Strategi Djiwa

"Mawar capek? Istirahat saja, biar aku yang jaga warung!" tawar Djiwa. Diperhatikannya Mawar yang terlihat agak mengantuk namun masih menunggu warung dagangannya.

"Tak apa, Mas. Sudah biasa aku menahan rasa kantuk," tolak Mawar.

Djiwa merasa kasihan dengan Mawar. Sejak subuh hari, Mawar belum tertidur. Ia berbelanja ke pasar, mempersiapkan keperluan untuk berjualan dan melayani pembeli yang datang. Djiwa bahkan sudah istirahat sebentar namun Mawar belum.

"Kok ada ya perempuan cantik yang bekerja sekeras ini padahal masih muda?" batin Djiwa.

"Sekarang sedang sepi pembelinya. Mawar tidur saja dahulu. Aku sudah belajar kok bagaimana Mawar melayani pembeli. Jangan khawatir," bujuk Djiwa.

Mawar merasa tak enak hati. Melihat Djiwa mengkhawatirkan keadaanya, Mawar jujur saja merasa senang. Banyak yang perhatian padanya namun Djiwa terlihat berbeda. "Baiklah. Aku akan tidur sebentar. Titip warung ya, Mas. Ingat, jangan galak-galak sama pembeli. Kalau tak ada mereka, daganganku tak akan laku lalu aku makan dengan apa nanti?"

"Iya, Mawar. Tenang saja. Percaya sama aku ya!" bujuk Djiwa.

Mawar pun masuk ke dalam dan mempercayakan warung miliknya pada Djiwa. Warung yang sedang sepi pembeli membuat otak bisnis Djiwa bekerja. Ia mengambil pensil dan membuat design warung ayam penyet Mawar jadi terlihat menarik lewat hasil lukisannya. Ya, Djiwa bisa melukis sedikit, bakat alami yang diwariskan Mamanya.

Design warung selesai, Djiwa merasa bosan. Laki-laki centil yang semula mau membeli malah batal karena melihat Djiwa yang menjaga warung bukannya Mawar. Djiwa kembali putar otak, ia tak mau Mawar digoda lelaki centil terus.

Djiwa pun berdiri di depan dan mulai menawari cewek-cewek yang lewat. "Kak, silahkan mampir. Ada ayam penyet dan ayam gepreknya. Rasanya enak loh, apalagi saya yang buatkan, pasti lebih enak." Djiwa memasang senyum penuh pesonanya.

Dua mahasiswi yang lewat pun tergoda. "Mas yang jualan? Bukannya yang jualan Mawar si Janda Bohay?"

"Mawar lagi istirahat, Cantik. Aku yang gantikan. Ayo Kak, nanti aku yang buatkan. Dijamin enak deh!" bujuk Djiwa dengan rayuan mautnya.

Dua mahasiswi itu saling pandang dan akhirnya terbujuk dengan promosi Djiwa. "Ayo silahkan, Kak. Mau ayam penyet atau ayam geprek?"

Selesai dengan pesanan dua mahasiswi, Djiwa merasa teknik promosinya berhasil. Djiwa pun kembali menawarkan pada ibu-ibu yang lewat. "Silahkan Mbak dicoba ayam penyet dan ayam gepreknya."

"Mbak? Kita udah ibu-ibu kali, Mas!" jawab ibu-ibu dengan gelang banyak di tangannya.

"Ah masa sih? Kok masih awet muda ya, kayak mbak-mbak 20 tahunan? Ayo Mbak, mampir dan makan ayam geprek, nanti saya yang buatkan!" Gombalan Djiwa berhasil membujuk ibu-ibu yang lewat.

"Mas bisa saja. Yaudah deh kita makan ayam geprek aja. Mumpung yang buatkan ganteng," kata ibu-ibu pemilik banyak gelang tersebut.

Djiwa bertekad akan memenuhi warung Mawar dengan ibu-ibu dan cewek-cewek. Ia tak akan biarkan para bapak-bapak centil memenuhi warung dan menggoda Mawar terus.

Mawar yang sudah puas tidur pun terbangun. Ia merasa heran melihat warung miliknya ramai dengan kaum Hawa, biasanya kaum Adam yang nongkrong. Mawar pun melihat keadaan di depan. Djiwa nampak melayani dari satu pembeli ke pembeli lain dengan ramah. Mawar tak tinggal diam, ia pun turun tangan.

"Aku yang menggoreng ayam, kamu saja yang antarkan ya, Mas!" kata Mawar.

"Iya, Mawar. Aku antar minum dulu ya!" Djiwa terlihat ramah melayani tante-tante yang sesekali ia puji penampilannya. Mawar yang menyepelekan kemampuan Djiwa berdagang kini malah memujinya. Djiwa pintar membujuk pembeli, bahkan ada yang sampai bungkus untuk di rumah.

Sebelum maghrib, semua ayam dagangan Mawar laku terjual. Mawar memuji kehebatan Djiwa berjualan. Selesai beres-beres, Djiwa yang sedang tiduran di lantai pun mendapat hadiah minuman es jeruk buatan Mawar. "Diminum Mas. Tadi aku beli jeruk peras di Pasar Induk."

Djiwa duduk tegak. "Makasih, Mawar. Pas banget minum yang segar-segar." Djiwa pun meneguk es jeruk yang terbuat dari jeruk asli dan tak pakai gula, Mawar menambahkan madu sebagai pemanisnya. "Enak banget. Manisnya dari madu, sehat sekali minuman buatan kamu Mawar!"

"Besok aku buatkan lagi kalau Mas Djiwa suka. Oh iya, hari ini terima kasih banyak ya, Mas. Mas Djiwa ternyata pintar berjualan. Aku tidak menyangka, saat bangun tidur aku malah mendapati warungku ramai, bahkan sebelum maghrib sudah habis semua jualanku. Mas hebat!" Mawar mengacungkan kedua jempolnya sebagai pujian pada Djiwa.

"Ah, Mawar bisa saja. Pangsa pasar aku tuh kaum Hawa. Biasanya kaum Hawa tuh kalau beli suka inget anak dan suaminya di rumah, jadi sekali mereka belanja akan beli lebih dari satu. Kalau laki-laki centil yang biasa membeli 'kan kebanyakan nongkrongnya untuk godain kamu dibanding membelinya. Beli satu tapi nongkrongnya bisa setengah jam. Itu yang membuat penjualan kamu tidak maksimal. Belum lagi kamu harus menghadapi kecentilan mereka. Buang-buang waktu!" jawab Djiwa.

"Iya sih, habis mau bagaimana lagi? Mereka yang selama ini membuat warungku ramai," jawab Mawar.

"Ramai sih iya, tapi aku mengkhawatirkan keselamatan kamu loh, Mawar. Mereka bisa saja nekat. Namanya lelaki kalau sudah jatuh cinta, suka menghalalkan segala cara. Kalau ada yang malam-malam datang ke rumah kamu bagaimana? Kalau ada yang kirim pelet gimana?" kata Djiwa dengan penuh perhatian.

Mawar terdiam mendengar perkataan Djiwa. Ia bisa melihat betapa Djiwa begitu perhatian dan peduli pada keselamatannya. Sudah lama Mawar tidak melihat lelaki yang setulus itu selain Mas Purnomo.

Mawar kembali mengingat Mas Purnomo dan kehidupan masa lalunya yang kelam. Dinginnya jeruji besi dan kerasnya kehidupan di dalam penjara membuatnya tak takut menghadapi lelaki centil yang biasa nongkrong di warungnya, namun Mawar justru kesulitan menghadapi lelaki perhatian yang kini ada di depannya.

Perhatian yang Djiwa berikan begitu tulus. Mereka baru mengenal 3 hari dan Djiwa sudah begitu perhatian pada dirinya, bagaimana nanti? Bagaimana jika seandainya Djiwa menyukainya dan tau tentang masa lalunya yang sudah difitnah dan dianggap pembunuh? Apakah Mawar siap menghadapi itu semua?

"Tidak, aku belum siap. Kasihan Mas Djiwa yang baik hati. Aku bukan wanita yang pantas untuknya," batin Mawar.

"Makasih atas perhatiannya, Mas. Aku akan lebih hati-hati lagi. Sudah maghrib, aku mau sholat maghrib dan istirahat. Makasih banyak ya Mas sudah membuat warungku ramai hari ini." Mawar tak mau berdua dengan Djiwa lebih lama. Ia takut hatinya rapuh dan dengan mudahnya tergoda pada Djiwa.

