Bab 9

🌺

Disinilah sepasang pengantin baru itu, berada di Negara Swiss. sebuah Negara di Benua Eropa yang dikenal dengan pegunungan Alpen yang ditutupi salju.

Swiss menjadi destinasi bagi para pencinta hiking di ketinggian, arung jeram, ski, hingga paralayang. sebuah Negara yang memiliki banyak bangunan tua dan pemandangan alam dengan gunung serta bukit yang menyejukkan mata.

Baru saja menginjakkan kaki di tanah ini, membuat Raka langsung terpana dan takjub akan kenyamanan Kota ini. Bersih, rapi, memiliki pemandangan yang beda dari tanah airnya sendiri.

Sedangkan Shinta hanya menatap biasa saja, seolah ia sudah pernah mendatangi Kota ini. menoleh menatap Raka yang tampak begitu kegirangan.

"Pemandangannya luar biasa" ucap Raka dengan takjub, menatap alam dari atas balkon Hotel yang telah dipesan oleh Papa Winata.

Sepasang pengantin itu tengah menikmati makan siang di atas balkon sembari memanjakan mata pada sekeliling Kota itu bahkan dari kejauhan.

"Ya begitulah, baru dari sini. disana semakin terpesona dirimu" seru Shinta

"Kamu udah pernah kesini?" tanya Raka

"Sudah dong, tentu saja bersama kekasihku" ucapnya bangga

"Sekarang malah sama suami kontrakkan. hahah" ledek Raka

Shinta memutar bola matanya, jengah, lalu menyesap coklat hangat yang asapnya mengepul ke udara.

"Tiga hari lagi kita ke Amerika, Daffin lebih penting dari ini" ujar Shinta, setelah keheningan terjadi.

Seketika Raka menjengit, menatap wanita disampingnya.

"Jangan tiga hari lagi lah, bukannya tiga minggu ini kita liburan" tukas Raka, tidak suka. ia telah terlanjur jatuh cinta pada tempat ini.

"Lagi pula kita harus ke Paris juga kan, kamu gimana sih" sambungnya

"Yaudah kamu sendiri aja disini. aku langsung terbang ke Amerika"

"Apa! mana mungkin, aku tidak mengerti pada tempat ini" sergah Raka, dahinya berkerut

"Pokoknya aku mau ke Amerika! kamu jangan membantah, atau ku potong gajimu" ancam Shinta, kemudian ia masuk ke kamar. tidak ingin berdebat lagi.

"Hhh .. dasar perempuan!" umpatnya, kemudian memilih duduk di bangku besi sembari melahap cake yang begitu menggoda.

"Ah, jadi rindu martabak" gumamnya.

Malam pun tiba, Raka dan Shinta menikmati malam dengan bejalan-jalan bersama melihat keindahan Kota Bern, Swiss.

Dinginnya cuaca mengharuskan keduanya untuk mengenakan jaket tebal untuk menghadapi cuaca ekstrem disini.

"Dinginnya," gumam Raka

"Mungkin Papa sengaja bawa kita ke musim dingin" ucap Shinta

"Biar apa?" Raka mengernyit

"Sok polos! ayo pul---"

Deg!

Shinta terhuyung ke belakang setelah langkahnya tersandung oleh bebatuan, dengan sigapnya Raka langsung menangkap tubuh itu hingga keduanya terhenyak dalam sebuah tatapan. Raka menatap wajah cantik istrinya yang begitu sempurna, begitu juga dengan Shinta yang terpana akan tampannya pria ini.

Beberapa saat keduanya masih betah dalam posisi seperti itu, hingga Shinta teringat akan kekasihnya disana. Ia pun bangkit, membuat keduanya salah tingkah.

"Mm-maaf udah menyentuh" ucap Raka sedikit gugup

"Hmm, ayo pulang" ajak Shinta, gadis itu jalan lebih dulu meninggalkan suaminya. menggigit bibir saat mengingat kebodohannya yang telah menatap lekat wajah pria itu.

"Tidur di sofa sana" Shinta melempar bantal dan selimut padanya

"Enggak! aku ingin di kasur. pegal-pegal badanku tau!" gerutu Raka, membaringkan tubuhnya di ranjang dengan seenak jidatnya.

Shinta mendengus kesal, "Gak boleh tidur seranjang wahai Tuan Raka!"

"Siapa bilang? kita kan sudah sah suami istri. ayolah sayang ... kita nikmati bulan madu ini" goda pria itu

"What! enak saja!" Shinta berkacah pinggang

"Ayo sini, baringlah" Raka menepuk kasur di sebelahnya, "lagi pula ini bukan kamarmu, jadi aku juga punya hak atas ini" sambungnya

Shinta berdecak kesal "Hhh ... awas kau kalau dekat-dekat denganku, apalagi menyentuh" ancam Shinta, menunjukkan wajah itu dengan jari telunjuknya.

Raka hanya mengulum senyum, menikmati kemenangannya menatap wajah kesal itu.

Ia menoleh ke samping, tampak Shinta menaruh dua guling di tengah-tengah mereka, alih-alih agar tak ada yang melewati batasan itu.

"Lihat, ini batasan kita. sempat besok kamu melewatinya dan menyentuhku, gajimu dipotong satu juta" peringat gadis itu.

"Ya, begitu pun sebaliknya" timpal Raka.

Kemudian Shinta pun menaiki ranjang, membaringkan tubuhnya lalu menyingkap selimut hingga menutupi dadanya, kemudian menyamping memunggungi sang suami.

Raka tersenyum, seolah tengah tersenyum mengejek menatap punggung itu.

**

 Pagi pun tiba, kedua insan itu masih terlelap dengan begitu nyenyaknya. Dinginnya hawa malam membuat kualitas tidur menjadi lebih pulas. Raka terbangun tatkala sinar mentari menyoroti matanya, mengerjap-ngerjapkan kedua mata dan ingin beranjak. 

 Namun, sesuatu menghalanginya. sebuah tangan dan kaki mengikat tubuhnya, menghimpit hingga membuat Raka sedikit sesak. ia menoleh ke samping, kaget melihat wanita cantik ini memeluk tubuhnya.

"Shinta," panggilnya, gadis itu tak menyahut

"Kau menyentuhku, Shinta" ucapnya lagi, tetap tak ada dengkuran halus dari tubuh itu.

"Oh astaga" Raka berdesah frustasi, menatap lekat wajah itu, hingga turun ke dada membuatnya menelan saliva dengan kasar. belahan dada yang sedikit terlihat membuat jiwa lelakinya meronta-ronta. 

Tanpa pikir panjang ia pun mengawasi tangan dan kaki itu agar menjauh darinya. hingga Raka pun berhasil lolos dari gadis itu. 

"Hhh. ... untung aku orang baik dan tau diri, jadi tak berniat menyentuhmu" ucap Raka pada gadis itu. 

 Ia pun kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Awalnya Raka tak tau bagaimana cara menggunakan alat-alat asing itu, meminta bantuan pada Shinta apa yang harus ia lakukan pada benda dihadapannya. 

"Eemmmh ... silaunya"  gumam seorang wanita sembari mengernyit merasakan hawa panas menerpa wajahnya. Ia mulai membuka mata, mengerjapkan mata hingga terdiam sejenak menatap posisinya.

"Oh Tuhan!" ia tersentak saat sadar dirinya melewati batasan itu. Ia berada dibagian sang suami, teritorialnya. Shinta pun menatap tubuhnya, masih aman dan berpakaian lengkap.

 Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, membuyarkan lamunannya dan tampaklah sang suami dengan tubuh basah dan telanjang hanya dibaluti handuk pada pinggangnya. 

 Terpampang jelas perut kotak-kotak idaman wanita. Shinta hanya bisa menelan saliva dengan kasar, tak percaya bila tubuh kurus itu bisa memiliki perut kotak-kotak yang mendambakan.

"Jangan melihatku seperti itu!" Raka melempar handuk kecil ke wajah sang istri.

 Shinta sadar, "Kau! ngapain seperti itu! seharusnya berpakaian dikamar mandi" gertak Shinta

"Aku kira kamu masih tidur. emang kenapa? kamu tergoda ya dengan bentuk tubuhku?" ucapnya dengan penuh percaya diri, sembari terkekeh menatap wanita itu.

"Cih! tubuh gak kekar gitu lo aja pede amat! bagusan badan cowok gue" ujar Shinta mengejek

"Hmmm, ya ya ya, banggakanlah pria gak jelas itu. bisa-bisanya dia gak pernah nemuimu bahkan menghubungi mu saja sesekali" ledek Raka, lalu berjalan menuju koper untuk mengambil pakaian. 

"Jangan bawa-bawa dia! kau gak tau aja kesibukan seorang Aktor" sanggah Shinta

"Aku curiga, apa dia setia denganmu disana? setahuku, pergaulan di Negara barat itu agak bebas, apalagi dia lelaki dewasa" Raka menerka-nerka. 

Sontak saja Shinta terdiam atas ucapan itu.

🌺

*bersambung*

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!