🌺
"Queen, sebaiknya kamu mulai mempersiapkan pernikahanmu. Tidak usah bekerja, ada Assisten Rian yang mengurus perusahaan" Ucap Papa di saat mereka bertiga tengah sarapan pagi bersama.
"Tapi, Pa.. Rian yang akan mengurus semuanya" Sanggah Shinta
"Tidak, Papa sudah menghubunginya tadi malam kalau dia yang akan menghandle perusahaan untuk sebulan ke depan"
Sontak saja Queen terkejut, "Apa???"
"Emang dia gak bilang apa yang Queen suruh??"
"Dia mengatakannya kalau dia mulai sibuk mengurus pernikahanmu. Tapi Papa langsung menyuruhnya untuk mengurus perusahaan saja"
"Huh!!" Shinta mendengus kesal
"Habiskan makananmu dan ganti pakaian. Lalu ajak Raka untuk fitting baju" Titah Papa
Shinta tak mengindahkannya, ia sibuk menghabisi rotinya dengan tergesa-gesa.
"Pelan-pelan, Shinta"
"Hm"
"Nanti kamu datang ke butik xxx, langganan Mama"
"Ya" Sahutnya singkat.
**
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam" Sahut seorang wanita dari dalam rumah
Ceklek,
"Cari siapa kak?" Sosok wanita menatap heran pada tamu yang mengetuk pintunya. Penampilannya sangat cantik dan pikirannya pun langsung menerka-nerka siapa itu.
"Saya Shinta, apa ini rumah Raka?" Tanyanya
"Kak Shinta pacar kak Raka??"
"Ya betul sekali"
"Ayo masuk, Kak. Kak Raka lagi mandi" Wanita itu mempersilakan Shinta untuk masuk ke kediamannya yang sederhana ini.
Elshinta mengedarkan pandangan menatap setiap sudut ruang tamu yang tak banyak memiliki perabotan. Hanya ada televisi, meja dan duduk lesehan diatas karpet. Tempat yang sederhana tapi membuat sangat nyaman.
Hingga kedatangan seorang wanita parubaya mengalihkan perhatian Shinta. Gadis itu beranjak berdiri,
"Nak Shinta yaa" Sapa wanita itu
"Ibu, saya Shinta" Gadis itu menyalimi punggung tangan Ibu dengan takhzim.
"Ayo duduk! Jadi benar kalau kamu pacar Raka?"
"Benar, Bu. Sudah 5 bulan" Jawabnya
"Kok kamu mau sih sama anak saya?"
"Mungkin emang udah jodohnya, Bu. Kita kan gak tau jodoh kita siapa"
"Ibu jadi gak enak sama kamu, kata Raka kalau keluarga kamu yang membiayai semuanya" ujar Ibu merasa tak enak hati
"Gak apa-apa, Bu. hanya pernikahan sederhana kok" tukasnya.
Wanita muda tadi pun datang menghampiri mereka dengan membawa teh hangat untuk tamunya, setelahnya duduk di samping Ibu menatap cantiknya calon kakak ipar.
"Ini Sekar, anak kedua Ibu. kuliah semester akhir. berkat Raka lah adiknya bisa kuliah" Ibu mengenalkan putrinya itu.
Sekar, berusia 22 tahun yang beberapa bulan lagi akan wisuda. Kini gadis itu tengah sibuk mempersiapkan skripsi sebagai tugas akhirnya di bidang fakultas tata boga. Sekar, bercita-cita ingin menjadi Chef dan bermimpi ingin membuka kafe namun entah kapan itu terwujud.
"Hai Sekar, kuliah dimana?" tanya Shinta
"Di Universitas xxx, Kak. ambil tataboga" jawabnya
"Oh, keren juga tuh tataboga, hobi masak pasti ya"
"Hehehe, iya begitulah kak"
Disela-sela obrolan panjang yang terasa hangat, berawal kenalan dan menceritakan banyak hal, akhirnya yang ditunggu pun datang.
Raka datang memperlihatkan dirinya dihadapan Shinta dengan penampilan yang biasa saja namun terkesan tampan. Mengenakan kaos polo dan celana cargo, tak lupa pula rambut basah yang tertata rapi.
"Sepertinya kita harus pamit, Bu, Sekar, menjelang pernikahan harus banyak yang dipersiapkan" pamit Shinta beranjak berdiri.
Raka bingung
"Hati-hati yaa, Raka memang harus ikut andil"
**
"Katanya Assisten kamu yang mengurus?" tanya Raka saat keduanya sudah memasuki mobil
"Gak jadi. ini gara Papa yang menyuruhku melakukan semua" gerutu Shinta
Pfffftt ...
