🌺
Malam pun tiba, di sebuah tenda kecil yang terletak di tepi jalan raya tampak sepasang lawan jenis tengah mengobrol serius sembari menikmati cemilan manis martabak bangka yang disuguhi pemilik dagangan itu, Raka. Dua insan yang melakukan perjanjian kontrak itu bertemu kembali untuk membahas sesuatu yang penting.
"Gak usah mikirkan biaya, karna aku yang menginginkan pernikahan ini maka aku pula yang menanggung semuanya. Kamu cukup menuruti poin-poin perjanjian itu" Ucap Shinta dengan mudahnya.
"Hhh.. Kamu membuat harga diriku jatuh, Shinta!" Keluh pria itu menghembus nafas dengan kasar
"Kita serahkan ini pada Assistenku. Dia yang akan mengatur semuanya"
"Lalu kamu??"
"Tinggal kasih uang, bereskan??" Ucapnya, menggesek jempol dan jari telunjuk.
"Enak sekali hidup kamu. Ah aku lupa, orang kaya"
Shinta hanya tersenyum bangga. Hingga obrolan mereka terjeda karena ada salah seorang pelanggan yang ingin membeli dagangan pria ini.
"Mas!"
Sontak Raka berdiri,
"Ya, Mbak??"
"Martabak rasa cokelat satu box dan rasa selai strawberry yaa satu box juga" Pinta pelanggan wanita itu.
Elshinta memerhatikannya, lalu beralih menatap ligatnya tangan pria sewaannya.
Terampil juga, batin Shinta
Drrrrtt.. Drrrrrtt..
Bunyi ponsel membuyarkan lamunan wanita ini, ia terperanjat tatkala ponselnya berdering sekaligus bergetar. Shinta, merogoh ponselnya didalam tas selempang. Seketika saja senyum cerah terukir indah di bibir wanita itu.
📱"Sayang!!" Teriak Shinta, menjadi pusat perhatian beberapa orang
📱"Hallo baby, where are you??" Suara seorang pria yang tengah memandang Shinta dan belakang wanita itu
📱"Kamu di pasar kah??"
📱"Eh, enggak.. Ini aku lagi beli martabak, kamu tau kan kalau Mama suka banget sama martabak"
📱"Hmmm, ya"
📱"Kamu kapan pulang sih?? Udah hampir setahun lho"
📱"Belum tau, kerjaanku banyak disini"
Seketika Shinta kembali cemberut, ia begitu rindu pada pria ini, Daffin, kekasihnya selama empat tahun ini dan merantau ke Negeri Paman Sam untuk menjadi Aktor sesuai cita-citanya di ranah industri.
Karna tidak kepastian lah terpaksa Shinta mencari jalan pintas untuk membungkam mulut orang tuanya, menjadikan Raka sebagai pria sewaan selama enam bulan ke depan.
📱"Baiklah, Daffin"
📱"Udah dulu ya sayang, masih banyak pekerjaan" Pamitnya, segera memutuskan panggilan video call secara sepihak.
Elshinta menghembuskan nafas dengan kasar, membuka galeri untuk melihat beragam foto mesra mereka yang berada di Taman, tempat wisata dan halaman belakang rumah kediamannya.
Kamu jahat! Karna kamu aku terpaksa nikah dengan pria ini. Batinnya sedih
"Shinta, kamu gak apa-apa?" Suara itu membuyarkan lamunan Shinta, ia menatap Raka sembari mengulum senyum terpaksa.
"Ya, aku gak apa-apa"
"Kamu nangis," Ucapnya lagi menunjuk mata yang berkaca-kaca dan ada setetes air bening dipelupuk matanya. Membuat Raka iba tapi gak tau penyebabnya apa.
Shinta merasa malu, ia menghapus air mata dengan cepat lalu bergegas beranjak berdiri. "Hhh.. Sepertinya aku harus pulang" Pamit Shinta.
Raka melerainya, "Tunggu! Tante suka martabak rasa apa?" Tanyanya
"Cokelat"
"Oh oke, kamu duduk dulu"
"Emang mau apa?" Shinta mengernyitkan dahinya, heran. Menatap pria itu yang mulai membuat adonan.
"Tentu saja aku mau buat Martabak untuk Tante"
"Eh, gak perlu lah"
"Gak masalah, santai aja"
"Hhh.. Baiklah" Shinta kembali duduk menunggu pria itu.
Beberapa menit kemudian, Raka menghampiri Shinta dengan menyodorkan kantung kresek yang berisi dua box buatannya. Shinta tercengang, mendongak menatap pria ini
"Ambil!"
