Perasaan kacau sudah pasti ada di dalam jiwa Rayan, dia meratap hidupnya di depan sang pencipta, dia tak pernah meminta di berikan pengganti Ikhna namun dia hanya berharap dadanya di lapangkan dan dapat menjalankan hidup dengan lebih baik.
"Hallo! paman kata mami paman harus pulang!" suara Raisa terdengar nyaring di telinga Rayan, tak terasa dua tahun berlalu dia di tanah suci.
"Kenapa paman harus pulang apa ada sesuatu terjadi di sana?" Rayan terpaku, selama ini Alika tak pernah memintanya pulang atau sejenisnya, namun entah apa yang terjadi sekarang kenapa Alika memintanya pulang? pertanyaan itu terngiang ngiang dalam benak Rayan.
"Aku gak tahulah tapi kata mami paman harus pulang!" Raisa tidak ingin memberi tahu dan justru nampak santai.
"Paman rasa tidak ada hal serius kan? ayo beri tahu paman apa yang terjadi?" Rayan menekan agar Raisa memberi tahu, namun sifat Raisa yang tidak bisa di paksa dia malah yang dapat mengancam pamannya sendiri.
"Baiklah, kalo tidak pulang tidak apa apa, asalkan jangan menyesal seumur hidup paman! ica tutup! Bye.." Raisa ingin menutup telponnya namun Rayan kembali terbelalak.
"Oke, oke! paman pulang! jemput paman di bandara pukul sembilan pagi!" seru Rayan, dia berniat mengerjai keponakannya yang memang sangat jahil.
"Oke!" Raisa tersenyum evil, dia juga punya rencana sendiri untuk mengerjai pamannya.
Di balik ponsel Raisa terkekeh penuh arti dia tersenyum, "kamu pikir aku bodoh paman! mana ada penerbangan yang sampai jam 9 pagi dari jeddah, dasar bodoh!" seru Raisa dan kembali bersantai dengan layar monitor komputernya bermain game yang sering di mainkan anak remaja.
Raina dan Raisa memang memiliki kepribadian yang jauh berbeda, namun mereka selalu saling melengkapi dalam kekurangan masing masing.
Rama menatap arloji di tangan kanannya "sial malah aku yang di kerjai!" gerutunya kesal saat menatap pukul satu siang dan dia sudah menunggu sekitar dua jam di bandara.
Deg, jantung Rama berhenti sejenak menatap seorang yang cukup dia ketahui identitasnya "Adit!" serunya lirih, beberapa orang berpakaian hitam nampak tengah mengejar sosok Adit.
"Ada apa ini?" Rama kian penasasaran dia melihat gerak gerik Adit yang mencurigakan "tuan muda tangkap dia!" seorang pria berpakaian hitam memanggil dan menunjuk Adit saat menatap dirinya.
Rama dengan sigap menangkap pundak Adit dan melemparnya ke tempat para pria berbaju hitam.
"Tuan muda!" seorang pria tergugu menatap tubuh tegap Rayan yang kian berbeda, wajahnya kian mempesona dengan kulit putih yang nampak glowing dan rambut yang kian kecoklatan.
"Ada apa ini?" tanya rama melihat pria berbaju hitam yang merupakan seorang suruhan Alika, dia dapat melihat identitas pria itu dari lambang di baju jas di dada sebelah kirinya yang berlambang keluarganya.
"Dia.. Huft.. Huft.. Menculik nona kecil Raisa!" seru pria itu berusaha mengatur nafasnya yang tersegal akibat kelelahan.
"Kapan?" tanya Rayan karena baru beberapa jam lalu dia di hubungi Raisa dan kini dia di culik.
"Sudah sekitar satu minggu tuan!" ucap pria itu, mata Rayan terbelalak dan langsung menyambar ponselnya.
Dia menghubungi nomor Raisa hingga akhirnya terhubung, "Ca? kamu di mana?" tanya Rayan penuh khawatir.
"Heheh, cie yang khawatir.. Ehem ehem.." Raisa melambaikan tangannya melihat Rayan, Rayan menjadi gemas dengan kelakuan keponakannya satu ini, dengan jelas Rayan melihat Raisa yang kian mendekat dengan setelan hitam hitam.
"Dasar bocah tengil" Rayan mencubit pipi keponakannya, semua terdiam dan menatap Adit yang nampak kesakitan.