"Kasihannya.. maka dari itu kamu jangan mengandalkan orang lain terus"
"Diamlah! kau meledekku kena potong gajimu" ancam Shinta dengan kesalnya
"Santai bos!"
Mobil memecah jalanan ibukota Jakarta yang masih terlihat cukup ramai, walaupun tak seramai pagi hari yang begitu padat bahkan harus terjebak macet saking banyaknya kendaraan yang harus mengantarkan Tuan untuk aktivitas pagi.
Hening, keduanya asyik menatap jalanan yang dirasa sangat terik akan mentari yang memancarkan sinarnya. tanpa terasa akhirnya mobil yang dikendarai Elshinta telah tiba di sebuah butik terkenal yang begitu luas dan memiliki dua lantai.
"Ayo turun" ajak Shinta, Raka menurut.
Kedua insan itu memasuki butik tersebut yang tidak terlalu ramai pelanggan. langsung disambut hangat oleh mereka yang memang sangat mengenal wanita cantik ini.
"Shinta, tumben kemari? mana Mamamu?" tanya pemilik butik tersebut.
"Di Rumah, Tan. oya Tan, Shinta mau lihat kebaya dan gaun pernikahan nih"
Wanita parubaya itu menjengit, "Kamu mau nikah? Daffin udah pulang?"
"Dia masih disana, bukan sama Daffin. tapi sama dia, kekasihku" Shinta menunjuk Raka yang masih berpaku menatap tempat itu.
"Dia kekasihmu?? tampan juga tapi kayaknya dari kalangan biasa" Wanita itu memerhatikan Raka yang terlihat biasa saja walaupun memiliki paras tampan.
"Hus! Tante gak boleh ngomong gitu. jodoh gak mandang kasta kan, Tante? semua udah diatur Tuhan" gerutu Shinta, berbicara dengan sedikit bijak membuat wanita itu terdiam.
Kini Shinta memilah-milah kebaya yang bagus untuknya, tentu saja untuk akad nikah berlangsung. hingga Shinta jatuh cinta pada kebaya putih yang begitu menarik di matanya, membuatnya ingin untuk mencoba kebaya itu.
"Bagus gak??" Shinta menunjukkan dirinya kehadapan Raka, menggoyangkan tubuhnya yang begitu anggun.
"Kebayanya bagus banget" ucap pria itu
"Orangnya?"
"Biasa aja"
"Ish! puji dikit napa! ini buat kamu, cobain sana" Shinta menyerahkan pasangan kebaya itu pada Raka. Raka menerimanya dan menatap bingung.
"Harus dicoba juga?"
"Yaiya!"
"Untuk memeriksa kalau tidak pas akan kita kecilkan, Tuan" timpal pegawai butik tersebut.
Raka pun mengangguk paham, ia mulai berjalan menuju ruang ganti untuk mencoba pakaian itu.
"Bajunya pas, Mbak. gak perlu dikecilin juga" ucap Raka pada pegawai. Pegawai mencoba untuk memeriksanya, dan benar saja bila pakaian formal itu sangat pas di tubuhnya.
"Hmmm, boleh juga. ternyata makin tampan pakai beginian" puji Shinta
"Aku memang tampan" ucap pria itu, bangga.
Cih! mending gak usah ku puji tadi, batin Shinta.
Setelah cukup lama berada disana untuk fitting baju pernikahan, Shinta dan Raka kembali pergi meninggalkan butik tersebut. menatap langit yang begitu semakin terik menandakan bila hari sudah semakin siang. Raka menatap jam dipergelangan tangannya, sudah pukul 12 siang.
"Kita ke restoran dulu ya, aku lapar banget" keluh Shinta
"Terserah kamu aja. yang penting bukan aku yang membayar" ketus Raka
"Cih! kau ini! matre juga"
"Hahahaha, bukan.. maksudku kalau ada yang ngajak ya gak mungkin ditolak. yang ngajak pun pasti dia yang bayar, kan"
"Dasar! sesekali kamu yang bayar dong" pinta Shinta, memelas.
"Eh, tapi jangan di restorant. mending kita makan bakso aja ya" ajak Raka
"Hah??" Shinta menjengit
"Ayolah .. bukannya aku yang bayar?" Raka terkikik melihat raut wajah wanita itu, kemudian ia menarik tangannya untuk mencapai mobil.
"Eits!! tangan! potong satu juta gaji lo" peringat Shinta menunjuk tangan Raka menyentuh tangannya.
"Kita kan belum menikah, Nona. perjanjian berlaku setelah menikah"
🌺
*bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments