Di dalam kamar Rayan tertunduk lesu di balik pintu besar kamarnya, sebuah rasa sakit dia rasakan kian menusuk dan sangat tajam hingga rasanya darah mengaliri dadanya.
Bukan hal yang mudah untuk mencintai keponakan sendiri, rasa itu ingin dia kubur namun kembali muncul dan kian hari kian menjadi, tak dapat di hentikan dan tingkah manja Ikhna semakin menyiram bibit yang kian tumbuh membesar dan memenuhi seluruh jiwa raganya, dan kini Ikhna mengatakan akan menikah muda dengan pria pilihannya.
Memang mudah bagi Rayan memisahkan mereka tapi dia juga amat menyayangi Ikhna dia tak ingin gadis kecil itu kecewa dengan keputusannya, lagi pula dia tahu Adit bukanlah pria yang suka bermain perempuan di pandangannya.
Sakit sudah pasti sembilu yang menyayat saat sayang sayangnya adalah hal yang paling menyakitkan dan sangat sulit di redam.
"S..akit!" Rayan menekan dadanya sendiri yang terasa berdenyut sakit, dia membuka ponselnya dan melihat sebuah kontak bertuliskan 'Alika', dia menghubungi nomor tersebut hingga suara salam terhubung dari telpon.
"Assalammu'alaikum, ada apa bang?" Alika menyapa kakaknya yang memang sudah lama tak menghubunginya.
"Wa'alaikum salam, de! abang mau ke luar negeri untuk melakukan pekerjaan untuk beberapa bulan ke depan, aku akan titipkan ikhna boleh?" tanya Rayan penuh harap.
"Gak! aku gak mau! kamu bawa aja dia! ade udah bilang ke abang bila mencintai ya bilang jangan cuma di pendam, aku tau banget pasti dia gak mau kuliah dan mencintai seorang pria dan mau menikah kan?" tanya Alika yang tahu betul bagaimana kecantikan Ikhna yang mampu memikat banyak pria, kecuali suaminya.
"Iya" Rayan menjawab lirih, mau bagaimanapun Rayan dan Alika adalah saudara kembar dan perasaan mereka seakan terhubung satu sama lain.
"Ck, dah lah kerja aja yang rajin sekarang! Ikhna juga pasti ingin bahagaia dengan pria pilihannya!" Alika memberikan saran dan memperingatkan Rayan agar tidak bertindak macam macam yang melanggar hukum.
"Iya de abang tau, tapi aku khawatir dengan Ikhna" Rayan mengungkapkan perasaannya.
"Hmmm, kalo itu kan urusan perasaan Ikhna sama abang, coba abang tanya dulu baik baik seperti gini nih, tanya kalo abang mau ke luar negri dan Ikhna maunya gimana?" Alika memberikan saran dan langsung di mengerti Rayan.
"Baiklah de, terima kasih! ucapkan salamku untuk kak Rama dan si kembar Raina dan Raisa" Rayan ingin menutup ponselnya sebelum akhirnya Alika mengucalkan salam.
"Ya kak, bicaralah baik baik wasalammu'alikum."
"Wa'alaikum salam."
Rayan menutup ponselnya dan membuka pintu yang berukuran amat besar di kamarnya menuju dapur, Rayan mulai memasak dengan kemampuan luar biasanya, para koki hanya memperhatikan dan beberapa pelayanpun hanya dapat menatap kagum ke arah Rayan.
"Paman!" Ikhna memeluk Rayan dari belakang, sekilas aroma shampo Ikhna melebur memenuhi hidung Rayan namun dia kembali berusaha menyadarkan dirinya, berusaha agar tidak larut dalam suasana yang akan menyiksanya perlahan.
"Paman kenapa diam aja?" Ikhna berusaha mencari tahu mengenai kesalahan yang dia buat, karena biasanya bila Rayan diam berarti dirinya melakukan kesalahan.
"Tidak apa apa, duduklah! sebentar lagi makan malamnya siap!" Rayan tak menggubris layaknya seperti biasa yang sering mengelus pucuk kepala Ikhna.
"Paman? apa paman sedang marah pada Ikhna?" Ikhna memasang wajah imutnya di depan wajah pamannya.
"Tidak!" Rayan menjawab singkat dan mengambil piring yang siap di sajikan di bantu beberapa pelayan.