"Banyak amat dua. Berapa??" Tanya Shinta seraya mengambil dompet mini didalam tasnya.
"Gak pakai bayar, gratis kalau untuk Tante mah"
"Serius??? Gak rugi??" tanyanya ragu, menaikkan sebelah alisnya.
"Tentu saja enggak, toh nanti dapat 100 juta darimu kan????"
"Cih! dasar matre. mari sini! terima kasih"
"Sama-sama, Nona manis" goda Raka sembari mengulum senyum centil
Shinta yang sudah melangkah, seketika menoleh ke belakang menatap pria itu. "Apa???"
"Gak ada. pergi sana!" usir Raka
"Huuuu!!"
Shinta pun kembali melanjuti langkahnya untuk mencapai mobil. memasukinya, lalu terdengar deruan gas yang sudah menyala hingga perlahan kendaraan roda empat itu menjauh dari pandangan Raka yang terpaku.
Walaupun diluar terlihat sempurna dan hidup tanpa memikul beban karena harta yang berlimpah, namun Raka bisa melihat jika didalam diri wanita itu tampak sangat terpuruk, yang Raka sendiri tidak tahu kenapa.
Ya, Shinta tak memberitahunya perihal Daffin, kekasih wanita itu padanya. bahkan Raka tak tahu bila wanita itu cukup tertekan karna penekanan orang tuanya yang mendesak Shinta untuk menikah. Dan Raka pula yang menjadi sasaran Shinta agar ia tak mendengar lagi pertanyaan demi pertanyaan yang membosankan.
Kapan nikah??? sungguh menyebalkan bagi siapa saja yang mendapati pertanyaan menohok itu.
**
Setiba dikediamannya, Shinta bergegas turun dari mobil dan menyerahkan kunci pada penjaga untuk memasuki kendaraan itu ke Garasi. sedangkan Ia, berjalan cepat memasuki pintu utama.
"Mama!!" Shinta berteriak
"Ya, Shin?? Mama disini" sahut Mama yang tengah menonton televisi bersama suaminya, tampaknya kedua orang tua itu tengah menyimak berita disalah satu channel tv swasta.
Shinta menghampirinya, menjatuhkan bokong tepat disebelah Mama Shanti.
"Ini untuk Mama," gadis itu menaruh kantung tersebut diatas paha Mama
"Apa ini?"
"Martabak dari calon menantu Mama" jawab Shinta
Seketika saja Mama kegirangan. buru-buru ia membuka kantung tersebut dan mengambil satu box lalu membukanya.
Aroma wangi martabak rasa coklat pun menguar hingga menerobos masuk ke indra penciuman Mama dan juga yang lainnya. Sepasang mata itu berbinar-binar, lalu terpejam untuk merasakan sensasi wangi buatan tangan calon menantu.
Shinta yang melihat ekspresi Mama begitu gemas sekali, ia menggeleng-gelengkan kepala.
"Mama kelamaan!!" gadis itu mengambil satu potong martabak. namun sejurus kemudian, ia meringis menatap dua jarinya serasa terbakar.
"Aw!! panas banget!!" rintihnya, meniup-niup jari itu agar rasa terbakar ini mereda.
"Kamu sih main ambil aja. ambil garpu sana" titah Mama
"Dasar pria itu, buat martabak kok panas banget" gerutunya
"Kamu o'on yaa .. namanya juga di masak, di panggang, ya begitulah" Mama miris
"Hehehehe," Ia cengengesan.
Shinta beranjak berdiri untuk mengambil garpu dan piring ceper ke Dapur.
Pada jam segini pekerjaan pembantu telah selesai sejak jam delapan tadi. hingga mengharuskan pemilik rumah harus terbiasa sendiri untuk meraih sesuatu tanpa bantuan Bibi. kecuali kalau keadaan rumah tengah kedatangan tamu yang merupakan keluarga besar, para pekerja harus lembur dua jam hingga pukul 10 malam.
"Ini, Ma"
"Terima kasih, Sayang"
"Papa, diam bae! terlalu menyimak berita" ledek Shinta menyodorkan piring dan garpu ke hadapan Papanya.
"Terima kasih, Sayang. beli sama nak Raka ya?"
"Gak, Pa. dikasih, gratis pula. sok nolak uang dari Shinta" adu gadis itu.
Mama tersenyum-senyum sendiri mendengarnya, "Menantu idaman"
🌺
*bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments