Bab 4

🌺

Hari yang cerah dengan teriknya mentari pagi, menyambut segala umat untuk bergegas menyiapkan hari yang baru setelah weekend berakhir. Hari yang penuh aktifitas pun tiba menanti kita, menuntun setiap orang untuk kembali pada kesibukan masing-masing.

Elshinta turun dari tangga dengan penampilannya yang begitu anggun. Mengenakan rok span putih selutut, blouse biru muda berbahan chiffon dengan kerah yang jatuh menampikkan sedikit belahan dada. tak lupa pula ia menenteng tas di tangan kanannya.

Ia berjalan dengan anggun menuju ruang makan, dimana orang tuanya tengah menanti.

"Pagi, Ma, Pa" sapanya, tak lupa mengecup pipi sang Mama dan Papa

"Pagi juga, Sayang" sahut Mama dan Papa bersamaan.

Shinta pun langsung melahap sepotong roti yang diberi selai cokelat nutella, sudah disiapkan langsung oleh Bibi tentunya.

"Makan yang pelan, Shin" tegur Papa, melihat anaknya melahap roti itu dengan tergesa-gesa

"Eemm .. buru-buru, Pa" sahutnya, dengan suara yang tak begitu jelas. sebab mulut gadis itu berisi penuh akan roti yang ia makan.

"Memang ada rapat?"

Shinta mengangguk. "dengan klien dari Taiwan"

"Pelan-pelan saja. masih jam tujuh juga" ucap Mama, namun Shinta tak mengindahkannya. ia masih mengunyah lalu meneguk susu cokelat kesukaannya hingga tandas.

"Aku berangkat dulu, Ma, Pa" Ia berlalu pergi meninggalkan meja makan tersebut.

Mama menggeleng-gelengkan kepala melihatnya.

"Memang harusnya dia menikah, biar sifat buruknya itu berangsur hilang" gerutu Mama

"Sabar, Ma. besok perusahaan biar Assisten Rian yang menghandle sampai honeymoon mereka selesai. lagi pula setelah ini Shinta bakal sibuk mengurus pernikahannya, bukan?"

"Hhh ... Papa benar. semoga Nak Raka bisa mengubah sifat kurang sopannya Shinta" harap Mama

**

Setiba di Gedung yang menjulang tinggi, Elshinta Group. Shinta turun dari mobil tepat di depan pintu masuk perusahaannya. dengan diantar oleh sang Assisten yang selalu ada mengantar jemputnya kala waktu bekerja berlangsung.

Ia turun dengan begitu anggun, kaki jenjang putih mulus dengan mengenakan neutral pumps dengan tinggi tangkai 15 cm menjadi pemandangan awal seluruh pasang mata kala melihatnya. Seketika mereka diam ditempat, tatkala pemilik kaki jenjang itu memperlihatkan wujudnya yang begitu cantik. seperti biasa.

"Selamat pagi, Nyonya" sapa para pegawai

Shinta mengulum senyum. "Pagi juga" balasnya. kemudian ia berjalan dengan anggunnya bak model yang tengah berlalu diatas catwalk. Diikuti sang Assisten di belakang.

"Rian," Shinta menghentikan langkahnya, memanggil Assisten yang mengekor.

"Iya, Nyonya"

"File rapat dengan Klien sudah disiapkan?" tanyanya

"Sudah, Nyonya"

"Bagus!" Shinta melanjutkan perjalanan, hingga keduanya memasuki lift khusus.

Benda segi empat yang bergerak itu pun seketika melambung ke atas dengan pelan, mengantarkan dua orang penting ini ke lantai kerjanya.

"Rian, apalagi jadwal hari ini?" tanyanya kemudian

Assisten Rian pun melihat jadwal mereka di sebuah tablet, "Bertemu klian dari Taiwan, investor dari perusahaan xx dan mengunjungi pembangunan hotel untuk memeriksa hasil kinerja pegawai" jelasnya

"Baiklah,"

"Ohya satu lagi, carikan butik terkenal untuk fitting pengantin" titahnya.

Sontak saja Assisten Rian sedikit terkejut dan terperangah.

"Apa Nyonya mau menikah?" tanyanya ragu

"Ya, tentu saja" jawab Shinta dengan enteng

"Lalu-Tuan Daffin??"

"Huh!" Shinta memutar bola matanya, jengah. menghembus nafas dengan kasar lalu menoleh ke samping menatap sang Assisten yang tampak menunduk, mungkin saja ia menyesal telah mempertanyakan hal pribadi sang Nyonya.

"Kamu tidak perlu ikut campur. urusan kamu---

TING!!