"Paman bohong! aku gak akan mau makan sebelum paman bilang!" Ikhna merajuk dengan rengekan manjanya.
"Hmmmm... fiuuuh... Paman hanya merasa khawatir saja, bulan depan paman harus berangkat ke luar negeri dan mungkin tak akan pulang untuk beberapa bulan kedepan, paman hanya khawatir padamu!" Rayan mengusap rambut Ikhna lembut dan mungkin itu adalah yang terakhir kali Rayan melakukan itu.
"Paman?" Ikhna mengadu adukan dua jari telunjuknya manja. "Apa bisa sebelum paman berangkat aku menikah dulu biar aku bisa tinggal dengan suamiku dan pamanpun tak akan khawatir lagi padaku" usul Ikhna berharap di restui.
Layaknya di sambar geledek Rayan mengejang dengan dada yang terasa di remas, amat sangat menyiksa namun dia berusaha melerai keegoisannya dan mencoba menerima dan memberikan kebahagiaan yang di inginkan Ikhna.
"Hmm.." Rayan mengangguk dengan sangat berat dengan dada yang sekan terhimpit oleh batu yang sangat besar.
Ikhan terbelalak dan langsung bersorak kegirangan layaknya anak kecil, dia merasakan rasa bahagia yang menggeluncah hebat.
"Wwwaah... Paman, kamu yang terbaik aku sayang padamu paman!" Ikhna memeluk Rayan dengan kegirangan tanpa tahu bila dada Rayan saat ini sangat sakit dan amat terasa tusukan tajam dari anggukkannya barusan.
"Minta apapun yang kamu butuhkan dari pelayan dan asiaten paman, beberapa hari ini paman akan sangat sibuk, jangan nakal dan lakukan ospeknya dengan baik, mengerti!" Rayan mulai menyantap hidangan yang serasa empedu itu, begitu pahit lidahnya saat itu bahkan dia sangat ingin langsung pergi namun dia tak tega meninggalakan Ikhna makan sendirian.
Ikhna menceritakan semua konsep pernikhan yang dia inginkan, Rayan tak mendengarkan dan hanya mengangguk saja hingga akhirnya makanan yang menyiksa di atas piringnya habis.
"Mintalah pada asisten paman apapun yang kamu inginkan, paman masih ada pekerjaan yang tertunda tadi dari kantor" Rayan beranjak meninggalakan meja makan menuju ruang belajarnya.
Ikhna mengangguk senang dan melanjutkan makannya yang terasa amat nikmat, dan beranjak menuju kamarnya.
"Kak Adit!" Ikhna menghubungi Adit dan langsung bersorak bahagia.
"Ada apa sayang?" tanya Adit tersenyum lembut.
"Pamanku sudah setuju, kita akan menikah kapanpun waktu yang kakak anggap siap, semua persiapannya akan di lakukan asisten paman, aku sayang kak Adit muah!" Ikhna mencium layar ponselnya sendiri, secara lngsung memang dirinya tak pernah berciuman namun dia tahu pasti bagaimana orang lain berciuman.
"Iya sayang aku juga sayang banget sama kamu, gimana kalo minggu depan aja kita nikahnya sayang?" Adit menaruh nada menggodanya dalam kata sayang untuk Ikhna.
"Hmmm.. Baiklah kak! bye.. Aku mau siap siap dulu!" Ikhna menutup ponselnya dan mulai menulis berbagai jenis keperluannya dan acara yang akan di langsungkan bersamaan dengan undangan yang akan di sebarkan.
Dada Rayan hanya bisa berguruh namun tak bisa mengeluarkan suara.
Beberapa hari berlalu persiapan pernikahan yang menghabiskan jumlah uang lebih dari 100 M itu menjadi tontonan yang sangat menakjubkan berjuta pasang mata iri melihat keberuntungan Ikhna, sedangkan Rayan hanya dapat meringis meratapi nasibnya yang merana, amat sangat sulit untuk dia hadapi namun dia adala pria baik yang mustahil baginya untuk merenggut kebahagiaan keponakannya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Tari Gan
yg sabar paman
2023-01-21
1
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
itulah kelebihan dari sau dara kembar, tau apa yang di rasakan oleh saudaranya itu walau tak cerita apapun.
2023-01-21
1
Hiatus
ku jadi pengen lihat visual ikhna Thor...
2023-01-19
2