"Iya. Aku juga mau pulang. Sampai ketemu besok subuh ya! Ingat, kita naik motor sekarang, tadi sepupuku sudah mengantar motornya. Kamu tak perlu lagi berdesakan dengan sayuran di mobil pick up." Djiwa pun pergi setelah mendengar ucapan terima kasih lagi dari Mawar.

Djiwa kembali ke kontrakkannya dan menatap motor Supra butut yang selama ini ia selalu hina. "Sakti juga nih motor, aku hina terus eh malah aku juga yang bayarin. Dua puluh juta pula! Huft, semua demi Janda Bohay sebelah. Lihat saja, akan kubuat kamu mencintaiku hai Janda Bohay!"

****

Terpopuler

Comments

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Supra sang makelar cinta
❤️❤️😂😂😂

2023-12-20

0

Marlina Palembang

Marlina Palembang

janda semakin di depan 🤭🤭🤭🤭

2023-12-01

0

Abie Mas

Abie Mas

ngebet sm janda bohay

2023-08-05

1

lihat semua
Episodes
1 Angkasa Djiwa
2 Djiwa si Jago Akting
3 Tiga Fans Laki-laki
4 Tunangan Palsu
5 Asisten Harus Menuruti Perintah Atasan
6 Sekuat Mungkin Menahan Diri
7 Pengalaman Pertama Djiwa
8 Menguak Masa Lalu Mawar
9 Pemuda Berkulit Hitam
10 Strategi Djiwa
11 Memajukan Bisnis Milik Mawar
12 Kencan Pertama
13 Kencan Versi Berbeda
14 Cerita Mawar
15 Pemberian Mawar
16 Kecupan di Pipi
17 Kehendak Kedua Orang Tua Djiwa
18 Lelaki Berseragam Cokelat
19 Oleh-oleh Untuk Neng Mawar
20 Sambutan Kepulangan Djiwa
21 Bukan Settingan
22 Protes Rendi
23 Pernikahan Sederhana
24 Siang Pertama Bukan Malam Pertama
25 Menikmati Hari Berdua
26 Hadiah Door Prize
27 Proses Pencairan Kredit
28 Pindah Tempat Jualan
29 Pembukaan Warung Mawar
30 Lily Adalah Sahabatku
31 Perjodohan
32 Pembicaraan di Halaman Belakang
33 Tangan Melati
34 Djiwa Tidak Mudah Menyerah
35 Tanpa Masker
36 Siang Untuk Mawar
37 Malam Untuk Melati
38 Thinwall
39 Warung Janda Bohay
40 Kedatangan Melati
41 Memecah Masalah Satu Demi Satu
42 Balas Dendam
43 Diskusi Sambil Pijat
44 Curiga
45 Takut
46 Ruang Meeting
47 Martabak Manis
48 Dua Body Guard
49 Perkelahian Dengan Preman Pasar
50 Menginterogasi Jamal
51 Cerita Jamal
52 Menenangkan Mawar
53 Rekaman Video
54 Pujian Untuk Melati
55 Curahan Hati Mawar
56 Pendapat Pemuda Berkulit Hitam
57 Majalah Bisnis
58 Sindiran Mawar
59 Hasil Belajar Mawar
60 Djiwa yang Pusing
61 Mawar Vs Melati
62 Pasukan Melati
63 Permintaan Maaf Djiwa
64 Menjawab Semua dengan Jujur
65 Mengadu
66 Penyelidikan Pak Prabu
67 Disidang
68 Ketidaksetujuan Mama dan Papa Djiwa
69 Kedutan di Mata
70 Bukan Sinetron Ikan Terbang
71 Kesedihan Mawar
72 Dukungan dari Orang di Sekitar
73 Interogasi Ibu Mina
74 Masakan Chef Mawar
75 Perhatian Ibu Mina
76 Hasil Test Pack
77 Kedatangan Ibu-ibu Arisan
78 Jebakan Anton
79 Kabur
80 Lagi-lagi Menyamar
81 Mahasiswa Magang Gadungan
82 Ibu-ibu Arisan
83 Periksa Kehamilan