"Heheh.. Aku lakuin ini juga buat kamu paman!" seru Raisa mendekat ke arah Adit.
"Bawa pria berengsek ini ke ruang bawah tanah, biar aku yang introgasi, jangan beri tahu papi atau mami kalo kalian melakukan itu aku pastikan kalian tak punya telinga!" ancam Raisa, Rayan tertegun dengan ucapan kasar yang di ucapkan keponakannya.
Pria berbaju hitam itu menuruti keinginan Raisa, Raisa melirik dua koper yang di bawa Adit, senyumnya mengembang penuh kebahagiaan.
"Ahhhh.. Uangku sayang akhirnya kalian kembali padaku sayang!" ucap Raisa memeluk dua koper besar yang di hadapannya.
"Jangan laporan ke mami kalo paman mau tahu sesuatu dan pertanyaan yang berada di otak bodoh paman!" ancam Raisa menarik dua koper yang 4 kali lebih besar dari ukuran tubuhnya itu.
Rayan tertegun menatap gadis kecil sadis dengan wajah manis "ayo ikut Ica!" Raisa melangkah di hadapan Rayan, Rayan yang sedari tadi tertegun dengan kejadian heboh di permainkan bocah sungguh membuatnya seakan benar benar menjadi orang bodoh di hadapan Raisa.
"Tunggu, Adit? lalu Ikhna?" Rayan kian hawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Dasar apa paman beneran bodoh ya!, ayo ikut Ica!" Raisa menaruh dua koper besarnya dalam bagasi dengan amat mudah layaknya orang dewasa, barang barang Rayan di titipkan pada para pengawal Raisa, dan di bawa oleh mereka menuju rumah Rayan sedangkan Raisa dan Rayan membawa Adit ke sebuah tempat yang mana Adit dan Rayan sendiri sangat asing dengan tempat itu.
"Baik baik tunggu di sini, biar kak Ikhna yang memutuskan hukumanmu!" Raisa di bantu pengawalnya melemparkan Adit ke dalam sebuah penjara yang cukup mencekam.
"Mau ikut?" Raisa menatap Rayan dengan mengedipkan sebelah matanya, Rayan kian penasaran dan mengangguk.
Sebuah kendaraan hitam hitam terparkir di sebuah gedung tua yang terlihat seperti rumah hantu untuk uji mental.
"Kenapa kita di sini?", tanya Rayan menatap Raisa yang sudah keluar dari mobil.
"Bukankah aku sedang di culik!" Raisa memperlihatkan wajah yang amat menggemaskan dia memasuki gedung tua itu dengan hati hati, Raisa membuka baju hitamnya di sebuah ruangan kosong dan menggantinya dengan sebuah pakaian kucel dengan rambut yang sudah dia awut awut, dia tersenyum bangga saat melihat wajahnya sudah siap dengan kostum menyedihkan.
"Ica di lantai 5 ruang 58 saat Ica sudah 10 menit, paman hubungi mami dan papi dan bilang paman mendapat telpon misterius dan berkata harus menukarkan Ica dengan sejumlah uang" Raisa mengajari pamannya untuk melakukan hal yang dia ucapkan.
Rayan mengangkat alisnya, dia sendiri bingung apa yang sebenarnya raisa rencanakan namun dia mengangguk mengikuti permintaan keponakannya, toh ini tidak akan merugikan dirinya sedikitpun.
Rayan menunggu waktu yang telah di tetapkan oleh Raisa, dia menyenderkan tubuhnya di mobil hitam di sampingnya, dia menatap dari bawah hingga ke atas di mana gedung itu benar benar terlihat seperti tempat uji nyali.
Rayan beberapa kali menatap layar arlojinya dan diam kembali melihat waktu yang di tentukan Raisa, entah mengapa dia sekan akan sangat menantikan momen aneh yang akan terjadi, meski dia tidak tahu apa yang terjadi namun dia memilih melakukan apa yang di katakan keponakannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Tari Gan
lanjut thooor
2023-01-22
1
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
pamanya kok nurut aja sih ikuti permainan dari keponakannya.... ahh benar cinta membuat orang buta...
2023-01-21
1
@Risa Virgo Always Beautiful
keren ceritanya semangat
2023-01-19
2