Bab 8

🌺

"Hei! kamu ngapain disitu!" Shinta yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, mendapati Raka tengah berbaring di ranjangnya. membuatnya mengerang saat itu juga.

Raka yang baru saja memejamkan mata, sontak terkaget mendengar gertakan itu. Ia meringsek, "Tidur" jawabnya dengan lugu.

"No! no! no! pindah!!" Shinta menunjuk sofa di sisi kanan ranjang, tepatnya di tepi jendela kaca yang lebar berbatasan dengan balkon.

"Hah??" Raka terhenyak

"Tidur di sofa!" titahnya lagi

"Is, kita kan suami istri, wajib dong tidur berdua diranjang. apalagi ehem-ehem" godanya

Shinta melotot. "Dasar mesum!!" melempar handuk kecil hingga tepat mengenai wajah suami kontraknya.

"Aish kau ini! istri gak ada akhlak" Raka mendengus, ia bergegas berdiri lalu mengambil bantal dan guling, setelahnya berpindah ke sofa.

"Ah, gitulah" perasaan Shinta pun lega, ia mengambil handuk kecil diranjang lalu berjalan menuju ruang ganti. tentu saja bersekat, agar pria itu tak melihat tubuh mulusnya.

**

Matahari memancarkan sengatan cahaya yang menerangkan penjuru bumi pada pagi itu. Sinarannya menyelusup masuk dari balik gorden kamar yang telah dibuka lebar oleh sepasang tangan. Hingga ruangan itu lebih leluasa diterangi oleh pancarannya.

Raka, pria itulah yang membuka kain gorden lebar-lebar, membiarkan matahari menghangatkan kamar itu. Raka, telah tampak segar dengan balutan pakaiannya. rambut klimis yang tersisir rapi memberi kesan cool pada pria ini.

Raka menggeleng-gelengkan kepala tatkala melihat gadis itu masih tertidur pulas di atas ranjangnya, tanpa terganggu akan sengatan mentari yang menembak dirinya secara langsung.

Raka mendekat, menatap lekat wajah polos tanpa taburan make-up sedikit pun. alis tanpa coretan, hidung mancung tanpa komedo, pipi sedikit tirus tanpa jerawat, dan-bibir-yang menjadi salah satu daya tarik lawan jenis saat menatapnya. Bibir yang terbentuk dengan sempurna dan berwarna merah bak cherry. menggiurkan.

"Hei, bangun! mandi lagi sana!" Raka mengguncang pundak wanita itu, namun tak ada dengkuran halus olehnya.

"Udah pagi lho! bangun!" sedikit berteriak di telinga gadis itu, membuatnya meringis merasakan geli pada telinganya.

Wajahnya mengkerut, tak mengindahkan panggilan suaminya dan berbalik arah ke samping kanan tepat sang mentari langsung menembak wajahnya.

Shinta mendesis, ia meraih guling dan menaruhnya tepat didepan wajah.

"Astaga! malah tidur lagi!" gerutu Raka.

Hingga pria itu melihat jam waker diatas nakas, seketika ide cemerlang merasuk ke dalam akal pikirannya. Ia tersenyum seringai setelah itu.

**

"RAKA!!!" Shinta berteriak kencang tatkala tidurnya terganggu akan bunyi waker yang begitu kuat disaat dirinya tengah ingin menghabiskan hari liburnya dengan tidur sepuas-puasnya.

Namun hanyalah sia-sia, kini ia baru sadar bila dirinya telah bersuami dan Shinta sungguh kesal melihat kain gorden yang terbuka lebar ditambah lagi alarm waker membangunakannya.

Sungguh menyebalkan! Shinta bergegas turun dari ranjang untuk membersihkan diri.

"Pagi Ibu, adek ipar" Shinta menyapa mertua dan adik-adik dari sang suami.

"Pagi juga, Shinta" sahut Ibu.

"Kalian kenapa menatapku sampai segitunya?" gerutu gadis itu tatkala melihat raut wajah orang tua dan mertuanya dengan pandangan yang aneh. lalu ia kembali menatap Raka dengan tatapan tajam. sedangkan Raka menundukkan wajah tak berani menatap gadis itu.

Pasti dia mengatakan sesuatu! batin Shinta

"Shinta, duduklah nak" titah Papa. ia menurut

"Sepertinya malam kalian menyenangkan yaa, sampnai tuh rambut sama-sama basah" ucap Mama sedikit terkekeh

"Emang kenapa, Ma? namanya mandi ya lebih segar kalau keramas lah" gerutu Shinta, menggeleng-gelengkan kepala

"Hmmm, ya ya ya. yaudah ayo kita sarapan dulu. kamu kelamaan banget jadi nunggu nih kita"  gerutu Mama

"Iya"

Dua pihak keluarga itu pun menikmati sarapan pagi dengan begitu lahapnya, menu bubur ayam buatan Bibi yang menggoda dan menggoyangkan lidah, sangaat nikmat sekali.

