Bab 11

🌺

"Shinta, ngapain kesini?" ucap pria itu bertanya, tampak heran.

Seketika senyum yang terbit pun sirna dari sudut bibir wanita cantik itu. "Kamu gak suka ya aku datang?" Shinta menjawab dengan pertanyaan.

"Hmm, se-senang. ayo masuk" ajaknya. mereka berdua pun memasuki kediaman tersebut.

"Aku ke kamar dulu, mau ganti baju. siap mandi soalnya" pamit Daffin

"Baiklah sayang" turut Shinta, menduduki sofa ruang tamu bersama Raka.

Daffin menghampiri kamar dengan tergesa-gesa, menutup pintu lalu menyuruh simpanannya untuk mengumpet.

"Charlotte, pakai bajumu dan diam saja disini! kalau seseorang masuk, kamu ngumpet dibawah kolong, oke??" ucap Daffin dengan suara pelan.

"Emang siapa yang datang?" tanyanya

"Kekasihku di Indonesia" jawabnya

Charlotte terbelalak, "Biarin saja dia tau agar kalian putus" ucap wanita itu dengan santainya.

Daffin menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Belum saatnya sekarang, Sayang"

"Hmmm,"

"Tenang sayang, kamu yang paling aku cintai dan kita akan terus bersama, oke? sekarang belum saatnya" Daffin memberikan pengertian pada wanita berparas bule itu, memegang kedua pundaknya lalu mencium bibir itu untuk beberapa saat.

Eemmh ..

"Kau membuatku candu, Daffin. aku menginginkan lagi" bisiknya

"Aku juga. nanti kita lanjut lagi. aku harus berpakaian sekarang"

"Baiklah"

Daffin pun bergegas ke ruang ganti yang memiliki jajaran pakaian didalamnya dan juga sepatu hingga jam tangan. Setelah selesai ia menyelonong pergi tanpa memperdulikan Charlotte yang duduk santai di ranjang.

"Perempuan sialan!" gumamnya berdecak.

Daffin pun telah tiba di ruang tamu, duduk di sofa berhadapan dengan kedua tamu yang tak diharapkan.

"Shinta, dia siapa??" tanya Daffin

"Dia Assisten ku, Sayang" jawab Shinta

Daffin mengerutkan dahi. "Udah ganti Assisten?" tanyanya

"Hmm, tidak. dia Assisten keduaku yang akan menemani ku kemari. ntah kenapa mama gak ijinkan ku pergi sendiri" jelas Shinta sedikit gugup

"Oh" dia mengangguk paham. dan sejurus itu Raka langsung mengulurkan tangannya dihadapan Daffin.

"Saya Raka" ucapnya. disambut hangat oleh pria keturunan Jawa-Jerman itu.

"Daffin" kemudian pagutan tangan pun terlepas.

"Ah bentar, aku buatkan minum dulu" ia bangkit, bergegas ke dapur.

Shinta tersenyum-senyum melihat punggung kekasihnya, lalu menoleh menatap sang suami. "Lihat? dia tampan, ramah dan perhatian lagi. hangat pula" ucap Shinta membanggakan pria tersebut.

"Ya, lumayan" sahut Raka

"Gak seperti kamu, nyebelin" gerutu Shinta, mencubit kecil bahu Raka lalu beranjak berdiri.

"Aw! jangan cubit juga kali" gerutunya.

"Hehehe." Shinta melenggang pergi meninggalkan sang suami.

Shinta berjalan ke dapur, menemui kekasih yang teramat ia cintai. Kekasih yang selama ini tak menemuinya, sudah berbulan-bulan pria itu tak pulang dan malah betah di Kota ini. biasanya, tiap dua bulan sekali ia akan ke Jakarta, namun nyatanya tidak dan itu sungguh membuat Shinta sesak dan stress. Tuntutan keluarga, Daffin yang sibuk disana, membuat Shinta lelah dan mencari suami sewaan lewat biro jodoh hingga ia bertemu dengan Raka.

"Sayang," Shinta memeluk Daffin dari belakang yang sibuk membuatkan orange juice.

"Sayang, kenapa hm?" sahut pria itu

"Aku kangen" keluh Shinta

Daffin membalikkan badannya,.menatap wanita ini dan merengkuh pinggang rampingnya dengan kedua tangan. hingga tak meninggalkan jarak diantara mereka.

"Sekarang aku udah dihadapanmu. masih kangen??" tanyanya, menelusuri setiap sudut wajah cantik itu.

Shinta mengangguk. "Sangat kangen tau! kamu jahat gak pulang-pulang lagi" keluhnya, mencebikkan bibir

"Aku sibuk banget sayang. dan sebentar lagi harus kembali ke lokasi" ucapnya. sontak saja Shinta terbelalak dan melepaskan kedua tangannya dari leher itu.

"Ada aku pun kamu masih sibuk juga kerja! libur dulu lah yaa" pintanya

"Gak bisa, Sayang. aku harus bersikap profesional, bukan?"

"Hm"

Wanita ini, sungguh membuat Daffin gemas. Ia menyentuh dagu itu, sedikit mengangkatnya lalu mencondongkan wajahnya ke depan. alih-alih ingin menciumnya. Namun, lagi-lagi seperti biasanya Shinta menolak sentuhan itu.

"Kenapa lagi? kamu selalu ngelak kalau mau aku cium"  keluh pria itu

"Aku tak suka, Daffin" 

"Kamu gak berubah. padahal cuma kissing aja" 

"Maaf,"

"Yasudahlah, ayo ke depan" ajaknya. membawa nampan berisi tiga gelas juice orange dan sepiring cake. 

**

"Sudah siang, kalau mau masak dikulkas ada tuh bahan-bahannya. kamu boleh masak, Sayang" ucap Daffin pada Shinta yang tengah menonton televisi bersama Raka. sedangkan Daffin tengah mengenakan jam tangannya. pria itu sudah bersiap untuk berangkat.

"Kamu gak makan siang dulu?" tanya Shinta

"Aku masih kenyang, Yang. dan sialnya malah tengah hari syutingnya" keluh pria itu

"Aku ikut ya" pinta Shinta

"Eh, jangan! kamu pasti capek, mending rehat dulu. besok baru ikut aku" 

"Hhh .. baiklah"

"Mending kamu masak deh, udah siang" suruh Daffin, alih-alih ada maksud tertentu.

"Aku gak bisa masak. hehe"

"Raka bisa tuh, iya gak?" Shinta menoleh ke arah Raka

"Bisa sih" jawabnya

"Yaudah, pergi sana ke dapur" suruh Shinta

"Kamu jugalah. bantuin, biar bisa juga" ucap Raka. 

"Is! malas!" 

Kesempatan, batin Daffin.

"Raka benar tuh, kamu harus belajar masak sama dia. biar kita udah nikah nanti aku bisa nyobain masakan kamu" ujar Daffin. membungkukkan badannya di punggung sofa lalu mencium pelipis kekasihnya itu.

Shinta menoleh, "Emang kamu akan menikahiku?" tanyanya

"Tentu saja, Sayang"

Senyum cerah pun terbit. ia beranjak berdiri lalu memutari sofa untuk menghadap pada kekasihnya.

"Serius??" tanyanya, kedua tangannya mengalung dileher sang kekasih.

Membuat Raka yang berada disana menjadi salah tingkah melihat kemesraan mereka. ia bangkit dan pamit ke dapur setelah si Tuan rumah menganggukkan kepalanya.

"Sayang, kalau kamu begini terus aku akan menciummu" ucapnya dengan nada sensual.

Sontak Shinta pun menjauh sembari cengengesan.

"Yasudah ke dapur sana, aku mau berangkat" 

"Aku antar yaa," 

"Gak usah. pergi sana"

"Huh! baiklah" Shinta menurut dan menyusul Raka ke dapur. 

 Daffin pun akhirnya bisa bernafas lega, mengelus dadanya sejenak lalu ke kamar untuk memanggil kekasih simpanannya.

"Aman! ayo cepat!" panggil Daffin pada Charlotte. wanita itu bergegas keluar kamar dengan membawa berbagai barangnya. 

"Dimana wanita itu?" ia celingak-celinguk

"Ada di dapur sama babunya" 

"Ih, mulutmu! ayo kita pergi" ajak wanita itu. mereka berdua pun bergegas keluar Apartement dengan tergesa-gesa hingga pintu tertutup dengan rapatnya.

"Jadi kamu syuting hari ini sayang?" tanya Charlotte

"Sebenarnya nanti jam dua. tapi aku membohongi mereka dengan mengatakan sekarang ini juga" jawab Daffin, tergelak. ia merangkul kekasihnya.

"Dasar! tapi syukurlah. apa rencanamu sekarang?" tanyanya

"Tentu saja ke rumah kamu, melanjuti kegiatan kita yang tertunda" bisiknya dengan nada sensual. hingga tibalah didepan lift, kedua orang itu bergegas masuk. 

Eeemmmh ...

Charlotte mendesah saat bibir itu ********** dengan buas. salah satu tangan Daffin menyelinap memasuki rok hingga memainkan inti tubuh itu dengan cepat. Charlotte semakin kewalahan, tapi ini rasanya nikmat sekali. 

 Hingga pintu lift pun terbuka, mereka masih saja melakukan hal seperti itu membuat orang-orang yang melihatnya merasa malu. Charlotte tersadar saat kebisingan dapat ia dengar, membuka matanya lalu menjauhkan diri dari Daffin.

"Sorry,"

🌺

*bersambung*

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!