84 Aksi Pembalasan
85 Kekuatan Netijen
86 Bola Panas
87 Merindukan Djiwa
88 Kartu As
89 Hadiah Untuk Anak Buah
90 Ada Yang Aneh
91 Tidak Full Power
92 Jalan-jalan Di Mall Bersama Bumil
93 Wanita Misterius
94 Hukuman Untuk Keluarga Melati
95 Bertemu Jamal
96 Tak Kunjung Menyesal
97 Memperkenalkan Mawar ke Karyawan
98 Survey ke Panti Asuhan
99 White and Gold
100 Interupsi
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Angkasa Djiwa
2
Djiwa si Jago Akting
3
Tiga Fans Laki-laki
4
Tunangan Palsu
5
Asisten Harus Menuruti Perintah Atasan
6
Sekuat Mungkin Menahan Diri
7
Pengalaman Pertama Djiwa
8
Menguak Masa Lalu Mawar
9
Pemuda Berkulit Hitam
10
Strategi Djiwa
11
Memajukan Bisnis Milik Mawar
12
Kencan Pertama
13
Kencan Versi Berbeda
14
Cerita Mawar
15
Pemberian Mawar
16
Kecupan di Pipi
17
Kehendak Kedua Orang Tua Djiwa
18
Lelaki Berseragam Cokelat
19
Oleh-oleh Untuk Neng Mawar
20
Sambutan Kepulangan Djiwa
21
Bukan Settingan
22
Protes Rendi
23
Pernikahan Sederhana
24
Siang Pertama Bukan Malam Pertama
25
Menikmati Hari Berdua
26
Hadiah Door Prize
27
Proses Pencairan Kredit
28
Pindah Tempat Jualan
29
Pembukaan Warung Mawar
30
Lily Adalah Sahabatku
31
Perjodohan
32
Pembicaraan di Halaman Belakang
33
Tangan Melati
34
Djiwa Tidak Mudah Menyerah
35
Tanpa Masker
36
Siang Untuk Mawar
37
Malam Untuk Melati
38
Thinwall
39
Warung Janda Bohay
40
Kedatangan Melati
41
Memecah Masalah Satu Demi Satu
42
Balas Dendam
43
Diskusi Sambil Pijat
44
Curiga
45
Takut
46
Ruang Meeting
47
Martabak Manis
48
Dua Body Guard
49
Perkelahian Dengan Preman Pasar
50
Menginterogasi Jamal
51
Cerita Jamal
52
Menenangkan Mawar
53
Rekaman Video
54
Pujian Untuk Melati
55
Curahan Hati Mawar
56
Pendapat Pemuda Berkulit Hitam
57
Majalah Bisnis
58
Sindiran Mawar
59
Hasil Belajar Mawar
60
Djiwa yang Pusing
61
Mawar Vs Melati
62
Pasukan Melati
63
Permintaan Maaf Djiwa
64
Menjawab Semua dengan Jujur
65
Mengadu
66
Penyelidikan Pak Prabu
67
Disidang
68
Ketidaksetujuan Mama dan Papa Djiwa
69
Kedutan di Mata
70
Bukan Sinetron Ikan Terbang
71
Kesedihan Mawar
72
Dukungan dari Orang di Sekitar
73
Interogasi Ibu Mina
74
Masakan Chef Mawar
75
Perhatian Ibu Mina
76
Hasil Test Pack
77
Kedatangan Ibu-ibu Arisan
78
Jebakan Anton
79
Kabur
80
Lagi-lagi Menyamar
81
Mahasiswa Magang Gadungan
82
Ibu-ibu Arisan
83
Periksa Kehamilan
84
Aksi Pembalasan
85
Kekuatan Netijen
86
Bola Panas
87
Merindukan Djiwa
88
Kartu As
89
Hadiah Untuk Anak Buah
90
Ada Yang Aneh
91
Tidak Full Power
92
Jalan-jalan Di Mall Bersama Bumil
93
Wanita Misterius
94
Hukuman Untuk Keluarga Melati
95
Bertemu Jamal
96
Tak Kunjung Menyesal
97
Memperkenalkan Mawar ke Karyawan
98
Survey ke Panti Asuhan
99
White and Gold
100
Interupsi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!