Pintu lift terbuka hingga menghentikan omongan Shinta yang menggantung. ia keluar, diikuti Rian. lalu melanjutkan ucapannya kembali dengan mengacungkan jari telunjuknya kehadapan sang Assisten.

"Urusan kamu hanya mematuhi perintah saya, mengerti??"

"Baiklah, maaf Nyonya"

"Hm"

Elshinta kembali berjalan anggun menatap ke depan dengan tubuh tegapnya, tidak memperdulikan sang Assisten dibelakangnya.

**

Pukul delapan pagi, Elshinta dan Assisten telah tiba di sebuah Hotel yang ditempati Klien luar negeri mereka, tepatnya di Restoran Hotel. Shinta dan Assisten bertandang ke tempat tujuan, dengan membawa berkas-berkas untuk membahas kerja sama antar kedua belah pihak.

"Mana mereka?" gumam Shinta

"Itu, Nyonya!" Ia menunjuk ke arah sudut

"Ah iya, ayo" ajak Shinta.

**

Di sebuah rumah petak dua yang bergaya sederhana dengan cat tembok berwarna putih, tampak seorang pria berusia 28 tahun tengah berbincang dengan sang Ibu di dapur. Ibu yang tengah mencuci piring bekas sarapan pagi mereka.

Pria itu duduk di meja makan, menatap punggung sang Ibu sembari menyampaikan niatnya.

"Kamu mau menikah dengan orang kaya? apa gak salah, Rak?"

"Benar, Bu. kami baru berpacaran lima bulan ini"

Ibu menghentikan pekerjaannya sejenak, menoleh ke belakang menatap putra pertamanya dengan heran.

"Kamu gak morotin dia kan? bagaimana bisa menjalin hubungan dengan orang kaya. aneh saja, secara level kita dengannya sangatlah jauh"

"Is Ibu, mana mungkin aku morotinnya. dia itu pelangganku, ramah pula sampai ngajak aku ngobrol bahkan kita saling dekat. dan- seperti itulah, dia menyatakan cinta padaku lebih dulu" jelas Raka

"Lalu??"

"Aku menerimanya. lagian aku juga cinta sama dia, dia sangat baik, gak memandang atas maupun kebawah" sambungnya

"Terus, kamu udah ke rumah orang tuanya?" tanya Ibu, mengeringkan tangannya dengan kain bersih. sudah selesai cuci piring lalu menduduki tubuhnya di kursi meja makan.

"Udah semalam. dan mereka senang, setuju juga dengan lamaranku"

"Kenapa kamu gak ijin ke Ibu dulu? gak etis kalau ngelamar anak orang tapi gak bawa orang tua" gerutu Ibu yang bernama Bu Sofia

"Hmmm," Raka berpikir, "Nanti Ibu juga bertemu mereka kok. yang jelas Ibu merestui hubungan kami kan?"

"Ibu restui asalkan kamu gak ada niat jahat sama mereka!"

"Ibu tenang aja, gak ada sedikit pun terbesit untuk berbuat seperti itu"

"Baiklah. kapan menikah?"

"Minggu depan, Bu"

Sontak saja Ibu pun terperanjat kaget mendengarnya. "Terlalu cepat, Raka. bahkan kita gak ada uang untuk buat acara orang kaya. kamu sih kenapa orang kaya segala .. Oh Gusti, sungguh membuatku pusing"

"Uang tabunganku ada kok, Bu. nanti ku bicarakan padanya"

"Kamu terlalu gegabah! dah ah, Ibu mau nyapu"

Ibu berlalu pergi, mengambil sapu ijuk yang diletak dibalik pintu belakang. dan berlalang ke depan meninggalkan putranya.

Sedangkan Raka menghembus nafas dengan kasar, mengusap wajahnya dan menyugar rambut klimisnya ke belakang. ia tampak frustasi, seakan sebuah beban tengah ia pikul seorang diri.

"Semua ini gara-gara gadis itu! kalau bukan karna seratus juta gak akan mau jadi sewaannya. Hhh ...." keluhnya, bergumam.

Kemudian Raka teringat akan uang hantaran pernikahan mereka, ia baru ingat akan hal yang penting itu. tidak mungkin kan bila pihak wanita yang mengurus semuanya? bisa semakin turun harga diri lelakinya.

Raka bergegas ke kamar untuk mengambil ponsel, setelahnya membuka aplikasi hijau dan mencari rekan kontraknya.

"Rekan kontrak?? hah! bahkan wanita itu ku beri nama ini" gumamnya lagi.

💬Berapa uang hantaran untuk pernikahan kita??

🌺

*bersambung*

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!