Setelah selesai makan, Papa menatap anak dan menantunya secara bergantian seolah ingin mengatakan sesuatu yang cukup penting. Papa menoleh menatap istrinya, Mama langsung mengangguk seolah paham apa maksud sang suami.

"Shinta, Raka,"

"Ya?" sahut keduanya bersamaan

Papa mengambil sesuatu dari balik meja, menyodorkan dua buah tiket pada sepasang pengantin baru itu.

"Pergilah berbulan madu, ini dua tiket ke Paris dan Amerika" ucap Papa

Sontak saja Shinta dan Raka kaget dibuatnya. mereka terpana dan tercengang.

"Ini passport Raka sudah Papa persiapkan"

"Amerika, Pa??" raut wajah itu merona, mendengar ucapan sang Ayah.

"Emang Papa tadi nyebut Amerika yaa?" Papa bingung, kembali menatap tiket itu yang ternyata tak ada tiket bertuliskan Amerika.

"Eh, Papa salah baca, Paris dan Swiss maksudnya. hehe" Papa Winata cengengesan

Seketika Shinta yang tadinya semangat malah terlihat lemas, menyandarkan punggung ke sandaran kursi dengan rasa frustasi. padahal ia berharap ingin menjumpai Daffin saat keduanya tiba di Negeri Paman Sam tersebut.

"Hah, Papa!" keluhnya

"Ambillah" menggerakkan tiket itu untuk segera diambil

"Gak, Pa. kami gak perlu berbulan madu" tolak Shinta

"Kami gak mau tau, pokoknya kalian harus pergi dan pulang dengan memberi kabar baik" ujar Mama Shanti

"Mama! gak mesti honeymoon juga lah" rengek wanita itu. 

 Raka yang melihatnya, memutar bola matanya merasa jengah. Ia pun dengan ragu mengambil tiket dari tangan mertua.

"Papa, kita akan pergi" celetuk Raka, mengambil tiket itu

"Ah, Raka .. syukurlah. kalian harus berliburan dan menghabiskan waktu berdua. jangan lupa-buatkan kami cucu" ketus Papa Winata. Sontak saja tubuh itu mengerang hebat mendengarnya.

Cucu? bahkan pernikahan ini hanya sebuah kontrak. batin Raka

Is pria ini! apa-apaan dia malah mengambil tiket itu! mencuri kesempatan rupanya! Papa juga asal nyeplak minta cucu. mana mungkin, batin Elshinta

"Hehehe, itu pasti, Pa. Papa, Mama, Ibu, do'ain aja semoga Allah cepat beri rezeki untuk kami" ucap Raka sedikit tersenyum paksa

"Aamiin" 

**

"Heh! apa-apaan kau ngambil tiket itu dari Papa hah!" Shinta, mencengkeram lengan itu dengan kuat, giginya bergemeletuk dan mata indahnya melotot.

"Hei, lepas dulu! bukannya kita harus sandiwara? gak mau kan mereka curiga pada hubungan kita? lagi pula kau beruntung aku mengambil kesempatan ini" ujar Raka

"Maksudnya? beruntung apa? kau kali yang beruntung bisa lihat dunia luar. beruntunglah orang kaya mengontrakmu" ketus Shinta, menyedekapkan kedua tangannya di dada. 

"Hmmm, judes sekali! maksud aku tu, dengan ini kau bisa menjumpai kekasihmu itu. kau kan orang kaya, adalah duit untuk kesana, bukan?" Raka dengan ide cemerlangnya, tersenyum seringai menatap sang istri yang mulai paham akan maksudnya. 

Prok!!

Shinta memukul lengan itu, membuat Raka menggaduh. "Aww!"

Senyum cerah terbit juga disudut bibirnya. "Kau betul! kita akan ke Amerika" ucapnya dengan penuh kegirangan.

"Iya, aku cemerlang'kan? tapi gak pakai dipukul juga kali!" gerutu Raka.

"Ah, Raka! sorry yaa suamiku!" perempuan itu menguyel-uyel pipi suaminya, membuat Raka meringis lagi.

"Lepas! tapi kita juga harus memanfaatkan tiket ini" Raka mengibas dua tiket itu

"Hah?? untuk apa? bagiku yang terpenting itu ke Amerika" 

"Iya! tapi sayang kalau dibuang, kapan lagi aku bisa lihat pemandangan diluar negeri" 

"Is! dasar pencuri kesempatan!"

🌺

*bersambung*

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!