Setelah mengantar Mawar berbelanja, Djiwa pun pamit. "Maafin aku ya, Mawar. Aku diterima bekerja meski hanya sebagai tenaga harian dan dikontrak seminggu. Aku jadi tak bisa membantu kamu," kata Djiwa dengan wajah penuh penyesalan.
"Tak apa, Mas. Pasti uang yang Mas Djiwa terima jauh lebih besar dari bekerja di warung milikku. Aku bisa kok sendiri. Tak perlu Mas Djiwa khawatirkan. Bekerja saja yang tenang agar cepat selesai dan pulang secepatnya," pesan Mawar.
Djiwa membantu Mawar menaruh ayam di dapur. Selama seminggu ke depan, ia tak akan membantu pekerjaan Mawar. Djiwa merasa tak tega melihat Mawar bekerja sendiri. Pesanan ayam semakin banyak, pasti Mawar akan kelelahan.
"Kamu sudah aku ajari cara mematikan dan menghidupkan aplikasi. Kalau kamu lelah, jangan dipaksa ya. Matikan saja aplikasinya. Ingat, kesehatan kamu lebih utama. Ayam yang sudah diungkep bisa kamu masukkan lemari es. Bekerja sekuat kamu saja ya," pesan Djiwa.
Mawar tersenyum senang dengan perhatian yang Djiwa berikan. "Iya, Mas."
"Jangan terlalu baik sama laki-laki centil yang biasa nongkrong di warung kamu! Tidak apa-apa kok sesekali bersikap judes. Mereka jangan dikasih hati, nanti ngelujak!" pesan Djiwa lagi.
"Iya, Mas," jawab Mawar dengan patuh.
"Tutup pintu dan kunci yang rapat kalau malam. Jangan bukakan pintu bagi laki-laki yang ingin bertamu di malam hari. Ingat, jangan memberi kesempatan mereka berbuat centil, oke?" pesan Djiwa sekali lagi.
Mawar tak kuasa untuk tidak tersenyum. Djiwa begitu perhatian dan cenderung posesif. Sebelum ada Djiwa, Mawar biasa saja sendirian di rumah. Setelah ada Djiwa, perlakuan Djiwa padanya membuat Mawar dimanjakan dan ada yang mengkhawatirkannya. "Iya, Mas. Mas Djiwa tenang saja. Aku bisa jaga diri kok," kata Mawar sambil tersenyum.
"Kalau ada apa-apa jangan ragu menghubungiku."
"Iya, Mas. Sudah cepat jalan! Nanti Mas Djiwa telat!" omel Mawar.
"Oh jadi kamu mau aku cepat-cepat pergi nih?" rajuk Djiwa.
"Bukan begitu, Mas. Aku cuma-" Belum selesai Mawar berbicara, Djiwa sudah memajukan tubuhnya dan mengecup pipi Mawar, membuat Mawar terbelalak kaget.
"Tunggu aku pulang ya! Assalamualaikum!" Djiwa tersenyum dan dengan mengendarai motor bututnya, ia pergi meninggalkan Mawar yang masih memegang pipinya dengan wajah memerah.
Mawar menatap kepergian Djiwa sambil berdoa dalam hati, semoga lelaki baik itu akan kembali lagi pulang. Entah mengapa Mawar merasa Djiwa suatu hari akan pergi dari sisinya, sama seperti Mas Pur yang pergi membawa separuh hatinya.
Mawar masuk ke dalam rumah dan menatap wajahnya yang memerah. Ya, Mawar sudah jatuh cinta pada Djiwa. Pemuda asing yang Mawar sendiri tak tahu darimana ia berasal. Mawar sadar akan kebodohannya, ia sudah masuk dalam pusaran cinta Djiwa dan membiarkan dirinya masuk semakin dalam.
****
Rendi ternyata tidak membawa Djiwa langsung ke bandara seperti yang dikatakan. Djiwa dibawanya pulang ke rumah mewah milik kedua orang tuanya. Rumah yang sangat luas dan megah namun Djiwa jarang singgahi karena Djiwa lebih memilih tinggal di apartemen.
"Kenapa kita kesini, Ren?" tanya Djiwa sambil terus menatap Rendi yang mengemudikan mobilnya. Rendi terlihat agak kikuk, Djiwa menyadari kalau asistennya sedang menyembunyikan sesuatu.
"Maaf, Bos. Papa Bos minta ketemu sama Bos dulu. Mama Bos kangen katanya. Bos sudah sebulan lebih tidak pulang, wajar kalau orang tua Bos khawatir," jawab Rendi takut-takut.
"Yang begini nih bikin gue males! Apa susahnya sih lo bilang sama gue?" omel Djiwa.
"Maaf, Bos. Takut Bos enggak mau pulang. Papa Bos udah ngancem akan ganti asisten kalau sampai tak bisa bawa Bos pulang ke rumah," kata Rendi dengan wajah memelas.
Djiwa tahu asistennya berkata jujur. Sudah lama mereka saling kenal, ikatan persahabatan mereka sudah bagaikan saudara kandung. "Yaudah, penerbangan jam berapa?" Amarah Djiwa sudah surut, tak tega ia mengomeli sahabat baiknya tersebut.
