir kan?" tanya Raisa menggenggam tangan kakaknya.
Raina mengangguk dan ingin mencubit pipi adiknya namun langsung di hentikan Raisa, "ssshut.. Jangan kak, ini sintetis," bisik Raisa dan membuat Raina terkekeh geli.
"Feet.. Iya sayang, kita makan yo, bakso enak deh kayanya" ajak Raina dan langsung di angguki Raisa.
"Fahrul beri tahu bu roisah aku akan telat pulang ke pondok, terima kasih!" ucap Raisa saat melihat Fahrul teman sepondoknya yang melintas di hadapannya, Fahrul mengangguk dan melambaikan tangannya.
"Uuuh pacar?" tanya Raisa menggoda kakaknya.
"Bukan, dia anaknya kak Afifah" ucap Raina tersenyum simpul, Raisa mengangguk namun masih dengan tatapan menggodanya.
"Udah ah.. Jangan bahas laki laki kita masih bocil, ayo makan bakso aja!" ajak lagi Raina, Raisa mengangguk mengikuti langkah sang kakak.
...
Saat sampai di sebuah kedai bakso mereka memesan bakso dengan ukuran sangat besar dan berencana memakannya bersama.
"Kak, gimana kabar kak ikhna?" tanya Raisa yang mana dia tidak pernah mendengar kabar ikhna setelahnya.
"Baik, dia lagi hamil besar sekarang mungkin tinggal menghitung hari dia akan melahirkan" ucap Raina menerangkan.
"Wooouw.. Anak ke empat dong..!" Raisa terkekeh saat mengingat bagaimana sifat posesif Rayan kini pada Ikhna.
Dia tidak menyangka bila kejadian itu akan membuat paman dan Ikhna bersatu.
Fleshback on.
Rayan saat itu tengah memperhatikan kulit keriput dengan tulang yang nampak menonjol, hati Rayan amat terkikis namun dia kembali melotot saat Ikhna membuka matanya.
"Ikhna?" tanya Rayan, Ikha tersenyum lembut dan merasakan tangannya di genggam hangat oleh Rayan.
"Pa...man.. Ic..a ma...na?" tanya Ikhna terbata bata.
"Dia sudah pulang, kenapa? ada apa?" tanya Rayan penasaran saat Ikhna bertanya tentang Raisa.
"Dia hampir terbunuh, dia baik baik saja?" tanya lagi ikhna dan langsung di angguki Rayan, namun kesadaran Rayan kembali dan metanya kembali terelalak saat mendengar ucapan ikhna yang mengatakan bila Raisa hampir terbunuh.
"Hampir terbunuh?" tanya Rayan dan Ikhna pun mengangguk, namun dia tahu benar saat di bandara Raisa nampak baik baik saja dan saat mengerjai Adit, Raisapun nampak baik baik saja.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Tari Gan
owalah akhirnya si paman menikah jg sama si ikhna
2023-01-22
0
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
raina memang saudara yang pengertian
2023-01-21
1
Hiatus
bakso ku pengen bakso...🗿
2023-01-19
2