'"Assalammu'alaikum de! bilang pada suamimu aku menemukan Raisa dan dia ada di sebuah gudang tua nanti aku kirimkan lokasinya, ini darurat kak, aku tahu dia di culik karena mendapatkan pesan misterius, cepatlah datang'" isi pesan yang di kirimkan Rayan.
"Udah main mainnya?" seorang pria bertumbuh tinggi dan kokoh menyapa Rayan yang bediri di depan gedung tua.
"Eh paman!" Rayan menghambur memeluk Rama penuh rindu, meski Rama adalah adik iparnya namun panggilannya tak pernah berubah dia selalu memanggil Rama paman.
"Kamu lebih tampan Ray" Rama tersenyum memuji Rayan yang memang terlihat lebih tampan.
"Iya dong! efek rajin wudhu" seru Rayan dengan senyum yang mengembang, "jadi, sebenarnya paman sudah tahu kelakuan si Ica?" Rayan terkekeh bagaimana melihat kelakuan keluarga kecil itu.
"Tidak tahu semua juga si, tapi ya dia sangat nakal" seru Rama terkekeh melihat kelakuan anaknya yang jauh berbeda meski saudara kembar.
"Kita tunggu di sini saja, takut si Ica malah curiga" seru Rayan merasa kasihan pada strategi Ica yang gagal total.
"Gak papa, dia memang sudah tahu kok, dia bukan bocah bodoh" seru Rama dan melangkah memasuki gedung menuju tempat di mana putrinya berada.
"Keluar! sebelum ayah bongkar kelakuan kamu pada mami mu" ucap Rama menggedor pintu tempat Raisa berada.
Di bawah gedung Raisa mengendarai sepeda kecilnya menggoesnya menuju tempat rahasiannya, dengan senandung lembut menuju sebuah taman indah dan membuka pintu gorong gorong air dan terlihatlah sebuah pemandangan tak biasa, dengan interior merah muda dan berjenis jenis kabel dan komputer menyala, Raisa tersenyum penuh kemenangan.
"Dasar orang tua belum tua, tahu aku cerdas mana bisa aku di peralat kalian!" ucap Raisa merapikan sepedanya yang semula dia lipat.
.........
"Ica? jangan main main denganku" Rama kian terbakar emosi dengan kelakuan putrinya dan memutuskan mendobrak pintu ruangan yang sudah lapuk itu di bantu Rayan.
Brak.. Pintu akhirnya terbuka, Deg.. Deg.. Deg.. Jantung Rayan seakan terhenti sejenak menatap tubuh yang tinggal tulang dan kulit dengan urat urat yang mengering, mata cekung ke hitam hitaman dan kulit putih pucat pasi dengan begitu banyak bekas bacokan dan senjata tajam, dengan kotoran yang terkumpul di pojok ruangan dan piring piring pecah bekas makanan.
"Si..siapa ini?" Rama hampir tak mengenali sosok di hadapannya, namun berbeda dengan Rayan yang telah berlinang air mata, aroma kotoran yang menyengat tak membuatnya mundur dan malah maju mendekat menatap wanita di atas ranjang besi yang hampir mati.
Dengan sigap Rama menyambar lengan wanita itu, merasakan denyut nadi tubuh yang hampir menjadi kerangka itu, "dia masih hidup!" seru Rama dengan sigap dan tanpa rasa jijik sedikitpun Rayan mengangkat yang terasa kapas itu berlari ke bawah dan menyalakan mesin mobil, tanpa dia sadari Rama tertinggal di gedung tua itu.
"Bentar apa apaan si ini kenapa si Rayan malah jadi kaya kesetanan gitu?" Rama menggaruk kepala bagian belakangnya dan menutup hidungnya menghindari bau yang begitu menyengat.
Sebuah pesan sampai pada ponsel rama, "'terima kasih papi sayang! Ica sayang papi, jangan marah!"' Rama mengepalkan tangannya dan sangat ingin melemparkan ponselnya namun dia mengurungkan niatnya dan keluar gedung itu, mengambil mogenya yang semula dia sembunyikan, melihat supir yang terdiam di depan gedung tua.
"Ayo!" ajak Rama menyapa supir yang tengah terpatung dan kembali menarik tali gas motornya.
Di perjalanan Rayan mengendarai mobil yang mana sopirnya dia tinggalkan di gudang tua, dia mengendari layaknya orang kesetanan, beberapa kali dia menerobos lampu merah dan teriakan teriakan orang yang hampir dia takbrak tak dia hiraukan, wajahnya panas dengan air mata yang berlinang.
"Siapapun tolong aku, dokter! perawat!" Rayan berteriak seperti kesetanan mengangkat tubuh mungil Ikhna, beberapa dokter dan perawat tiba membawa matras den ranjang rumah sakit.
"Taruh di sini tuan!", ucap seorang perawat, Rayan mengangguk dengan tangannya yang bergetar hebat.
Dia menekan kepalanya yang bedenyit dan mengikuti ke ruangan di mana Ikhna akan di rawat.
"Tuan, isi biodata pasien dan data data yang di perlukan pasien" seru seorang perawat.
"Ta..tapi Ikhna?" Rayan menunjuk Ikhna yang kian menjauh bersama dokter dan para perawat.
"Anda tenang saja, beliau sudah di tangani dengan baik oleh ahlinya" nasihat dari perawat memberikan lembaran kertas pada Rayan.
Tring, sebuah pesan sampai pada ponsel perawat itu, "eh maaf tunggu tuan, apa ini pasien bernama ikhna?" tanya perawat itu sesekali memperhatikan ponselnya.
"Benar, ada apa?" tanya Rayan memegang kertas dengan tangan bergetar.
"Pihak rumah sakit sudah menginformasikan bila pasien bernama Ikhna telah terdaftar secara online dan tidak perlu mengurusi administrasi, seluruh biaya rumah sakit sudah di tanggung oleh seseorang", seru perawat itu.
"Siapa?" tanya Rayan penasaran, namun kemudian ponsel Rayan berbunyi, Rayan menyipitkan matanya menatap nama dalam ponselnya.
"Hai paman! aku minta imbalan tiga kali lipat ya, salam sayang dari Ica" ucap Raisa dari sebrang telpon dan sebelum Rayan mengucapkan terima kasih Raisa telah menutup telponnya.
Sebuah senyum terukir di bibir Rayan, dia memang selalu jadi korban dari Raisa sejak Raisa bayi, tapi Raisa terlahir sangat beruntung dan selalu lolos dari paman dan papinya.
Rayan tersenyum pahit dan berlari ke ruangan UGD tempat Ikhna di periksa, "bagaimana kondisinya?" tanya Rayan penuh penasaran saat melihat dokter telah selsai memeriksa Ikhna.
"Fiyuuh.. Dia baik baik saja sekarang, dia kekurangan cairan, gizi dan tubuhnya penuh luka, selain itu karena tiga penyebab itu nona ini akan mengalami gangguan pencernaan, ginjal bahkan jantung atau sejenisnya, jadi sebaiknya nona ini melakukan pemeriksaan keseluruhan" ucap dokter tersebut merasa khawatir melihat Ikhna yang yang seperti mayat.
"Ba..baiklah!" Rayan mengepalkan tangannya, siapa sebenarnya yang melakukan ini pada Ikhna, bahkan Rama saja sampai tidak mengenali Ikhna.
"Tunggu! Ica yang mengetahui semua ini, dan sebelumnya dia membawa dan menangkap Adit, itu artinya Adit yang melakukan ini, tapi kenapa?" gerutu Rayan mondar mandir dengan kepala yang berdenyut.
Dalam kasus ini memang kunci di balik semua halnya adalah Raisa, tapi Raisa yang memang tercipta bukan seperti manusia sudah bertindak sangat jauh bahkan di luar pemikiran Rayan dan Rama, hanya ibunya saja yang tahu apa yang di lakukan Raisa karena dia tahu dengan naluri seorang ibu.
.........
Tujuh jam kemudian, Rayan mendapatkan telpon dari pengacaranya tentang Rayan yang melaporkan Adit dengan pasal berlapis lapis, dengan bukti yang sangat kumplit.
Rayan benar benar kikuk dengan apa yang terjadi dia yang tidak tahu apa apa hanya dapat meng iyakan saja.
Dengan sangat lembut kini Rayan menggenggam tangan Ikhna penuh sayang, penuh perasaan dan cinta yang begitu dalam.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Tari Gan
apa motif nya si Adit nyiksa istri nya sendiri
2023-01-22
1
#••Embun ™^ad•~💦 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
memang ketakutan kehilangan orang yang di sayang memang sangatlah begitu meresahkan, apapun akan ia lakukan demi menyelamatkannya...
2023-01-21
1
Hiatus
kasian ikhna deh ternyata suaminya sendiri dong yang ngelakuin hal keji itu...
2023-01-19
0