"Jam 5 sore, Bos."
Djiwa menghela nafas dalam. Masih lama dan ia akan terjebak bersama kedua orang tuanya yang akan memaksakan kehendak mereka lagi.
Kedatangan Djiwa disambut Mama yang tersenyum hangat dan memeluk Djiwa agak lama. "Ma, Djiwa sudah besar. Malu dilihat orang yang bekerja di rumah!" protes Djiwa.
"Biarkan saja! Mama kangen sama Baby Mama yang imut." Mama tetap memeluk Djiwa dengan erat. Djiwa pasrah, dibiarkannya Mama memeluk sampai bosan dan lepas sendiri.
"Kok anak Mama kurusan sih? Kulit kamu juga terlihat lebih kusam! Kamu sudah ke dokter kulit langganan Mama belum? Coba deh ambil beberapa perawatan yang-" Mama belum selesai mengoceh sudah Djiwa potong ucapannya.
"Sibuk, Ma. Yang penting Djiwa rajin cuci muka, pakai sunscren dan skincare sebelum tidur." Rendi membawa skincare Djiwa dan menyembunyikannya di belakang tumpukan baju dalam lemari. Jangan sampai Mawar tahu kalau Djiwa memakai skincare mahal demi menunjang penampilannya.
"Bagus! Wajah kamu itu aset. Harus kamu jaga," puji Mama. Mama menggandeng Djiwa dan mengajaknya duduk di ruang keluarga. Mama memerintahkan salah satu asisten rumah tangga membawakan minuman dan cemilan untuk putra kesayangannya tersebut.
"Kamu sibuk apa sih? Kenapa jarang ke kantor?" selidik Mama.
"Lagi KKN di kampung janda," jawab Djiwa seenaknya.
Mama yang sebal dengan jawaban Djiwa pun mencubit pinggang Djiwa sampai Djiwa mengaduh kesakitan. "Jawab yang benar! Kamu kemana saja?"
"Sakit tau, Ma!" gerutu Djiwa sambil mengusap bekas cubitan Mamanya. "Djiwa udah bilang, lagi KKN alias belajar langsung di lapangan. Aku lagi belajar bisnis kelas menengah ke bawah."
Papa yang baru datang justru terlihat tertarik dengan jawaban Djiwa. Papa pun langsung bertanya, "Bisnis kelas menengah ke bawah?"
Papa ikut bergabung bersama Djiwa dan Mama di ruang keluarga, menikmati cemilan aneka kue mahal dan teh camomile kualitas bagus. "Bisnis apa yang kamu kerjakan?" tanya Papa lagi.
"Aku baru pelajari, Pa. Belum terjun langsung. Selain bisnis tambang, semua bisnis kita seperti bisnis berlian, tas branded, jam tangan mahal dan restoran kelas atas, semua bisnis yang mengincar pangsa pasar menengah ke atas. Padahal pangsa pasar menengah ke bawah juga menguntungkan dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru," kata Djiwa.
"Yakin menguntungkan?" tanya Papa.
"Kayaknya, tapi masih harus aku pelajari lebih lanjut lagi."
"Baiklah. Pelajarilah. Bagaimana dengan anak pemilik telekomunikasi yang ingin Papa jodohkan sama kamu?" tanya Papa.
"Waktu itu aku sudah jawab, Pa. Aku belum siap sekarang," jawab Djiwa tanpa pikir panjang.
"Kamu harus siap! Papa sudah memberi kamu waktu. Kalau kalian menikah dengannya, maka kerajaan bisnis kita akan semakin besar. Hidup kamu akan terjamin nanti. Kamu bisa membuat banyak perusahaan baru, termasuk mewujudkan rencana kamu membuat bisnis untuk kalangan menengah ke bawah. Pulang dari Lampung, Papa mau kamu bertemu dia. Temuilah dulu. Jangan buat Papa kecewa!" perintah Papa.
Djiwa hendak membantah namun Mama memberi kode dengan menggelengkan kepalanya. Djiwa marah dan kesal. Djiwa berdiri dan hendak pergi ke kamarnya. Ia berhenti sejenak dan bicara serius dengan Papa. "Kalau Papa mau cucu, akan Djiwa berikan. Jangan jodohkan lagi Djiwa dengan yang lain!"
****
Pagi semua!
Aku minta kalian vote Janda Bohay ini karena hari ini aku akan Up beberapa bab 🥳🥳🥳. Stay tune terus ya. Jangan lupa like, add favorit, vote, komen dan give ⭐⭐⭐⭐⭐. Maacih 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
✨️ɛ.
jadi Papa meragukan kemampuan anak sendiri ampe harus join perusahaan laen demi memperluas bisnis?
2024-08-30
0
Dwi Sasi
Jangankan cucu,
Menantu saja dikasih
😂😂😂
2023-12-20
0
Nanda Lelo
konglomerat masih merasa hidupnya ntar gak terjamin???? giman dg rakyat jelata macam kami nih???
2023-05-12
1